50

3K 148 2
                                    

Fatimah kembali mengerjapkan matanya yang sejak tadi terasa panas. Bayangan saat Zahra mengatakan Aliya adalah istri Fatih pun berputar di kepalanya. Lagi-lagi saat Aliya bersalaman kepada laki-laki itu ketika hendak pergi.

Pertama kali Fatimah melihat, laki-laki itu bersalaman dengan menggenggam erat tangan lawan jenisnya. Sudah kebiasaan Azzam bersalaman dengan lawan jenis dengan menungkupkan kedua tangannya itu.

Bagaimana tidak, lawan jenisnya itu adalah istrinya sendiri. Tanpa disadari Fatimah menjatuhkan air matanya. Sesak di dadanya menggumpal bagai awan hitam yang siap menjatuhkan benda langit yang bernama hujan. 

Sementara di ambang pintu, Aliya menatap Fatimah yang sedang duduk membelakanginya.

" Assalamualaikum. Boleh Aliya masuk mbak? " ucap Aliya di ambang pintu.

Fatimah segera menghapuskan air mata yang sempat jatuh, dia pun berbalik menatap Aliya seraya tersenyum samar.

" Wa'alaikumsalam wa rahmatullah, silahkan masuk ukhti " Fatimah mempersilahkan.

" Mbak, kata bunda, bunda ingin membuat cake untuk ayah. Jadi bunda mau cari bahannya lebih dahulu. Dia mengajak Aliya dan mbak, bagaimana? mbak mau ikut? " ujar Aliya saat sudah memasuki ruang kamar yang disediakan untuk Fatimah.

" Boleh ukhti. Ana bersiap dulu ya " ucap Fatimah dan bangkit dari duduknya.

Tak lama, mobil yang di tumpangi Zahra, Aliya dan Fatimah telah terparkir di depan sebuah supermarket. Tiga wanita itu turun bersama, canda gurau pun menghiasi perjalanan mereka. 

Aliya membantu memilih berbagai macam kebutuhan cake yang akan di buat oleh Zahra, berhubung Aliya juga bisa membuat cake itu, jadi ia sudah mengetahui bahan apa saja yang harus ia siapkan.

Sementara Fatimah sibuk menanyakan segala hal yang ia tidak mengerti dengan Zahra, Zahra pun antusias memberi tahunya. Aliya tersenyum melirik kedekatan Zahra dengan Fatimah, meskipun ia belum mengetahui secara jelas apa hubungan Fatimah dengan keluarga suaminya itu.

" Ara.. " ucap seseorang yang di ketahui berjilbab berwarna hitam di belakang Zahra.

Dengan sepontan, Aliya maupun Fatimah dan Zahra sendiri menoleh sumber suara. Wanita itu tersenyum dan mengucapkan salam. Ia adalah Anna, sahabat Zahra sejak dahulu.

" Wah kompak dengan menantu rupanya. Bagaimana kabar mu nak? " Tanya Anna pada Fatimah.

Fatimah menatap Zahra tidak mengerti, sementara Aliya hanya tertekun mendengar.

" Kau salah orang Na, menantu Ara tu yang ini " ucap Zahra mendekati Aliya. Aliya tersenyum pada Anna.

" Oh, Anna lupa, maklum baru satu kali bertemu, itu pun hanya sebentar " ucap Anna tersenyum.

" Namanya Al- Al " ucap Anna kembali menimang-nimang.

" Aliya aunty " ucap Aliya lebih dahulu.

" Oh iya Aliya, kau cantik sekali nak. Semoga Allah selalu melindungi mu. Cepat di berikan keturunan ya " ujar Anna kembali.

" Aamiin ya Rabb " ujar Zahra menimpali.

" Ara, mas Ilyas menunggu Anna di luar. Jadi Anna duluan saja ya " ujar Anna kemudian.

" Iya Na, hati-hati. Assalamualaikum "

" Wa'alaikumsalam wa rahmatullah "

" Bagaimana, sudah semua kan? " ujar Zahra memilah belanjaan di troli belanjanya setelah Anna berlalu.

" Sepertinya sudah bunda. Sudah lengkap " ucap Aliya ikut menatap troli belanja itu.

" Ya sudah, ayo kita pulang " ujar sang bunda.

MAHLIGAI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang