34. Part

2.6K 123 0
                                    

" Masalah itu adalah guru terbaik yang mengajarkan kita untuk bangkit. Terkadang, air mata adalah teman yang setia untuk menyemangatinya "

***

Hari-hari Aliya selalu di padati oleh kegiatan mengajar di berbagai kampus. Terkadang ia sengaja berlama di kampus meski ia hanya berdiam atau sekedar berbincang dengan mahasiswa di perpustakaan ketika jam mengajarnya telah habis.

Bukan karena ia tidak rindu dengan suasana rumah, namun jika berada di rumah, kesedihan selalu menyapanya. Entahlah, bagaimana cara bangun dari semua itu.

" Umma, sedang apa " 

Tanya Aliya ketika sedang melihat Siti Aminah termenung di kursi rodanya. Aliya menjongkok di depan umma agar sejajar dengannya.

Perlahan Aminah menggapai pipi Aliya dengan tatapan sendu, Aliya merasakan hawa kesedihan mendalam dari Aminah.

" Maafkan putra umma, nak " ucapnya lirih

" Umma, jangan pernah mengucapkan maaf lagi dengan Aliya. Aliya yang patut meminta maaf, gara-gara Aliya, umma kehilangan semuanya " Ia menahan isaknya " Abah, mas Abdullah dan kesempatan untuk berjalan dengan menopang kaki sendiri. Hiks.. " ucap Aliya menahan tangisnya

" Umma kehilangan segalanya karena Aliya "

Aminah menarik Aliya kedalam pelukannya, keduanya sama-sama menangis.

" Ini bukan salah siapa-siapa, tapi takdir Allah yang berkehendak." Ucap Aminah dengan tegar " Carilah jodoh yang lebih baik dari Abdullah. Jangan biarkan dirimu selalu dalam keterpurukan " Lanjutnya.

" Berjanjilah umma akan selalu bahagia, Aliya janji akan membuat umma bahagia. Saat ini umma adalah bagian dari keluarga kami " ucap Aliya menghapus air matanya, lalu membelai lembut pipi Aminah.

" Tapi umma harus kembali ke Surabaya " ucap Aminah 

" Kenapa harus kembali ke Surabaya umma, makam abah dan mas Abdullah ada disini "

" Umma tidak mungkin akan membebani keluarga mu terus - menerus. Umma akan cari hidup umma sendiri. Umma pasti dapat melewati ini semua walau sendiri " ucap Aminah menyakinkan Aliya

" Aliya tidak mau umma sendiri, Aliya akan ikut umma ke Surabaya jika umma akan tetap tinggal disana " putus Aliya

" Lalu bagaimana mama nak? " ucap Tiara menimpali

" Bu, kami sungguh tidak keberatan jika ibu ingin tinggal bersama kami. InsyaAllah kami akan tetap senang sekali menerimanya " ucap Tiara pada umma Aminah

" Umma akan pertimbangkan " ucap Aminah, Aliya pun menghela nafas bahagia.

" Umma, Aliya pergil dulu ya. Aliya ada janji dengan Maryam untuk menemaninya ke toko buku "

" Hati-hati nak " ucap Tiara dan Aminah bersamaan. Aliya pun tersenyum.

" Assalamualaikum "

" Wa'alaikumsalam " ucap keduanya.

Aliya menaiki mobil dan mulai mengendarainya, menuju rumah Maryam. Sudah beberapa hari terakhir Maryam selalu meminta untuk menemaninya ke toko buku. Tapi Aliya selalu menolaknya dengan alasan apa pun.

Tidak butuh lama, mobil yang dikendarai Aliya telah berada di depan sebuah rumah minimalis yang indah. Aliya menuruni mobil dan bertemu dengan ummi dari Maryam.

Setelah sedikit berbincang dan mendengarkan nasihat-nasihat ummi, Aliya dan Maryam berpamitan untuk pergi ke toko buku. Kebetulan toko buku yang ingin di tuju tidak terlalu jauh.

MAHLIGAI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang