***
Aku berjalan menjauh dari lapangan. Dengan berdalih aku butuh istirahat, aku meninggalkan Alland. Aku berniat menuju perpustakaan yang sudah lama tidak kukunjungi, sebelum seseorang memanggil namaku.
"Yuuki, tunggu."
Itu suara Kou.
Aku berhenti lalu menoleh ke sumber suara. Netraku menatap Kou yang mendekat bersama dengan perempuan yang menjadi objek obrolanku dengan Alland tadi.
"Ada apa?" tanyaku saat mereka berdua sudah berdiri di depanku.
"Dia ingin bertemu denganmu." Kou menunjuk perempuan yang sudah aku tahu namanya dari Alland yaitu, Shelyn.
"Bicaralah yang sopan, Kou. Perkenalkan aku dengan benar." Shelyn memukul bahu Kou keras hingga menimbulkan suara. Sedangkan Kou hanya menghela napas pasrah dengan wajahnya yang masih datar.
"Yuuki, ada seseorang yang ingin bertemu dan berkenalan denganmu. Perkenalkan, dia Shelyn. Dan Shelyn, ini Yuuki."
Sebenarnya cara dia untuk mengenalkan Shelyn padaku sangat menggemaskan. Bagaimana bisa dia mengenalkan kami berdua dengan raut wajah datar? Aku hampir tertawa kecil dibuatnya, tetapi aku harus menahannya.
"Yang Mulia Yuuki, perkenalkan namaku Shelyn. Aku selalu ingin bertemu denganmu. Dan aku sangat senang saat Kou mengajakku untuk bertemu denganmu."
Shelyn membungkuk memberi hormat padaku. Seperti biasa, dengan cepat aku menarik bahunya agar kembali berdiri.
"Namaku, Itou Yuuki. Kau bisa memanggilku Yuuki, tanpa Yang Mulia. Senang bertemu denganmu, Shelyn."
"Jadi benar apa yang dikatakan orang-orang. Kau sangat baik dan juga cantik. Aku merasa kau memiliki aura yang berbeda. Seperti dapat membuat orang merasa nyaman saat berada di dekatmu."
Pipiku memerah, ini kali pertama aku dipuji secara langsung dan aku tidak tahu harus bersikap seperti apa.
"Terimakasih, tapi kau juga cantik Shelyn." Tidak heran jika kau yang dijodohkan dengan Kou.
"Jadi, kau teman Kou?" tanyaku sekadar basa-basi.
"Hm ... kalau dibilang teman, tidak juga. Tapi kau bisa menganggapnya begitu. Aku dan Kou sudah lama bersama sejak kecil," jawab Shelyn.
"Jadi, kita bukan teman?" tanya Kou tiba-tiba.
"Bukan, aku tidak mau menganggap laki-laki tidak berperasaan sepertimu sebagai temanku."
"Kalau begitu, aku tidak mau mengantarmu pulang."
"Coba saja, kalau kau mau dimarahi oleh ayah."
"Tch, tukang mengadu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Sorcerer
Fantasía[Fantasy & (Teen/High School) Romance] Latar : Jepang ••• Dunia sihir itu ada. Begitulah menurut pendapat Yuuki. Meski bullyan sudah seperti sarapannya, Yuuki tak peduli. Ia masih kekeh dengan pendapatnya mengenai dunia sihir itu. Sampai suatu hari...