76

1.8K 88 7
                                    

Siang ini Aliya menemani Azzam kontrol bersama dokter pribadi keluarga Dinata. Seorang dokter muda bernama William yang baru pertama kali Aliya jumpai. Walau seperti itu, sang dokter tidak sama sekali memandang Aliya sebagai orang baru.

Kemudahan Aliya dalam berkomunikasi juga menjadi faktor dirinya dengan dokter keluarga suaminya itu mudah akrab. Banyak yang dokter itu ceritakan pada Aliya mengenai Azzam selama di rawat dalam dua bulan kebelakangan ini, membuat Aliya tidak percaya bahwa dokter Willian bahkan lebih mengenal suaminya dari pada dirinya.

"Saya mengenal Azzam seorang yang kuat dan juga mandiri. Hal ini tidak akan berat bagi dia, jika terus di dukung oleh orang-orang baik disekelilingnya"

"Memang ada sedikit masalah ya - " Dokter William menghela nafas dan menggantukan kata sejenak. "Cedera pada saraf tulang belakang Azzam mengakibatkan gangguan saraf dan fungsi organ di berbagai bagian tubuh yang lain. Termasuk organ vital yang menyebabkan Infertilitas"

"Infertilitas itu apa dok?"

"Itu semacam masalah pada keturunan, dan bukan hanya itu, mungkin untuk sementara ini Azzam harus lebih berhati-hati dalam berhubungan. Atau lebih tepatnya memberikan jeda dan jangan terlalu memaksa" Aliya hanya mengangguk mendengar penjelasan dokter William, walaupun terasa malu untuk membahas itu. Namun, ia tidak begitu kaget karena sebelumnya ia sudah mengetahuinya dari Azzam.

"Tetapi nona tenang saja, kita sama-sama berdo'a agar Azzam bisa kembali sembuh total seperti sediakala"

"Nona?" Aliya mengedikan bahunya sambil kembali bertanya.

"Aliya dok" Aliya tertawa kecil mencairkan suasana kembali "panggil saja Aliya dok, dari tadi memanggil saya dengan nona" kata Aliya sambil senyum.

"Yes, Aliya" ulang sang dokter ikut tersenyum.

"Tetapi adakah kemungkinan suami saya untuk sembuh dok?" Aliya kembali serius.

"Kemungkinan itu pasti ada, walaupun sangat kecil sekali"

Dokter William dan Aliya sama-sama hening, hingga Azzam datang dengan seorang perawat yang sudah membawakan hasil laboratorium dan menyerahkannya pada dokter William.

Seraya membuka hasil lab, dokter William kembali menanyakan keluhan Azzam mulai dari saat meninggalkan rumah sakit tersebut hingga hari ini. Begitu juga Azzam yang menyampaikan satu persatu rasa sakit yang dia rasakan mulai dari sakit di area punggung atas hingga bawah, dan juga di sebagian tangan yang kadang masih tidak berfungsi. Sementara Aliya hanya ikut mendengarkan perbincangan dua orang laki-laki itu.

"Terapi ini kemungkinannya sembuh nya sangat kecil, tapi apa salahnya kalau kita mencobanya kan?!"

"Saraf-safat yang terjepit itu sangat sulit untuk mengembalikannya, tetapi bukan mustahil untuk bisa kembali seperti semula, kita sama-sama berdo'a"

Dokter William kembali memberikan resep obat yang harus di minum Azzam apabila rasa sakitnya kembali kambuh.

Azzam dan dokter William juga tampak berbicara layaknya teman karib, tidak sama sekali terlihat bahwa William bekerja karena uang dari keluarga Dinata. Tak lama kemudian, Azzam berpamitan pada dokter William untuk meninggalkan tempat tersebut.

Sebelum pergi, dokter William sempat menahan Azzam "Semangat Zam, istri ente disamping itu terlalu cantik untuk di anggurkan" canda William sambil menepuk pelan pundak Azzam dan Azzam pun senyum tipis hingga Aliya pun ikut senyum meskipun ia tidak mendengar apa yang di katakan dokter William pada suaminya.

***

Sebelum pulang, Azzam membawa Aliya berkeliling sejenak meskipun mereka tidak turun dari mobil. Banyak hal menakjubkan yang Aliya lihat disana, dan setiap sudut ekspresi di wajah Aliya yang tampak terlihat mengagumi setiap keindahan alam disana tidak lolos dari pandangan Azzam. Jujur saja ia merindukan istri nya itu, banyak hal yang sudah mereka rangkai namun semua terhambat oleh keadaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MAHLIGAI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang