Defferent Place

1.2K 131 12
                                    




Masalah teror udah kelar, intinya semua itu kelakukan mantan dari mas Ginting sendiri yang gak mau aku deket – deket sama mas Ginting. Aku memahami itu, mereka udah menjalin hubungan sangat lama, secara Pinky – Pinky mantannya mas Ginting itu mantan Athlete badminton juga, pernah tinggal di pelatnas juga. Mereka juga kenal lama, ya aku cukup sadar diri lah ya, aku baru kenal mas Ginting dan bau kencur, istilahnya orang baru banget dalan hidup mas Ginting bisa – bisanya langsung di gosipin pacaran.

Apalagi mereka putusnya juga gara – gara masalah sepele, salah daham ehh salah paham, daham makan dong ya berarti. Sejak awalpun aku juga gak minta tuh di deketin sama mas Gintig, aku juga gak mau ada gossip soal aku sama mas Ginting toh aku sama dia cuman temen biasa gak kurang dan lebih.

"mbak maaf banget ya ini semua gara – gara aku .." kata Fitri dengan menunduk.

"gapapa mbak paham kok .. lagian kamu ngelakuinnya gak sengaja kan .. lagi pula kmau juga terpojokkan kalo mbak jadi kamu juga bakalan kayak begitu, semua orang pernah salah " ujarku sambil mengelus puncak kepala Fitriani teman sekamar Jorji.

"kenapa sih aku selalu sial mulu .. kapan sih aku bisa beruntung?" keluhnya.

"lha kok ngomongnya begitu? Kamu ini anak yang paling beruntung .. buktinya kamu sampek sini?" ucapku.

"buktinya aku juga bakalan di degradasi .. " keluh Fiti lagi.

"tenang ... Tunjukkin semua kemampuan kamu .. gak ada acara – acara degradasi kalo kamu mampu menunjukkan potensimu, semuanya ada di kamu.. jangan bilang kamu gak beruntung, banyak yang lebih ga beruntung buktinya banyak yang gak bisa masuk ke PBSI tapi kamu bisa.." kataku lagi mencoba menyemangatinya.

"keberuntungan selalu tidak berpihak kepadaku .." ujarnya lagi sambil membuka buku menu makanan di Cafe dekat dengan pelatnas, jadi kami memutuskan untuk membicarakan masalah kami di luar asrama.

"apa yang bikin kamu gak merasa beruntung ada di pelatnas?" tanyaku seketika.

"aku sudah menghabiskan seluruh keberuntunganku secara mati – matian .." jawabnya.

"eheeeeeyyyyy ... jangan berbicara seperti itu. Kenapa kamu selalu merasa tidak beruntung jelaskan?" tanyaku lagi yang masih tidak bisa kupercayai perkataannya.

"pertama aku akan di degradasi, kedua semua kejuaraan yang aku ikuti tidak ada yang bisa aku menangkan bahkan hingga sampai di semi finalpun aku masih tidak bisa memasukinya .. lalu terakhir aku menempuh jalan yang penuh lumpur untuk mempertahankan semuanya disini .. aku sudah tidak memiliki apapun dalam hidupku .." jelas Fitriani yang membuatku cukup bersedih dengan apa yang dia bicarakan.

"jangan berfikir seperti itu .. aku jadi sedih pas kamu bilang keberuntunganmu udah abis, dengerin ya kamu sendiri yang bisa membuat dirimu beruntung apapun yang terjadi semua berkat usaha dan juga latihanmu yang tiada henti .. semua hal – hal buruk yang terjadi pada dirimu ini anggap saja sebagai pembelajaran untuk mu agar kau bisa cepat tumbuh dewasa .." nasehatku sambil menggenggam tangannya, Fitri sendiri hanya mengangguk menyembunyikan air matanya.

"makasih mbak Acil .. " begitu katanya.

"okeeeyyy .. udah yang lalu biarlah berlalu, sekarang kamu bisa pesen apapun yang kamu mau dah .. terserah mau makan yang mana, mbak Acil yang teraktir .." kataku yang membuat Fitri tersenyum lebar dan bersemangat.

"yuhuuu aku di traktir mbak Acill .." katanya.

Kami berdua menghabiskan waktu makan berdua di cafe dengan membicarakan banyak hal, lebih banyak soal keluarga Fitri sih yang lagi kesusahan dalam finansial, secara mereka menghabiskan banyak uang untuk menjadikan Fitri athlete badminton. Aku yang mendengarnya hanya mengangguk.

Hingga aku mendengar suara seorang laki – laki yang aku kenal sedang berbicara dengan perempuan. Awalnya aku tidak tahu jika ada dia didekat kami duduk jaraknya hanya beberapa meja dengan tempat dudukku, aku menyuruh Fitria diam dengan mengkodenya tanda jari telunjukku didepan bibir sambil pura – pura makan.

"lagi pula aku sama Acil emang, gak ada apa – apa kok. Kita berdua cuman temenan doang gak lebih, awalnya deket sama dia juga karena dia berhasil menemukan bukti kongkret soal skandalku yang dulu .. lumayan ganggu juga skandal yang dulu.." jelas mas Ginting ke seorang perempuan aku tidak tahu siapa, yang aku tahu perempuan itu bukan mantan kekasih mas Ginting.

"jadi intinya?" tanya perempuan itu yang masih ngeliatin mas Ginting.

"ya awalnya gua deketin dia cuman manfaattin dia doang sih .. supaya gua bisa lupain Pinky .. lo tahu sendiri gua sama Pinky pacaran berapa lama .. lima tahu mamen dan itu gak sebentar hampir setengah hidup gua ada di Pinky .. tapi berhubung gua tersandung skandal dia mutusin gua gitu aja.. dan waktu pertama kali gua ketemu dia gua ngerasa tertarik aja .." jelas mas Ginting.

Mendengar penuturan mas Ginting sendiri kenapa akunya nyesek ya, kayak ada yang nyubit gitu hatinya, mau marah juga akunya ini siapanya mas Ginting coba. Fitri meganggin tanganku, aku hanya tersenyum dan mengangguk tanda tidak masalah.

"abis makan ayuukk pulang aja ." kataku yang segera menghabiskan makananku sama dengan Fitri.

Kami menghabiskan makanan kami tanpa suara dan juga obrolan, bahkan obrolan kami terputus begitu saja. Setelah selesai aku membayar makanan kami berdua dan langsung pergi ke asrama pelatnas. Aku gak mau menoleh kebelakang sama sekali, apalagi bersitatap sama mas Ginting udah jangan sampek sih.

Setelah mendengar penuturan mas Ginting ke seorang perempuan yang aku tidak kenal dia siapa, dan punya hubungan apa dengan mas Ginting sendiri. Sejak saat itu aku mulai menghindari mas Ginting. Sebisa mungkin aku tidak sampai bertatap muka dengannya, bahkan jika mbak Wid memberikan tugas soal untuk pemberitaan kelas Senior selalu sebisa mungkin aku tolak, bahkan tidak serta merta aku meminta Habib saja dan aku akan mengerjakan pekerjaan Habib yang lumayan menguras otak kanan dan juga kiri.

"Cil jujur ama gua .. elu lagi menghindar kan dari Ginting?" tanya mbak Wid tiba – tiba.

"enggak tuh mbak biasa aja .." jawabku dengan santai.

"lha kalo gitu kenapa elu gak bales chatnya dia?" tanya mbak Wid lagi.

"emang dia ngechat mbak? Aku gak tahu aku lama gak pegang hp" kataku pura – pura gak tahu soalnya chatnya aku sembunyikan jadi mau dia ngechat kayak gimana gak bakal aku bacalah, pasti bakal tenggelem sama chat anak – anak yang lain.

"elo ganti nomor hp Cil?" tanya mbak Wid aku sendiri hanya menggelengkan kepala.

"entar coba deh mbak aku cek ada gak chat dari mas Ginting .." kataku dengan malas.

"beneran loh ya .." kata mbak Wid memastikan aku hanya mengangguk saja.

"disuruh ya mbak sama Ginting?" tanyaku kemudian, dan mbak Wid hanya mengangguk.

"Bukan disuruh lagi dia neror gua bahkan sampek tengah malem telp gue cuman nanya kenapa elo gak bales chat dia dasar kurcaci penganggu waktu tidur emang tuh si Ginting!" kata mbak Wid sambil mengumpati mas Ginting aku hanya tersenyum saja tidak ingin menanggapinya lagi.


TBC

Only Then ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang