62

2.3K 144 13
                                    

Dalam diam Azzam memacu mobil menuju rumah minimalis yang berukuran besar bagi Aliya. Sejak tadi tidak ada yang membuka suara selama di perjalanan, hanya ada Aliya yang beberapa kali curi pandang pada Azzam, suaminya.

" Suami? " mungkin itu salah satu hal yang patut di pertanyakan bagi Aliya. Mungkin kah dua insan yang saling terikat dalam pernikahan akan terus terasa canggung seperti ini, pikirnya.

Dengan menempuh jarak sedemikian dan menghabiskan waktu kurang lebih 20 menit saja, mobil tersebut sudah berada di perkarangan rumah mereka.

Azzam membukakan pintu rumah dan mempersilahkan Aliya untuk masuk lebih dahulu. Tak berniat menghabiskan waktu berlama-lama, Azzam segera menaruh peci dan handphonenya di atas nakas dan bergegas mengambil wudhu, untuk segera berbaring merehatkan tubuhnya sejenak dan mencoba mengusir rasa penat seharian beraktivitas.

Azzam merebahkan tubuhnya di atas ranjang berukuran king size, dengan warna latar putih bersih dan beberapa garis berwarna ke abu-abuan.

Ia hendak membaca do'a tidur seperti biasa, namun niatnya terhenti ketika menatap Aliya masih duduk diam disisi ranjang dengan menatapnya.

Aneh mungkin, bagi Azzam tatapan sendu Aliya itu suatu hal yang sulit di dapatkan. Karena dirinya sudah terbiasa dengan tatapan Aliya dengan penuh kebencian padanya.

" Ada apa? " ucap Azzam kemudian.

Aliya masih diam tanpa suara, namun ia mengalihkan pandangannya ke lain arah.

" Tidak ada " gumamnya seraya menurunkan kedua kakinya menginjak dinginnya lantai, ia beranjak dan mengambil pakaian yang akan ia gunakan untuk tidur.

Malam semakin sunyi, jertikan jam dinding pun mendominani setiap sudut ruangan. Azzam kembali menggeliak dan perlahan mengejapkan matanya. Ia menoleh arah jam dinding di tepian, sudah memasuki waktu 3/4 malam.

Ia kembali menoleh disekitarnya, hingga pandangannya terpaut pada gadis berparas cantik yang beberapa waktu terakhir menemani tidurnya. Dengan damai Azzam menatap satu persatu inchi di wajah Aliya, sehingga tanpa sadar sudut bibirnya melengkung menampakan senyuman.

" Berdosakah aku, jika mencintai istriku sendiri " batinnya.

Azzam tersenyum miris memikirkan tentangnya dengan Aliya. Yang mana sebuah pernikahan sudah terbiasa dilandaskan oleh rasa cinta, tetapi bagi mereka berdua itu berbeda. Terdapat sebuah dinding besar penghalang, yang selalu menutupi rasa itu tumbuh secara nyata.

Lamunan Azzam pun terhenti ketika Aliya menggeliak membenarkan posisi tidurnya. Azzam tidak berniatan untuk mengganggu tidur istrinya itu, namun sebuah hadist Rasulullah mengingatkan nya kembali.

مَنْ اسْتَيْقَظَ مِنْ اللَّيْلِ وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ جَمِيعًا كُتِبَا مِنْ الذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ

"Barangsiapa yang bangun malam dan membangunkan istrinya, kemudian mereka berdua melaksanakan shalat dua rakaat secara bersama, maka mereka berdua akan dicatat sebagai orang yang selalu mengingat Allah Ta'ala." (HR. Abu Daud).

Azzam sedikit menepuk tangan Aliya agar bangun dari tidurnya, namun berbeda dari perkiraan, Aliya malah membenarkan posisi nya kembali dan terlelap, membuat Azzam kembali tersenyum dibuatnya.

MAHLIGAI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang