***
"Yuuki?" Mataku seketika terbuka saat mendengar sebuah suara yang membangunkanku.
"Matamu," Tanganku merambat naik dan merasakan pipiku basah.
"Aku menangis." Aku menghapus jejak air mataku.
"Kenapa?" tanya Nao.
"Aku tidak tahu, sepertinya aku bermimpi tentang masa lalu Alice. Dan entah kenapa setiap kali aku bermimpi yang menyangkut Alice, aku selalu menangis."
"Selain itu, mimpi tadi benar-benar membuat hatiku sesak." Aku ingat jelas mimpi yang kualami, bahkan sangat jelas terekam dalam pikiranku.
"Sebaiknya kau bicarakan mimpimu pada Petra."
"Mungkin lain kali. Aku tidak tahu ini masa lalu Alice atau hanya bunga tidurku."
"Sepertinya tidak, bukankah Yang Mulia Alice sudah bilang akan mambantu dan menuntunmu lewat mimpi? Jadi mungkin saja itu cara Yang Mulia Alice menunjukkan kebenarannya padamu," jelas Nao, perempuan itu bahkan menghentikan aktivitasnya merapikan pakaian.
"Benar juga, akan kupikirkan nanti. Aku harus mandi. Sebentar lagi masuk waktunya sarapan pagi," ucapku yang dibalas gumaman dari Nao.
Aku beranjak dari tempat tidur, meregangkan otot-otot tubuhku yang terasa kaku. Lalu merapikan tempat tidurku. Setelahnya, aku berjalan ke arah kamar mandi.
Jika seperti ini, aku jadi teringat setiap pagi Inori akan pergi meninggalkan aku dan Irina untuk berebut makanan dengan Glow.
Apalagi semalam aku memimpikan sesuatu yang berhubungan dengannya. Mungkin tentang mimpi ini, aku akan menceritakannya pada Petra lain kali.
***
Sesuai apa yang diperintahkan Petra pada Ryou tadi malam, esoknya akademi lebih terlihat padat akan latihan di berbagai sudut gedung.
Bahkan, lapangan yang biasa digunakan bergiliran, kini dipergunakan secara serempak.
Pemandangan seperti ini, membuat hatiku berdebar antara semangat juga takut.
Yang bisa kutangkap dari pembicaraan semalam dengan para petinggi akademi dan ketua BlackCluster bahwa akan ada dua kelas yang diikutkan dalam persiapan perang, yaitu orta dan högre.
Sedangkan kelas noorem perlu memperdalam ramuan untuk membantu menyiapkan berbagai ramuan yang nantinya akan berguna di medan perang.
Begitu juga dengan healer. Mereka nantinya yang akan bertarung di barisan belakang. Membantu para korban yang terluka. Tidak dapat dipungkiri, perang pasti merenggut banyak nyawa. Juga pasti banyak yang terluka. Tapi aku berharap semoga kemenangan berpihak pada kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Sorcerer
Fantasía[Fantasy & (Teen/High School) Romance] Latar : Jepang ••• Dunia sihir itu ada. Begitulah menurut pendapat Yuuki. Meski bullyan sudah seperti sarapannya, Yuuki tak peduli. Ia masih kekeh dengan pendapatnya mengenai dunia sihir itu. Sampai suatu hari...