64

2.5K 162 8
                                    

Di sepertiga malam, Azzam berdiri di depan sebagai seorang imam. Aliya pun mengamini setiap do'a-do'a Azzam. Selesai shalat dan berdo'a, Azzam membaca Al-Qur'an dan disimak serta diikuti oleh istrinya. Beberapa lembar mereka baca dengan tartil dan penuh penghayatan. 

Kini bacaan pun usai, kedua insan halal itu sama-sama menaruh Al-Qur'an pada tempat semula. Sebelum meninggalkan tempat itu, Aliya kembali menoleh Azzam yang masih berkutat mengecilkan suhu AC ruangan.

" Mas, "

" Hm " Azzam berdehem seraya menolehnya.

" Boleh tanya sesuatu? " tanya Aliya dengan ragu.

Azzam pun tersenyum, " Iya, tanya apa? sayang " Mendengar panggilan sayang Azzam baru saja, membuat Aliya mengulum senyum dengan malu. Meskipun Azzam mengatakannya dengan nada santai.

" Mas- , baha-gia? "

Sontak pertanyaan Aliya membuat Azzam terkekeh, dengan wajahnya yang masih bersemu kemerahan, nampak sekali Aliya masih gugup sejak tadi. Namun, Azzam tidak ingin mengatainya.

" Tentu mas bahagia " kata Azzam tanpa berfikir panjang.

" Sung-guh ? " ucap Aliya kembali.

Azzam maju perlahan mendekati Aliya. Ia membawa Aliya ke ranjang dan duduk di sampingnya. Pelan-pelan Azzam menyentuh tangan Aliya yang masih terpaut satu sama lain, ia pun tersenyum dan berkata. " Memperistri anty adalah kebahagian, mas. Mas tidak minta rasa yang berbalas, cukup anty mau bersama menggapai Ridho Allah, itu sudah lebih dari cukup "

" Apa lagi, malam ini adalah malam yang tidak terlupakan. Terima kasih untuk kata cinta anty yang tadi di ucapkan " Aliya teripu mendengarnya.

" Sekarang mas mohon bersamalah dengan, mas. Menjadikan pelajaran hal yang sudah terjadi, dan kita jadikan ibadah terpanjang ini sebagai tiket kita menuju Syurga "

Aliya mengangguk dengan air mata membasah di pipinya. Azzam memeluk dirinya dengan hangat dan menenangkan. Rasa penyesalan tidak akan merubah apa-apa, selain dijadikan pelajaran berharga untuk lebih baik kedepannya.

***

Kini, Azzam membawa Aliya merasakan sejuknya udara di pagi hari. Embun-embun basah membias dengan kesegaran. Memberikan ketenangan di jiwa oleh sang pencipta. Sejak hari pernikahan, baru kali ini lah dua insan itu saling bergurau bahagia.

Detik selanjutnya, Azzam merasakan tangannya di sentuh oleh istrinya. Perlahan Aliya menautkan jari-jemarinya dengan rangkaian jari Azzam.

" Mas, makna cinta itu apa? " kata Aliya mengundang perhatian Azzam.

" Cinta? " ulang Azzam padanya, Aliya pun mengangguk.

" Cinta ada pada setiap makhluk, yang kita kenal dari sejak zaman nabi, yaitu Adam As "

" Cinta itu fitrah alami manusia yang harus di fahami maknanya. Kerena cinta dapat membuat manusia itu baik dan tidak baik " tutur Azzam dengan lembut. Sementara Aliya masih menunggu penjelasan lainnya.

" Kebaikannya, cinta dapat membuat inspirasi dan kekuatan. Tetapi buruknya, apabila seseorang yang memaksakan cinta dan berbuat kemaksiatan. Syahwat berbalut cinta namanya "

" Banyak orang katakan, cinta itu dapat mengubah sedih menjadi tawa, malas menjadi rajin, lesu menjadi semangat, lemah menjadi kuat, pesimis menjadi optimis, amarah menjadi ramah, musibah menjadi muhibah. Ya begitulah - cinta "

" Dalam kehidupan manusia cinta muncul dalam berbagai hal, termasuk cinta kepada istri, anak, dan keluarganya " kata Azzam seraya menatap Aliya.

" Mas pernah jatuh cinta? " tanya Aliya kembali. Azzam pun tampak mengangguk.

MAHLIGAI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang