05. Kenyataan Pahit 1

4K 163 0
                                    

" Hari ini beberapa orang sibuk memperbaiki diri, sementara sebagiannya masih saja sibuk berkutat dengan perasaan dan hati. Dan sering kali kita hanya menyiapkan kemungkinan baik, namun kita lupa dengan kemungkinan buruknya "

***

Ketika mentari telah menyapa, Aliya mencari kesejukan alam di pagi hari dengan berolah raga di sekitar rumah-rumah yang masih terlihat jauh dari polusi udara seperti di Jakarta. Setelah nya ia berpamitan kepada bapak serta kakak adiknya untuk mengunjungi para saudara yang berada di desa itu.

" Mba Aisyah ini milik siapa ? " tanya Aliya melihat sebuah figura yang indah menempel di dinding kamar Aisyah

" Itu punya mas Ilham Al " sepontan senyum Aliya bersembunyi mendengar jawaban dari Aisyah

" Bagus ya " ucap Aisyah kembali

" Iya mbak, bagus " ucap Aliya dengan nada bergetar

Aliya mengingat masa-masa dahulu, ia menyukai Ilham namun Ilham dekat dengan Aisyah yang merupakan sepupunya sendiri.

" Kenapa Al? " tanya Aisyah karena ia begong tak tentu

" Engga apa-apa mbak, oh ya Aliya pulang dulu mbak, nanti bapak khawatir kalau kelamaan "

" Nanti malam mbak ke rumah ya, maaf sekarang mbak masih banyak yang sedang dipersiapkan "

" Iya engga apa-apa, Aliya tunggu di rumah mbak " pamit Aliya

" Hati-hati Al " ujar Aisyah

Dengan hati yang seakan telah terpatahkan, Aliya berjalan gontai memikirkan suatu hal, apa mungkin Ilham akan menerimanya jika ia datang terlebih dahulu.

" Apa yang akan aku lakukan jika mas Ilham ternyata memiliki perasaan dengan mbak Aisyah, sudah jelas sekali mbak Aisyah menyukai mas Ilham sama seperti diri ku kepadanya ya Allah " gumamnya

Ia berjalan perlahan memasuki area rumah mereka, terlihat sendal asing yang berada di depan rumah tersebut, seperti ada tamu yang sedang berkunjung. Dengan hati-hati Aliya memasuki rumah tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Samar-samar Aliya mendengar suara si tamu.

" Saya akan menikahi Aisyah segera pak. Seperti yang sudah di rencanakan "

Deg...

Kata-kata itu merupakan kenyataan pahit yang harus Aliya terima. Suara itu jelas tanpa penghalang dan merasuki rongga dada Aliya. Menusukan jarum kenyataan hingga membuat terluka tanpa berdarah di dalamnya.

" Jadi nak Ilham sudah yakin dengan semua itu? "

" Saya yakin pak, saya ingin pernikahannya di percepat minggu ini juga "

" Kalau begitu bapak sebagai wali dari Aisyah akan segera mempersiapkannya, dan akan memberi tahu Aisyah tentang semua ini "

" Baik, terima kasih pak. Ilham pamit dahulu "

" Iya nak Ilham, hati-hati "

" Assalamualaikum "

" Wa'alaikumsalam "

Ilham terbangun dari kursi plastik di ruang tamu itu. Ketika keluar dari pintu langkahnya terhenti melihat Aliya yang berdiri dengan seribu luka di depannya.

Aliya menundukan kepalanya tanpa berani menatap Ilham, ia masih diam meminta kekuatan dengan istighfar.

" Assalamualaikum Aliya " suara Ilham berhasil membuat air mata nya terjatuh satu tetesan. Dengan cepat Aliya berbalik badan dan menghapusnya agar tidak terlihat oleh Ilham

MAHLIGAI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang