04. Kampung Halaman

4.3K 180 0
                                    

" Perjalanan yang saat ini sedang engkau tempuh, itulah awal dari hidup mu suatu saat nanti. Maka teguhlah dalam menjalankannya. Jangan berlarut dalam kesedihan, karena kita pun bisa berbahagia "

***

Firman sudah rapih dengan kaos pendek putih dan celana panjang abu-abu. Malam itu ia hendak pergi ke rumah Aliya yang tidak jauh dengan rumahnya. Tiba - tiba deringan iphone yang berada di atas nakas berbunyi.

Mimik wajah Firman berubah seketika melihat nama yang tertera si pemanggil. Dengan malas ia mengangkat sambungan telpon tersebut. Hanya beberapa menit saja ia sudah menutup telpon kembali. Dan bergegas menuju rumah Aliya.

" Selamat datang rindu, malam ini akan kutitip rindu dengan hemburan angin malam. Semoga tidak terlalu menyiksa di kemudian hari " gumam Firman sebelum mengetuk pintu rumah Aliya

" Assalamualaikum " ucapnya setelah mengetuk pintu

" Wa'alaikumsalam " terdengar suara dari bagian dalam rumah besar tersebut

" Firman, ayo silahkan masuk. Om Damar sudah menunggu "

" Om tidak ada acara tante? " basa basi Firman

" Tidak, kan sudah di pesankan Aliya, mau kedatangan tamu "

" Hehehe, ya ampun tante, padahal tidak ada yang penting juga selain silaturahmi "

" Kata siapa silaturahmi itu tidak penting Fir, malah itu yang harus dijaga agar tidak terputus "

" Ayo silahkan duduk, biar tante panggilkan om Damar dulu "

" Iya tante, terima kasih "

Tiara berlalu dari hadapan Firman, lalu memanggilkan suaminya untuk menemui Firman. Tak lama kemudianDamar keluar untuk menemui Firman, dan  Aliya pun keluar dengan dua cangkir teh hangat.

" Wah, teh hangat sangat pas untuk malam yang dingin seperti ini Fir " ucap Damar yang melihat Aliya

" Silahkan pah, mas Firman silahkan di minum sambil ngobrol dengan papa. Aliya tinggal dulu ya mau istirahat "

" Terima kasih sayang, oh ya jangan malam-malam tidurnya. Besok pagi harus fit kembali untuk perjalanan nya "

" Iya pah, Aliya masuk dulu ya "

Setelah menerima anggukan Damar, Aliya kembali memasuki kamarnya yang memang disitu ada mamanya.

" Mama, ada apa dengan koper Aliya ma? " tanya Aliya karena melihat mamanya menatap koper dengan wajah sedih

" Mama takut kamu tidak di izinkan untuk tinggal bersama mama lagi Al "

" Mama kok seperti itu ngomongnya " Ia mendekati mamanya " Aliya akan tetap jadi anak mama sampai kapan pun "

***

Desa Padang Dalam, Pesisir Barat Lampung

" Assalamualaikum tanah kelahiran" Diam.. " Ibu seperti harapan ibu dulu. Aliya sudah menyelesaikan S2 Aliya dengan prestasi, dan sudah sukses seperti harapan ibu. Saat ini Aliya kembali untuk melihat keadaan bapak, kakak dan adik Aliya. Serta ziarah di makam ibu " hiks.. hiks.. hiks..

" Kenapa bu, kenapa. hiks.. kenapa ibu meninggalkan Aliya dengan cepat " ia menghapus air matanya

" Tapi ibu, ibu pasti bangga dengan Aliya saat ini. Aliya sudah tidak bangun didahuli oleh ayam lagi, tidak meninggalkan shalat dan ibadah lainnya lagi, serta hijab sudah menempel di kepala Aliya kemana pun Aliya berada bu "

MAHLIGAI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang