Nobody's Perfect

1.1K 147 13
                                    

Kali ini aku mengaku telah melakukan tindakan bodoh lagi, kenapa dengan mudahnya aku menyerah dengan perasaan ini, kenapa dengan mudah aku mengucapkan kata – kata itu hanya karena emosi belaka. Aku berharap dia kembali melihatku dibelakang sini, setidaknya aku memiliki kekuatan untuk berlari memeluknya, nyatanya dia sama sekali tidak melihat ke arahku, Acil tetap berjalan menuju ke gerbang PBSI.

"Ting! Kok lo goblok banget sih?" sentak Jojo yang keluar dari persembunyiannya.

"tau nih .. kok lo gitu banget sih kan udah berguru ama gue tadi! Keburu emosi sih .." komentar Kevin Sanjaya.

"udah – udah Ginting butuh waktu sendiri, belahan jiwanya pergi gara – gara dia buka sendiri pintu nerakanya." Lanjut Ihsan yang langsung mengajak temen – temen yang lain buat membubarkan diri.

Aku terdiam cukup lama hingga aku memilih untuk kembali ke kamar. Kabar perpisahan hubunganku dan juga Acil cukup membuat banyak pihak heboh termasuk keluargaku yang sangat menyayangkan kandasnya hubunganku dengan Acil. Banyak orang yang memenuhi komentar yang ada disetiap media sosialku menanyakan kenapa hubunganku dengannya bisa kandas ditengah jalan.

Pada akhirnya aku sendiri hanya menyibukkan diri dengan latihan dan fokus dengan banyak pertandingan. Aku masih sering melihatnya di lapangan untuk meliput atau hanya sekedar memotret anak – anak junior, gak masalah yang penting aku masih bisa melihatnya, walaupun bisa di hitung dengan tangan kapan dia akan ada di lapangan.

Sudah genap satu bulan aku berpisah dengan Acil, hidup kembali monoton walaupun rasa kehilangan lebih dominan terasanya. Aku memulai pemanasan dengan lari dilapangan outdoor sebanyak lima kali, dilanjut dengan jalan santai dan angkat beban dan lain – lain untuk menunjang peformaku di setiap pertandingan. Setelah menghabiskan satu jam dengan melakukan olahraga lainnya aku memilih untuk ke lapangan indoor latihan sesi pertama akan segera dimulai.

"Ting latihan sama sape lo?" tanya Ihsan kemudian.

"gak tahu .. elo sama sape?" tanyaku balik.

"gak ada, yaudah elu latihan ama gua aja kalok gitu .." kata Ihsan kemudian.

Aku hanya mengangguk dan mulai latihan kembali bersama dengan Ihsan. Suara decitan sepatu akibat beradu dengan lantai demi mengejar kook mulai terdengar menjadi sebauh irama istimewa untukku sendiri.

"aaakhhhhh!!!!" teriakku yang menjadi akhir dari latihan.

"gila makin oke aja tuh gaya main lo .." ledek Ihsan.

"main lo kurang jauh San, masak baru tahu kalok permainan gua dilapangan dari dulu bagus .." jawabku kemudian.

"kampret lu yakk ..." balas Ihsan sambil ngetekkin aku.

Hingga mbak Wid teriak dipinggir lapangan, dan tiba – tiba saja duduk merosot. Para athlete semuanya langsung mengerubungi mbak Wid bahkan yang lagi macth serupun langsung berenti main buat ngampirin mbak Wid.

"mbak kenapa mbak ?" tanya Apriani pemain ganda putri pasangan kak Greys.

"mbak .. sakit apa? Yang mana mbak yang sakit?" tanya Rian Ardianto kemudian dan disusul banyak pertanyaan.

"gue gapapa guys .. Acil .. ibunya Meninggal.."

DEG

Jantungku langsung berenti setelah mendengar kabar buruk itu, aku langsung menyerobot yang lain kedepan dan duduk didepannya mbak Wid.

"mbak bohong kan? Gak mungkin .. kemarin lusa aku masih telponan sama ibunya Acil gak mungkin sekarang meninggalkan .." kataku yang masih tidak percaya dengan perkataan mbak Wid. Mbak Wid sendiri jadi gemetaran dan langsung menangis.

Only Then ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang