Begin Again

2.4K 232 2
                                    




Kali ini aku sedikit kesulitan saat akan masuk ke dalam asrama Pelatnas. Bagaimana mungkin aku bisa masuk jika jalanku dipenuhi dengan banyaknya wartawan yang ingin mengambil foto dan juga pendapatku soal terkait skandal yang tengah menimpaku.

Kenapa hal ini harus menimpaku, saat aku sedang berada di saat masa – masa keemasanku. Disaat banyak orang yang memujaku seketika aku dijatuhkan ke dalam api neraka. Siapa yang menyebarkan berita tidak benar, bahkan menyatakan jika aku ini seorang penjahat kelamin.

"HEEIIII MBAK – MBAK SAMA MAS – MAS, MINGGIR DULU DONG!!! INI SAYA MAU LEWAT! ADUH RIBUT MULU. DEPAN SINI ITU KALIAN NGAPAIN. MAU MATI APA GIMANA? MOBIL MAU LEWAT BUKANNYA MINGGIR MALAH JALAN KETENGAH!!! GIMANASIH!!! MINGGIR DULU INI SAYA MAU LEWATTTTT!!!!" teriak seorang perempuan dengan rambut hitam legam yang sedang menaiki mobil milik pelatnas yang ada di sampingku.

Saat para wartawan itu menyingir, aku langsung menancapkan gasku masuk ke dalam pelatnas. Tidak lama mobil pelatnas juga masuk. Dia keluar dengan mbak Wid dibelakangnya.

"mbak Wid.." aku menyapa mbak Wid salah satu wartawan PBSI.

"elo Ting .. abis balik lo?" tanya mbak Wid kepadaku.

"hmm biasa mbak ngomongin soal hukum .." jelasku mbak Wid cuman manggut – manggut.

"yang masuk tadi siapa mbak?" tanyaku seketika.

"ohh .. itu namanya Acil, dia wartawan baru.." kata mbak Wid tidak lama cewek dengan tinggi bisa diperkirakan tidak lebih tinggi dari pada adekku Tasya. Dia tersenyum sambil sedikit tersenyum ke arahku.

Heii!! Aku baru sadar, kenapa dia punya senyum yang menawan ya. Begitu pikirku saat pertama kali melihatnya, dia masuk kembali ke kantor kehumasan PBSI.

"jangan dilatin mulu Ting, gue tahu kok dia cantik." Ledek mbak Wid kepadaku. Aku hanya tertawa keras.

"apasih mbak Wid ini biasa aja." Kataku.

"kayaknya mending yang ini Ting timbang mantan.." kata mbak Wid aku hanya menggelengkan kepalaku dan berjalan masuk ke dalam kantor kehumasan dengan mbak Wid yang berjalan disebelahku.

"jadi keputusan keluarga gimana Ting?" tanya mbak Wid.

"bakal diusut tuntas mbak, keluarga juga udah nyewa pengacara ternama buat nanganin kasus ini, gak tanggung – tanggung Hotman Paris mbak yang bakal nanganin kasusnya.." jelasku ke mbak Wid perihal kasus yang sedang menimpaku.

Jadi aku mendapatkan sebuah skandal yang aku tidak tahu datangnya dari mana, yang menyatakan jika aku melakukan pelecehan seksual dengan mantan kekasih terdahuluku. Aku tidak tahu awal mula berita ini bisa jadi tersebar di berbagai media dengan menggunakan foto aku masuk ke dalam hotel dimana hotel itu sendiri ada di Guangzhou China, waktu itu memang aku sedang mengikuti turnamen kejuaraan China terbuka.

Ku fikir dengan berjalannya waktu berita ini akan hilang dengan sendirinnya, malah makin menjadi setelah beberapa lama aku tidak mau mengkonfirmasi, setelah aku mengkonfirmasipun masih banyak orang yang menghujatku. Aku juga sudah meminta kekasihku untuk mengkonfirmasi bahwa berita yang menimpaku itu tidak benar sama sekali, yang aku dapatkan malah dapet caci – maki yang membuatku sakit hati.

Akhirnya aku memilih pulang ke Cimahi dan berunding dengan keluarga, keluarga memutuskan untuk segera mengambil tindakan hukum untuk penyebaran berita tidak benar di media sosial dan lain sebagainya. Aku setuju karena jika dibiarkan ini bisa merusak karierku nantinya.

Aku masuk kedalam ruang kehumasan yang memang tim humas PBSI sendiri memiliki empat wartawan, mas Arman, mbak Wid selaku wartawan senior, lalu ada Habib yang sering mengikuti para junior dan juga aku baru tahu ada pegawai baru namanya Acil.

"Cil kenalan dulu gih .. lo belom kenalan sama dia." Kata mbak Wid ke Acil yang sibuk di depan laptop tadi.

"hallo mas Ginting nama saya Amanda Geofanika panggil aja saya Acil." Katanya memperkenalkan diri sambil tersenyum.

Aku membelasnya dengan senyuman dan mengangguk, aku duduk di sofa yang disediakan kantor kehumsan PBSI. Aku diberikan minum aqua kemasan gelas oleh Acil.

"Cil .. lo ngapain ngasih dia minum?" tanya mbak Wid yang mungkin ngelihat Acil ngasih aku minuman Aqua kemasan gelas.

"gapapa mbak biar dia gak aus." Jelasnya yang membuat seisi kantor ketawa termasuk aku.

"idihh sumpah anak gue polos banget." Terang mbak Wid.

"jadi gimana Ting? Soal problem yang menimpa lo?" tanya mas Arman.

Aku kembali menceritakan semuanya yang terjadi padaku mulai dari A hingga Z, bahkan soal keputusan pihak kelaurga sekaligus.

"DAAAPPEETTTTT!!!! YUUHUUUUUUUUUU!!!!" teriak Acil yang tiba – tiba mengagetkanku dan yang lain.

"apaan sih lo ngegetin aja lo! Teriakkan lo ini bisa mengundang banyak makhluk tak kasat mata bego." Sewot Habib yang duduk di sebelah Acil.

"mas Ginting harus teraktir saya makan ini, lumayan bisa makan gratis .. nih ada bukti foto lengkap waktu pertandingan di Guangzhou China yang bisa dijadikan bukti kuat." Kata Acil aku begitu terkejut.

"lha bukannya fotonya ke format ya yang di memori itu?" tanya mas Arman, memang mau membuktikan agak sulit karena waktu itu mas Arman bilang memori kamera yang dibawa mbak Wid waktu itu rusak yang akibatnya semua foto yang ada di sana keformat dengan sendirinya.

"iya bisalah Acill gitu loh ...." katanya membanggakan diri sendiri, aku bersyukur terimakasih tuhan, batinku.

"puji tuhaaannnn, makasih banget loh Acil." Ungkapku ke Acil, dia hanya mengangguk dan mengcopy datanya.

"nih mas udah aku gandain banyak banget, bahkan aku juga naruh di laptopku.. jadi kayaknya gak bakal jadi masalah juga." Katanya aku hanya mengangguk dan mengungkapkan rasa terimakasihku.

aku mulai berbincang banyak hal dengan mas Arman dan juga mbak Wid, namun disela – sela aku berbicara dengan mereka, mataku juga sering melihat ke arah Acil, wow dia sekarang menguncir kuda rambutnya yang panjang, ternyata rambut belakangnya berwarna Ungu tua.

"udah sih jangan diliatin mulu, malu entar anak orang.." tegus mas Arman kepadaku, aku sendiri hanya tertawa.


TBC

Only Then ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang