***
Perjalanan kami masih berlanjut meski matahari sudah terbenam sejak tiga jam yang lalu. Dan kami juga masih ada di lokasi yang sama seperti dua jam sebelumnya.
Saat ini kami memutuskan berhenti di tengah hutan untuk makan dan mengistirahatkan tubuh. Mengingat dua jam yang lalu, kami sempat berbagi tugas. Para lelaki berburu dan kami para perempuan memasaknya. Setelah makan, kami memutuskan untuk tidur sejenak.
Dan di sinilah aku, karena tidak bisa tidur, aku terduduk di depan api unggun sembari menghangatkan tubuhku. Ini adalah api yang dibuat oleh Ryou. Api ini berwarna biru, aku tidak tahu kenapa warnanya biru. Tapi warna biru ini membuat api ini terlihat sangat indah. Bahkan aku selalu tergoda untuk memegangnya.
Tapi yang kutahu, api biru adalah api terpanas jika itu di bumi. Entah bagaimana jika di dunia sihir.
"Tidak tidur?" ucap seseorang di belakangku.
Lantas aku menoleh dan melihatnya berjalan menghampiriku.
"Aku tidak bisa tidur di tempat baru. Butuh waktu untuk beradaptasi." jawabku lalu kembali menatap api.
"Kau sendiri kenapa belum tidur, Kou?"
Laki-laki itu kemudian duduk di samping kiriku.
"Aku tidak mengantuk." jawabnya yang dihadiahi anggukan dariku.
Suasana hening mengepung kami, dan aku tidak mempermasalahkan hal itu, bahkan aku menikmati keheningan ini.
Aku sedikit mendongakkan kepalaku untuk melihat langit malam. Terhitung sudah dua kali aku melihat langit malam, dengan orang yang sama pula.
Seperti biasa, bintang di dunia ini sangatlah banyak. Bintang-bintang ini juga mengeluarkan cahaya yang indah, tidak hanya putih saja, tetapi bermacam-macam warna.
Tapi ada satu benda yang membuatku terheran. Benda itu menggantung di langit malam. Bentuknya yang bulat membuatnya terlihat seperti bulan di bumi.
"Kou," panggilku yang hanya dijawab gumaman darinya.
"Benda apa itu?" tanyaku sembari menunjuk benda itu.
"Itu zebedeos, sumber cahaya malam di dunia ini."
"Seperti bulan yang ada di bumi?"
Kulihat dia sedikit berpikir.
"Hm ya... kurang lebih seperti itu."
"Tapi kurasa jaraknya lebih dekat benda itu daripada bulan."
"Mungkin. Aku jarang melihat bulan, kau tahu aku selalu pulang ketika matahari di duniamu terbenam."
"Benar juga, kalau begitu kapan-kapan ayo kita pergi ke festival kembang api! Aku yakin kau pasti suka. Selain melihat bulan, kau juga bisa melihat kembang api di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Sorcerer
Fantezie[Fantasy & (Teen/High School) Romance] Latar : Jepang ••• Dunia sihir itu ada. Begitulah menurut pendapat Yuuki. Meski bullyan sudah seperti sarapannya, Yuuki tak peduli. Ia masih kekeh dengan pendapatnya mengenai dunia sihir itu. Sampai suatu hari...