17. Semesta ikut bertasbih

2.9K 137 0
                                    

" Percayalah akan cobaan yang Allah berikan. Karena sesungguhnya di dalamnya ada hikmah yang telah di tetapkan-Nya "

***

Hari terang kian berubah menjadi gelap. Aliya masih dalam kebimbangannya. Di dalam hati kecilnya ia tidak ingin menyakiti wanita seteduh Hana. Namun jika kembali melihat dirinya, rasa ketidak mungkinan untuk tidak menyakiti Hana itu tidak ada.

Namun segalanya harus ia putuskan di malam ini juga. Dering telpon Aliya terus saja bergetar. Firman tak jemu menelponnya walau tidak ada yang ia hiraukan.

Dengan balutan mukena berwarna putih, Aliya masih menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Aliya berjalan menuju cermin yang berada di sebelah ranjang besar miliknya. Ia memandang wajahnya sendiri dan berseru pada wajah yang berada di cermin.

" Aliya, kau harus mantap. Tidak ada kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia karena itu hanya milik Allah Shubhanahuata'ala. Kau tidak boleh mempunyai keraguan yang tidak jelas "

Aliya menarik nafasnya pelan, lalu mengambil handphone miliknya di atas nakas yang sejak tadi berdering panggilan dari Firman. Aliya memencet tombol di layar iphone nya.

" Assalamualaikum " ucap Aliya dengan bijak

" Wa'alaikumsalam Aliya, syukurlah kau mau mengangkat telpon ku " suara Firman dari telpon itu berhasil menambah sakit hati Aliya

" Besok photo prewedd nya telap berjalan mas. Aku harap bersikaplah seperti biasanya, tadi aku sengaja tidak mengajak mbak Hana ke rumah mu karena aku tahu bagaimana akibatnya. Kamu tidak perlu menjemput dirumah, karena Aliya akan datang langsung ke rumah mas "

" Tap.. " belum saja Firman berkomentar Aliya telah memotongnya

" Kita pergi berdua mas, tanpa orang tua keduanya. Dan tanpa supir pribadi mas " jelas Aliya

" Tap.. " Firman mencoba untuk berbicara lagi

" Aliya kira itu saja, besok kita bertemu. Assalamualaikum "

Aliya menutup telpon sepihak. Tanpa ada keraguan lagi keputusan sudah ia tetapkannya. Menurutnya apa yang di putuskannya akan memberi kebaikan bagi dirinya sendiri maupun Firman dan Hana.

Malam itu Aliya tidak bisa tertidur meskipun tubuhnya sudah meminta hak nya untuk berebah. Pikirannya melayang, meratapi nasib yang di alaminya. Matanya masih menatap langit-langit kamar berukuran sedang.

Malam itu juga Hana sedang disibukan dengan Al-Qur'an dan kitab milik masjid dimana ia tinggal sementara, sejak pertemuan dengan Firman, Hana mulai merasa lega walaupun kebenaran belum ia terima.

Untuk menghilangkan rasa gundahnya Hana memanfaat waktu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.

Sementara di tempat yang berbeda, Firman yang sedang berada di balkon kamarnya menatap langit yang menunjukan sinar bulan dan dihiasi oleh bintang-bintang yang indah.

Sinar bulan dan bintang itu terpancar mengenai wajahnya, namun sinarnya tidak sanggup mencerahkan jiwa, bathin dan perasaan Firman. Beban sangat besar telah menerkam jiwanya. Beban itu berhasil membuat dia muram di malam yang begitu ceria.

Firman memandang ke arah sang bulan, dan berkata lirih,

" Apalah arti sinar yang kau pancarkan kepada ku, jika semangat hidup ku pun telah rudup dan hampir menyerah ? "

Firman menatap layar iphone nya. Membuka galeri dan mencari sebuah foto Aliya yang pernah ia ambil seketika Aliya tidak menyadarinya.

Jempol jarinya mengusap wajah Aliya perlahan dan bergumam 

MAHLIGAI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang