"Jadi kita tidak tidur bersama ?" Bisik Jimin di depan pintu kamar Hanwoo. Raut wajahnya menunjukkan bahwa dia kesal karena tidak bisa tidur bersama kekasihnya.
"Nee.."
Jimin meraih tangan Hanwoo lagi. "Oh C'mon.. Kita tidak tidur bersama sampai tujuh hari? Yang benar saja !" Kesal Jimin. Hanwoo tertawa pelan sangat lucu melihat tingkah Jimin sekesal itu.
Jimin merasa frustasi. Dia mengibaskan rambutnya ke belakang dengan jemarinya.
"Baiklah."
Jimin merasa tidak senang dengan keputusan Hanwoo yang tidak mau tidur bersama karena tidak enak dengan kedua orang tuanya.
Jimin melangkah meninggalkan Hanwoo kemudian masuk ke dalam kamar Pria yang disediakan untuk dirinya dan Jungkook.
Jimin membuka pintu dan melihat Jung Hoseok sedang membantu Jungkook merapikan tempat tidur. Tempat tidur mereka yang disediakan hanya selembar sheet tebal dan selimut. Mereka akan tidur di atas lantai.
Jungkook melihat Jimin dengan wajah yang frustasi dan sedih. Jimin mulai membuka lipatan sheet miliknya - membukanya lalu menaruhnya di atas lantai.
"Hyung, ada apa denganmu? Sepertinya kau sangat sedih."
"Anio, gwenchana." Jimin mencoba tabah.
" Ja, sudah selesai." Jungkook merasa senang menepuk-nepukkan tangannya ketika tempat tidurnya sudah jadi di atas lantai. Kini Jung Hoseok berbaik hati membantu Jimin.
"Hyung, apa tempat terbaik di Gwangju?" Tanya Jungkook pada Hoseok.
"Musim salju begini yang bagus adalah bermain ski !"
"Aku mau !" Serunya lagi.
"Okeii ! Eonje ? Besok mau?"
"Hyung, etteo?" Jungkook menarik-narik lengan Jimin. Pria itu menggangguk.
"Call!" Jimin menyetujuinya.
"Asaa! Yesss!"
❄️☃️❄️
Jung Hoseok mengajak Jimin dan Jungkook melihat kebun bunga di ladang Hanwoo yang luas. Sementara Hanwoo tidak ikut karena menyiapkan makan malam.
Tuan Lee yang sedang sibuk berkebun di tengah gerimisnya salju bersama staffnya, melihat kedatangan tiga pria pria itu.
"Ajuhsi !" Hoseok melambaikan tangannya. Tuan Lee membalas lambaian tangannya. Menaruh perlatan berkebunnya untuk melambaikan tangannya.
Tuan Lee mengajari Jungkook dan Jimin cara untuk berkebun. Di Busan dia tidak punya perkebunan seperti ini. Mata pencaharian masyarakat Busan adalah sebagai nelayan.
Tuan Lee meminta berbicara empat mata dengan Jimin. Pria itu mengikuti Tuan Lee berjalan ke sebuah tempat. Tidak berapa lama mereka sampai di sebuah ruangan beraksen kayu dan kaca.
Tuan Lee menutup pintu ruangan itu kemudian berjalan menuju pembuatan teh. Di sudut ruangan terdapat meja khusus untuk membuat teh dan kopi.
"Kau suka apa Jimin?"
"Anio, Gwechana."
"Anio, bilang saja kau mau apa? Aku ahli dalam membuat kopi."
"Baiklah, kalau begitu aku mau kopi." Ujar Jimin malu-malu sembari menutup wajahnya dengan tangan.
Tuan Lee tersenyum membuatkan kopi untuk Jimin. Dia membawa dua cangkir kopi buatannya menaruhnya di atas meja.
"Kajja, duduklah."
Tuan Lee mempersilakan Jimin duduk. Mereka berdua bersantai melihat pepohonan yang rindang di luar. Gerimis salju yang turun perlahan menutup sebagian warna dedaunan.
Tuan Lee mempersilakan Jimin mencicipi kopi buatannya.
"Jeongmal, ini sangat enak."
Tuan Lee tertawa mendengarnya. "Kau bisa saja."
"Kopinya berbeda. Aku tidak pernah mencicipi yang seperti ini."
"Haha .. aku menanamnya sendiri dan tidak kujual. Hanya untuk mengkonsumsi sendiri."
Jimin takjub mendengarnya. "Abeonim, kau sungguh hebat."
"Bagaimana denganmu, anak muda. Apa pekerjaanmu?"
"Aku Supervisor di Limsung Corp."
"Perusahaan handphone terkenal itu?" Tanya Tuan Lee.
"Ne, abeonim."
"Hanwoo bukannya pernah bekerja disana?"
"Ne, abeonim. Aku yang menggantikan posisinya."
"Ah, arayeo. Jadi kalian satu perusahaan."
"Ne, abeonim."
"Kudengar kau lebih muda dari Hanwoo."
Jimin mengulum bibirnya sambil mengangguk. Dia mulai takut dan ragu. Kenapa orang tua Hanwoo sangat mempermasalahkan umur.
"Hanwoo gagal menikah. Apa kau sudah tahu?"
"Ne, abeonim. Hanwoo sudah bercerita."
"Seberapa seriusnya kamu dengan anakku? Aku hanya punya Putri satu-satunya."
"Aku mencintainya sangat serius."
"Buktikan sampai aku mendengarmu melamarnya, Park Jimin. Kau tahu, aku sudah tua dan ingin melihat Hanwoo menikah."
Jimin terdiam mendengarnya. Dia memikirkan ucapan Tuan Lee apakah lampu hijau untuknya.
"Aku akan menikahinya segera." Ujar Jimin dengan pasti. Tuan Lee tersenyum menepuk pundak Jimin.
Jimin's POV
———————
Tepat jam 12:00 AM aku terbangun dari tidurku. Aku tidak bisa tidur. Kata-kataku tadi menjawab pernyataan abeonim terngiang-ngiang."Aku akan menikahinya segera"
Itu adalah janjiku padanya. Pertama-tama kau harus bisa membahagiakannya dulu, Park Jimin. Memang dia mau menikah denganku? Apa keluarganya mau menerimaku karena umurku yang lebih muda dan karirku yang belum bagus?
Pikiranku buyar ketika mendengar dengkuran Jungkook yang sedikit menggangguku. Aku menarik selimutnya sampai menutupi wajahnya agar dengkurannya tidak begitu terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Let Me Love You 2 [COMPLETE]
Fanfic"I Fall in Love With You More times in a Day Than My Heart Beats.." -Jimin X Hanwoo Daily - Halo.. Ini Season 2 dari Just Let Me Love You sebelumnya. Kalian bisa mampir ke season 1 dulu baru baca yang Season 2 nya ya. Jangan lupa kritik dan sarann...