Gone

1.9K 150 16
                                    

Hari ini aku sedikit bersemangat mengingat aku akan pergi makan malam dengan Acil, mambuatku sedikit tidak sabar untuk menyelesaikan latihan - latihanku.

"Widiiihhhh Ginting dari tadi senyam - senyum mulu?  Kenape lu? Abis menang undian?" Tanya mbak Wid yang kebetulan sedang meliput latihan.

"Hzzzzz .. apaan sih mbak Wid ini .. ada aja yang diomongin!" Kataku.

"Biasanya elu cemberut Mulu Ting soalnya, mangkanya gua heran liat elu senyum - senyum gak jelas pas latihan." Ledek mbak Wid

"Terlalu mengada - ada!" Balasku sambil mengelap keringat.

"Oiya mbak ini tuh beneran Acil mau resign?" Tanyaku ke mbak Wid.

"Hmmm ... Elu tau dari mana? Perasaan dia gak cerita ke siapa - siapa.." Tanya mbak Wid balik.

"Gua nguping pas kalian lagi makan di kantin.." jawabku kemudian yang membuat mbak Wid mengerutkan dahinya.

"Hmm ... Masih sayang ya Ting?? Gitu banget sampek nguping segala." Tanya mbak Wid.

Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan mbak Wid. Tidak berniat menjawabnya aku merapikan barangku, memasukkan raket - raketku ke dalam tas dan segera pergi.

"Lha Ting tadi gua tanya masih belom elu jawab woiii...." Kata mbak Wid aku hanya melambaikan tangan dan terus berjalan keluar lapangan.

Aku berjalan menuju ke asrama. Saat di asrama aku fikir ada Jojo yang tidur di kamar, ternyata Jojo belum menyelesaikan latihannya. aku segera membersihkan diri. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, jam kantor sudah berakhir.

Entah kenapa aku mendadak merasa begitu gugup rasanya jantungku tidak bisa berhenti berdetak kencang. Aku merasa ada pesta kembang api.

Aku menunggu sambil membaca beberapa komik koleksi milik Jojo dan beberapa buku yang dia suka. Satu jam hingga dua jam kemudian aku menunggu dan akhirnya Acil mengirimiku pesan dimana dia. Aku langsung bergegas jalan ke apartemen milik Acha.

"Udah lama nunggu?" Tanya Acil ketika masuk ke dalam mobil.

"Enggak juga baru nyampek juga kok .. kupikir bakalan jauh ternyata deket, cuman agak macet." Jawabku.

"Iya jalan sini emang suka macet jam segini, mau makan dimana?" Tanya Acil.

"Kamu mau makan apa?" Tanyaku balik.

"Makan di sate langganan aja deh kayaknya udah lama banget gak kesana .." jawabnya.

"Siap Bosque .. kita berangkat kesana sekarang!" Kataku yang langsung menjalankan mobilku ke tempat warung sate tenda langganan.

Tidak banyak percakapan saat dimobil, suasana memang terasa canggung sekali. Mungkin ini pertama kalinya kita pergi bersama sejak kami memutuskan berpisah. Mungkin ini karena kebodohanku juga.

Saat sampai di tempat makan, Acil sangat bersemangat untuk masuk.

"Ehh mbak Acil baru kesini lagi mbak? Sendirian? " Tanya mas - mas penjual sate.

"Enggak mang sama mas Ginting ... " Jawab Acil sambil menunjukku di belakangnya.

"Ehh ada mas Ginting .." sapa mas - mas penjualnya aku hanya tersenyum.

"Mang biasa ya .. " kata Acil dan diangguki oleh mas - mas yang jual.

"Kamu sering kesini?" Tanyaku memulai percakapan.

"Ga sering juga sih, cuman kalo lagi pengen makan sate suka langsung kesini sama Acha." Jawab Acil, aku hanya mengangguk.

"Setelah resign mau kemana Cil?" Tanya ku membuat topik pembicaraan diantara kami.

"Hmmm ... Mungkin aku bakalan langsung ngambil kuliah focus untuk kuliah lagi ..." Jawab Acil.

"Mau ambil kuliah dimana?" Tanyaku kemudian.

"Belum tahu masih nunggu visa selesai dulu .. belum tentu bukan ini juga jadinya masih nunggu kapan jadinya bisa baru deh fixx resign" jelasnya.

"Jadi ambil diluar negeri?" Gumamku.

"Kalok Tuhan ngijinin mah .. " jawab Acil yang sempat membuatku terkejut.

"Aku berharap Tuhan gak ngijinin kamu pergi ... aku masih belum bisa sehari gak liat kamu, walaupun cuman dari jauh." Ungkapku.

"Pasti bisa mas .. mas Ginting belum terbiasa aja .." kata Acil yang membuatku berfikir panjang.

Tidak lama pesanan kamu datang. Aku dan Acil mulai makan, makanan kami berdua. Masih teringat dengan jelas kami bisa pacaran waktu itu di warung sate ini, mampukah tempat ini membuatku dan dia kembali bersama. Bisakah ? Apakah ada keajaiban di tempat ini? Batinku.

" Acil .." panggilku ragu.

"Iyaa?" Jawabnya. Aku terdiam sebentar masih ragu apakah aku harus mengungkapkannya.

"Bisakah kita kembali bersa ... ma?" Tanyaku, terlihat Acil begitu terkejut dengan ucapanku. Namun tidak lama dia menetralkan ekspresinya.

Acil menaruh sendoknya dan beralih memegang tangan kurikulum dengan kedua tangannya.

"Maaf aku banyak ngecewain kamu mas, maaf juga aku masih belum bisa jadi apa yang dipengen mas Ginting, aku masih kekanakan ... Aku juga suka gak mikir perasaannya mas Ginting .. kalok berantem suka ngilang - ngilang .. pasti mas Ginting selalu kerepotan waktu pacaran sama aku. Tapi maaf mas untuk kembali aku masih belum bisa .. bukan karena aku gak sayang mas Ginting. Aku sayang banget, cuman aku memutuskan untuk fokus dengan impianku kedepannya, ibu diem - diem udahlah lama nabung buat biaya sekolahku ini .. sayang kalok aku gak bisa fokus akan terasa seperti buang - buang uang kalo sampe aku gak bisa sukses, untuk itu aku masih belum mau berhubungan dengan siapapun .. aku harap kita bisa berteman mas .. apapun yang terjadi Ama Ginting dan aku memulai hubungan ini dengan baik - baik, aku harap kita juga bisa berdamai satu sama lain. Seperti kata mas Ginting adakalanya berdamai akan bisa membuat hidup terasa lebih ringan .. aku percaya Tuhan sudah menciptakan seseorang yang paling berharga untuk hidup kita masing - masing.. mungkin aku bukan sosok yang berharga untuk mas Ginting saat ini, namun siapa yang tahu kedepannya bukan? Kata orang cinta akan tahu kemana dia harus pulang, mungkin aku akan percaya itu mulai saat ini." Jelas Acil, aku mengangguk dan tersenyum.

Berat sebenarnya, namun mungkin ini pilihan terbaik. Aku juga belum tentu bisa menjalankan hubungan jarak jauh jika aku tetap melanjutkan hubungan kami. Aku sungguh sangat menghargai keputusannya. Acil juga menyuruhku untuk menyalakan kebodohanku karena memutuskannya, mungkin ini jalannya yang diberikan Tuhan.

Setelah acara makan - makan, kami memutuskan untuk pulang. Aku mengantarnya ke apartemen yang dia tinggali sekarang.

" Makasih banyak ya mas Ginting .. anda orang hebat dan anda yang terbaik percaya itu .." katanya sebelum turun dari mobil, aku mengangguk.

Aku menurunkan sebagian kaca mobilku. Dia melambaikan tangannya dengan semangat. Aku juga membalasnya dan menjalankan mobilku meninggalkannya.

Aku tidak tahu jika pertemuan kami waktu itu akan menjadi pertemuan kami yang terakhir kalinya. Setelah aku makan malam bersama diwarung sate, keesokan harinya aku mulai disibukkan dengan banyak turnamen diluar negeri bahkan tour Eropa. Aku tidak bisa meninggalkan satu pertandingan pun. Sejak terakhir bertemu dengan Acil, aku mulai lebih fokus dan menjaga mentalku tetap kuat melawan mereka kawanku dari luar negeri. Acil bilang dia ingin fokus dengan jalannya kedepannya, aku juga akan memantaskan diriku untuknya, aku yakin jika tuhan mengijinkan kami kembali bersama, kami akan bersama suatu saat nanti apapun jalannya. Karena dia percaya cinta akan tahu kemana dia pulang, aku juga akan mempercayainya semoga saja semua itu benar adanya.





















END

Only Then ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang