***
"Dari mana saja kau?"
Hal pertama yang kudapat sepulang dari membolos adalah pelototan Irina.
"A-aku tidak kemana-mana." Aku tidak mungkin berbicara yang sesungguhnya pada Irina. Aku bahkan sudah sepakat dengan yang lain untuk merahasiakan ini.
"Jangan mencoba berbohong padaku, Yuuki. Kau buruk dalam berbohong." Irina masih memelototiku.
"Sudahlah, jujur saja, Yuuki. Kau tidak dapat lepas dari kekuatan interogasi Irina." Kali ini Inori yang menyahut.
Aku menelan ludahku kasar.
"Tapi, kalian janji tidak akan membocorkannya pada siapapun ya?"
"Ya," jawab Inori.
Tidak ada jawaban dari Irina, tetapi matanya seakan masih menunggu jawaban dariku.
"Aku pergi ke perkampungan sihir," ucapku dengan memelankan suara.
"APA?!" teriakan Irina membuatku terkejut dan menciutkan nyali seketika.
"Aku hanya mengikuti Kou dan teman-temannya." Aku semakin memelankan suara.
"Kau tahu, aturan akademi di halaman 78 nomor 3?! Murid Tyzard Academy dilarang keluar area akademi selain dalam misi penting dan masa libur?"
"Aku tahu, tapi aku kan bukan murid akademi ini."
"Benar juga,-" Ekspresi Irina melunak.
"-tapi tetap saja, Yuuki. Kau sudah dianggap kepala sekolah sebagai murid Tyzard Academy, itulah kenapa kau diperbolehkan masuk ke akademi." Sesaat kemudian ekspresi Irina berubah seperti semula.
"Maafkan aku, aku tidak tahu," ucapku memelas.
"Sudahlah Irina, lagipula Yuuki tidak ketahuan kepala sekolah. Selama tidak ketahuan, dia tidak akan dihukum," ucap Inori yang membuatku bernapas lega. Ternyata dia membelaku.
"Tapi-" ucapan Irina terpotong karena seseorang baru saja mengetuk pintu kamar asrama Irina dan Inori.
Inori lalu pergi membuka pintu kamar.
"Yuuki, kau harus ikut denganku."
Aku menoleh ke arah pintu, dan menemukan Kou yang sedang berjalan mendekatiku.
"Mau pergi kemana kau? Aku tidak ingin Yuuki berujung dihukum kepala sekolah karena mengikutimu membolos." Irina dengan cepat berdiri di depanku, menghalangiku dengan Kou.
Kou menatapku seakan mengatakan 'kau mengatakannya pada Irina?' yang kujawab dengan cengiran tak bersalah.
"Kepala sekolah ingin bertemu dengannya."
"Jangan berbohong padaku." Irina masih bersikeras melarangku mengikuti Kou.
"Tidak."
Kulihat Irina menatap Kou dengan intens seperti yang dia lakukan padaku saat dia menginterogasiku. Aku tidak yakin dia dapat menebak apa yang dipikirkan Kou karena wajahnya sangat datar tanpa ekspresi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Sorcerer
Fantasía[Fantasy & (Teen/High School) Romance] Latar : Jepang ••• Dunia sihir itu ada. Begitulah menurut pendapat Yuuki. Meski bullyan sudah seperti sarapannya, Yuuki tak peduli. Ia masih kekeh dengan pendapatnya mengenai dunia sihir itu. Sampai suatu hari...