32. Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun

2.9K 129 0
                                    

" Ketika Allah menguji kita, maka Allah ingin melihat mana dari sifat-sifat mulia yang nampak pada diri kita lalu mengangkat derajat kita "

Seperti halnya kata :

" Bukan Kesabaran jika masih mempunyai batas dan Bukanlah Keikhlasan jika masih merasakan sakit "

***

" Kami membawa kabar buruk, keluarga bapak Ali Ansori beserta istrinya yang kami ketahui identitasnya adalah Siti Aminah dan anaknya bernama Abdullah Yusuf telah mengalami kecelakaan "

deg...

deg..

degg..

Seketika Aliya ambruk di tempatnya. Maryam yang tak kalah terkejut segera memopong tubuh Aliya. Dengan begitu cepat Aliya kehilangan kesadarannya. Hirau bingar seseorang memanggil namanya kian menghilang.

Tak lama kemudian, Aliya mengerjap kan matanya mencari kekuatan. Istighfar terus terucap di bibirnya meski tidak bersuara. Aliya mendengar perlahan suara orang-orang telah mengelilinginya.

" Bapak " ucap Aliya ketika melihat Maksadi yang berada di dekatnya.

Aliya mencoba untuk bangkit, tubuhnya lemah, nafasnya sesak. Ulasan beberapa menit lalu teringat kembali, ketika itu pula tangis Aliya pecah dan memeluk Maksadi dengan erat.

" Ikhlaskan dia nak "

Perkataan Maksadi menyadarkan Aliya kembali, sebenarnya apa yang telah terjadi.

" Siapa yang harus di ikhlaskan pak " lirihnya, meski sedikit suara yang terdengar.

Pandangan Aliya menyapu tempat sekitar, rumah yang nampak indah dengan hiasan bunga-bunga itu seketika berubah menjadi duka. Tatapannya terhenti di tempat yang berbeda dengan kerumunan masyarakat sekitar rumah Aliya.

" Hiks.. hiks.. hiks.. " isak Aliya semakin menjadi.

" Ini tidak mungkin pak, katakan pada Aliya bahwa mereka baik-baik saja " gumam Aliya yang masih dipelukan Maksadi.

Maksadi terus mencoba menenangkan Aliya, ia di bantu oleh Maryam yang sama tidak menghentikan air mata. Kesedihan di mata Aliya memberikan sedotan untuk Maryam ikutan menangis.

" Katakan padaku bahwa ini mimpi Maryam, aku mohon, hiks.." ucap Aliya terisak

" Allah berkehendak lain Al, aku juga tidak menyangka ini, hiks.." ucap Maryam

Aliya mencoba untuk tenang dibantu oleh Maryam dan Maksadi, setelah beberapa saat Aliya telah bisa menguasai kesedihannya. Perlahan kakinya tergerak untuk mendekat kearah dua sosok laki-laki yang berbujur kaku di tempatnya. Ia masih dibantu oleh Maksadi dan Maryam.

" Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun " gumam Aliya

" Kenapa bisa seperti ini mas, kenapa kau meninggalkan aku di situasi seperti ini " ucap Aliya di depan seorang laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi imamnya.

" Kata kan pada ku bagaimana caranya aku mengikhlaskan semua ini " ucap Aliya kembali

" Sabar Al " balas Maryam yang berada di sampingnya.

" Kenapa nasib ku seperti Maryam " tanya Aliya pada Maryam

" Takdir Allah lebih indah dari yang kita bayangkan. Ketentuannya lebih pasti dari pada yang kita rencanakan "

" Tuntun aku untuk beristighfar pak " ucap Aliya menggenggam erat tangan ayahnya

Aliya menatap laki-laki paruh baya yang seumuran dengan Maksadi yang terbaring kaku di samping Abdullah. " Lalu siapa dia ? " tanya Aliya masih dengan nada gemis

MAHLIGAI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang