If Only You Are Fine

1.3K 150 8
                                    


Aku melihat pesan chat dari Acil namun aku sama sekali tidak berniat untuk membalasnya. Aku terdiam dikasur, menatap langit – langit mencoba berfikir kembali. Secara hati – hati aku memulai kembali dialog dengan hatiku. Masih mampukah aku untuk menerima orang baru dalam hidupku. Bisakah aku melakukan kembali atau menjalin hubungan kembali dengan orang spesial sedangkan belum memulai saja aku sudah mendapatkan hal yang seperti ini, walaupun aku tahu sekalipun aku memiliki hubungan khusus dengan Acil dia tidak akan meninggalkanku. Rasa ragu mulai berdatangan begitupun fikiran negatif.

"Ting .. elo gapapa kan?" tanya Jojo ke aku, aku sendiri yang tiduran di kasur hanya mengangguk tanpa menoleh ke arahnya.

"Ting .. " panggil Jojo ragu – ragu, aku hanya menatapnya dari kasur, malas berpindah tempat.

"gak jadi deh .." katanya lagi yang langsung masuk ke kamar mandi dan aku memilih untuk memejamkan mata.

Seminggu lewat berita soal aku dan juga Acil juga sudah mulai reda tidak terdengar lagi, namun entah mengapa baik dari aku dan juga Acil sendiri seperti sedang saling menghindari satu sama lain. Aku yang sibuk dengan turnamen akhir tahunku sedangkan Acil sendiri setahuku sedang mempersiapkan Kejurnas.

Aku menyibukkan diriku ke latihan fisik, dan teknikku lebih ku pertajam lagi. Aku harus lebih bekerja keras lagi, kali ini aku tidak boleh lengah sama sekali. Aku harus membuktikan pada orang luaran sana jika aku mampu, janjiku.

"Ting ada telp tuh.." teguran Ihsan yang membuatku berhenti sejenak dari latihan fisik yang aku jalani.

"siapa?" tanyaku yang masih berada diposisi semula.

"Tulisannya sih Mama.." jawab Ihsan.

Aku berjalan ke arah Ihsan dimana dia duduk bersebelahan dengan tas yang berisi raket, aku selalu bawa kemanapun aku pergi. Saat aku memegang ponselku dering telp mati. Lalu aku menekan tanda dial call angka nomer satu, yang artinya orang penting.

"iyaa ma ada apa?" tanyaku sesaat setelah mamaku berbicara hallo.

"kenapa ada banyak video Acil yag di lempar telor?" tanya mama yang membuat mataku melebar.

"tunggu .. gak salah mama?" tanyaku lagi berusaha memastikan.

"coba kamu lihat sendiri .. mama Cuma mau bilang itu, kasian Acilnya .." kata mama kemudian langsung memutuskan panggilan.

"San coba lo cari akun fanbase manapun yang ngaplud video Acil yang di lempar telur .." kataku.

"Hah? Yang bener lu!" kata Ihsan gak percaya.

Aku yang tidak memperdulikan apa kata Ihsan langsung membuka semua aplikasi media sosialku.

"Wahh .. gak bener ini udahan .. elo mau gak mau harus bikin konfrensi pers soal hubungan lo sama Acil sendiri Ting .. ini anak orang gak tau apa – apa loh Ting.." ujar Ihsan yang melihat video itu, aku terpaku melihatnya bukan hanya telur, tapi juga tepung sambil diiringi dengan teriakkan untuk menjauhiku.

"Maaf .. maaf ya .." itu yang Acil katakan hanya kata maaf yag keluar dari bibirnya yang membuatku kembali terpaku.

"Ting gak lo samperin tuh anak?" tanya Ihsan yang membuatku langsung berlari ke asramanya yang berada di ujung sana yang jaraknya lumayan jauh dari tempat latihan.

Aku bahkan tidak menghiraukan sapaan banyak orang yang melihatku, yang aku lakukan hanya berlari menuju ke tempat Acil. Saat aku sampai di asramanya aku buru – buru masuk ke dalam dan tidak menghiraukan peringatan dari kak Greysia. Aku mengetuk pintu kamar Acil dengan sembarangan namun pintu tidak terbuka, akhirnya aku menurunkan engkel pintu kamarnya, dan ternyata tidak dikunci. Situasi pertama adalah kamar Acil gelap gulita.

"Acil gak ada BOPAAAKKKKK!!! Ibunya sakit mangkanya kalo dibilangin jangan bandel!" sewot kaka Grey.

"kak .. sejak kapan Acil pulang kampung?" tanyaku.

"tadi pagi – pagi buta keretanya berangkat jam 5 pagi kayaknya tadi dia berangkat jam 4 dijemput temennya. Kayaknya sih temennya itu selintas kayak ceweknya si Majalaya.. " jelas kak Greys.

"kok pintunya gak dikunci sama dia?" tanyaku seketika.

"dia cuman pesen sih bakalan ada paket yang dateng buat dia, suruh naruh langsung aja di kamarnya.." jawab kak Greys.

"ngomong – ngomong ini bau apa ya Ting?" tanya kaka Greys kemudian. Aku menekan saklar lampu kamar Acil.

Setelah ampu menerangi kamar milik Acil, aku dan juga kak Grey langsung menganga kaget. Dinding penuh dengan hujatan bercat merah, bukan hanya itu kaca riasnya juga penuh dengan coretan lipstik merah.

"Siapa yang ngelakuin ini semua? Gila." Teriak kak Grey.

"Geledah coba kak sapa tahu ada yang ilang atau ada yang aneh ... Aku mau telp mbak Wid dulu" pintaku ke kak Grey dan diangguki.

Aku pergi keluar kamar buat melakukan panggilan telp ke mbak Wid. Tidak begitu lama panggilan terjawab.

"Ada apaan Ting? Mimpi apa Lo telp gue?" Tanya mbak Wid diseberang sana.

"Mbak aku gak bisa ngomong disini, bisa langsung ke kamarnya Acil aja gak?" Serbuku langsung.

"Ada apaan?" Tanya mbak Wid lagi.

"Udah deh kesini aja gak usah banyak tanya!" Kataku lagi yang langsung mematikan panggilan.

Aku masuk kembali ke kamarnya lagi.

"Ting gue nemu kartu post card ini banyak banget!" Kata kak Grey sambil ngasih gue banyak banget kartu post card isinya singkat untuk segera menjauh dari hidup gue.

"Ini beneran ditulis pakek darah? Baunya lumayan amis juga sih" komentar kak Grey.

"kak emang seminggu ini dia dapet banyak kiriman?" Tanyaku ke kak Grey.

"Gua gak tau pasti sih.. " jawab kak Grey yang bikin gue cuman makin bingung.

"Adaaa apaan guys?" Tanya mbak Wid dari arah belakang. Aku menunjuk dinding dan juga kaca rias kamar Acil.

"ASTAAGGAAAAHHH SAPA YANG NULIS BEGINIAN?" teriak mbak Wid yang langsung ngumpulin anak - anak sekolah asrama.

"Ada apaan sih masih pagi juga!" Komentar Jorji.

"Tau nih ganggu aja mbak Wid." Protes Apriyani partner kak Grey.

" Mbak Acil sering dapet kiriman apa gitu?" Tanyaku tanpa memperdulikan komentar komentar yang lain.

"Hmm iya seminggu ini dia dapet kiriman, tapi gue gak tau pasti apa kirimannya" jawab mbak Wid yang bikin aku langsung pening.

" Okee sementara bantuin gue buat beresin nih kamar dulu, jangan Sampek Acil tahu kayaknya ini masih baru deh liat darahnya.. ini darah apa cat sih" kataku memberikan instruksi.

"Bener - bener .. " komentar kak Grey.

"Panggil tukang atau apalah buat ngechat ulang ini, abis itu kunci pintunya mbak Wid pasti punya serepnya kan?. tolong setiap kirimin buat Acil kalo bisa kasih dulu ke gue .." kataku lebih lanjut.

"Okeehhhhh yang bakal nyari tukangnya siapa?" Tanya mbak Wid kemudian, kami semua terdiam.

"Saran gue sih ya kak, mending kita cat sendiri aja, takutnya kalo mintak bantuan orang luar malah makin ruwet masalahnya dan makin melebar kemana - mana jadi mendingan kita cat bareng - bareng aja demi ibu Acil yang terhormat!" Saran Jorji.

"Bener juga sih, masalah pemberitaan soal elo aja belom kelar Ting, ditambah Acil yang kenal teror dia malah jadi makanan mantep buat publik" komentar kak Grey.

Aku mengangguk setuju, timbang makin runyam mending ditanganin sendiri aja deh.

"Okee gua bakal nyari bala bantuan dulu" kataku dan diangguki mereka.

"Sementara elo nyari bala bantuan, kitababakl ngeberesin nih kamar dulu lah.. Mayan kamarnya Acil gak pernah sepi dari makanan sayaaanggg!" Ujar mbak Wid yang membuatku tertawa dan langsung lari lagi keluar.


TBC

Only Then ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang