***
Aku menguap. Terhitung sudah enam kali aku melakukannya dalam kurun waktu setengah jam ini.
Mina sensei dan sejarah adalah perpaduan yang sangat klop untuk mendatangkan kantuk di tengah hari seperti sekarang. Dengan suaranya yang kecil, semakin menambah rasa kantukku saat ini. Bayangan tidur terlentang di atas awan pun sudah menghantuiku sejak pelajaran itu di mulai.
Sungguh. Jika bisa, aku ingin sekali mempercepat waktu agar cepat usai.
Detik berikutnya aku kembali menguap. Segera kututup mulutku yang melebar, dengan telapak tangan.
Kubuka paksa mataku yang sedari tadi terasa memberat. Namun hanya bertahan beberapa saat saja. Dan sekarang, aku menyerah!
Ku beranikan diri untuk mengacungkan jari. "Sensei!"
Kurasa seisi kelas saat ini tengah kompak menatapku karena suaraku yang lumayan keras.
Mina sensei yang tengah menuliskan sesuatu di papan tulis pun memutar tubuh, kemudian mempertajam pandangannya untuk melihat siapa aku.
"Ada apa Yuuki?" katanya begitu mengenali wajahku.
"Badanku kurang sehat hari ini. Bolehkah sensei mengizinkanku untuk pergi ke UKS?"
Aku bisa mendengar mereka berbisik yang tidak-tidak padaku. Tapi aku tidak peduli. Yang terpenting bagiku adalah jawaban Mina sensei.
Mina sensei mendekat dan aku memucat. Bisik-bisik yang kudengar juga semakin terkesan mengejek.
Aku merapalkan doa dalam hati ketika punggung tangan Mina sensei menyentuh keningku.
"Sedikit panas. Mungkin kau akan demam hari ini." Perkataan Mina sensei sukses membungkam mereka semua. Jangankan mereka, aku sendiripun dibuat terkejut dengan perkataannya. Tapi aku tak memikirkan lebih lanjut perkataan itu dan segera mensyukurinya cepat-cepat.
Aku memperhatikan Mina sensei yang tengah menatap Kou beberapa detik sebelum tatapan itu kembali padaku. Dan di detik itu juga, aku merasakan firasat buruk akan menghampiriku sebentar lagi.
"Pergilah ke UKS bersama Kou. Sensei tidak tenang jika kau pergi seorang diri."
Aku membelalak. Seketika atmosfer di sekitarku berubah tegang. Aku tak berani menatap mereka yang kuyakini tengah menatapku dengan tatapan lapar, siap menerkam ku dengan umpatan dan makiannya kapan saja.
Bangku di depanku bergerak dan aku melihat Kou sudah berdiri menatapku. "Ayo," ucapnya dengan wajah datar sedatar-datarnya.
Kau pasti pernah melihat papan ujian bukan? Ya... kira-kira sedatar itulah ekspresi wajahnya.
Aku mengangguk lalu segera berdiri. Namun sebelum aku mengikuti langkahnya, kuucapkan terima kasih pada Mina sensei yang telah mengizinkanku ke UKS. Walau alasan sesungguhnya karena aku sudah tidak kuat dengan kantuk ini dan ingin segera berbaring dan berkelana dalam mimpiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Sorcerer
Fantasia[Fantasy & (Teen/High School) Romance] Latar : Jepang ••• Dunia sihir itu ada. Begitulah menurut pendapat Yuuki. Meski bullyan sudah seperti sarapannya, Yuuki tak peduli. Ia masih kekeh dengan pendapatnya mengenai dunia sihir itu. Sampai suatu hari...