35. Part

2.4K 119 2
                                    

" Keindahan Senja merupakan keromantisan Sang Pencipta. Dia menghadirkan senja dengan segala keteduhannya. Menenangkan dan bermakna. Namun akan berbeda rasa jika senja hadir tanpa di ikuti oleh jingga. Sampai pada akhir ya, Senja tiada di lahap oleh malam menuju  ke Fajar Nya "

***

Senja menyapa di sebuah rumah yang terlihat sederhana namun tetap terlihat indah. Pemandangan indah ini terkadang terlewatkan oleh manusia. Hingga akhirnya senja tiada di telan oleh kegelapan.

Malam ini, langit telihat gelap. Awan hitam memenuhi langit luas, sehingga tiada terlihat bulan dan bintang seperti biasa menyinari bumi.

Aliya memilih terdiam di ruang televisi dari pada menatap langit seperti biasa ia lakukan walau hanya sekejap.

" Besok dia akan datang nak, kau ada waktu bertemu dengannya " suara bapak membuat Aliya menatap ke arah sumbernya.

" Besok pak? " ulang Aliya memastikan. Dan Maksadi pun mengangguk.

" Secepat itukan mas Fadhil " batinnya

" Ba'da ashar " ucapnya lagi

" Aliya tidak masalah, tapi maaf Aliya tidak bisa menemuinya "

" Lah, mengapa nak? " ucap bapak khawatir

" Aliya sepenuhnya percaya dengan bapak, jika bapak telah meridhoi maka Aliya akan menuruti. Semoga Allah memberikan yang terbaik pak " ucap Aliya dengan nada tidak bisa di artikan.

" InsyaAllah dia pilihan yang tepat " tukas bapak.

.

Ke-esokan harinya, tepat pada pukul 15 : 35 Adzan berkumandang, Aliya dengan jelas mendengar itu dari kamarnya. Karena masjid memang hanya beberapa meter dari rumah Aliya.

" Apa itu dia, ya Allah. Suara itu, Aliya seperti pernah mendengarnya " gumam Aliya kembali.

Ingatannya kembali pada hari dimana Fadhil menyampaikan niat nya untuk berkunjung dirumahnya, dan bapak bilang ada tamu yang akan datang.

" Mungkinkah itu mas Fadhil "

Semua pertanyaan Aliya, ia simpan dalam benaknya, ia memilih melaksanakan kewajibannya.

Sekitar pukul empat sore, terdengar deru sebuah motor di depan rumah tersebut. Pertanyaan kembali datang di benak Aliya, apa mas Fadhil membawa motor. Sesaat dari itu terdengar suara bapaknya.

" Aliya yakin tidak akan menemuinya nak " ucap Tiara yang baru saja masuk di kamarnya.

" Aliya percaya dengan bapak ma, Aliya tidak bisa menemuinya terlebih dahulu " lirih Aliya

" Kamu trauma ya, mama ngerti itu sayang. Tapi belajarlah menerima kenyataan "

" Aliya sedang belajar ma, tapi semua terasa berat "

" Perlahan sayang. Mama keluar dulu. Ingin buatkan teh, dan melihat seperti apakan wajah calon menantu mama " ucap Tiara mengelus kepala Aliya. Aliya tersenyum dengan mamanya.

Aliya sedikit-sedikit mendengar perbincangan dari ruang tamu itu, ia mendengar jelas ketika seseorang yang asing itu mengatakan ingin menikahinya. Aliya semakin menajamkan pendengarannya ketika sebuah pertanyaan terlontar dari bibir Maksadi, orang tua kandungnya.

" Saya memilih dia untuk menjadi teman saya bersuka duka, saya ingin melakukan ibadah terpanjang di masa hidup saya bersamanya. "

" Sungguh, ana tidak akan mempermasalahkan bagaimana masalalunya, karena akan lebih baik jika kita menata masa depan yang lebih baik. Ana tidak berjanji untuk memberikan kebahagiaan. Tapi ana berjanji untuk membahagiakannya abah "

MAHLIGAI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang