Setelah selesai mengajar, Aliya menghubungi Maryam untuk bertemu dan menemaninya mencari buku serta makan. Karena keduanya sama-sama sibuk, kini memang sulit untuk bertemu. Walau begitu, Aliya dan Maryam selalu berkomunikasi via telepon disetiap harinya.
" Bagaimana mas Azzam? " tanya Maryam setelah keduanya sudah memesan beberapa makanan.
" Alhamdulilah, dia baik. Tapi dua hari ini dia pergi "
" Waa.. pantas ngajak ketemu " ujar Maryam tersenyum. " Pergi kemana? "
" Ke Purbalingga katanya, memenuhi undangan tausiah dari temannya saat masih di Kairo "
Bip bip
Aliya menatap layar handphonenya dan tertera nama suaminya. Aliya mengusap layar handphone itu seraya tersenyum.
" Mas Azzam telpon " kata Aliya pada Maryam.
" Assalamualikum wa rahmatullah, mas " ucap Aliya dengan senyum lebar.
" Wa'alaikumsalam wa rahmatullah wa barakatuh, sayang. Bagaimana keadaan anty?
" Alhamdulillah, baik mas. Mas sedang apa ? "
" Lagi nunggu Haikal, masih beli makan, katanya. Anty lagi apa? "
" Lagi makan juga, sama Maryam " ujar Aliya sambil mengahadapkan layar handphone pada Maryam.
" Ya sudah, nanti pulangnya hati-hati. Kalau kesepian tidurnya, boleh ajak Maryam menginap malam ini "
" Heem, boleh mas? Maryam minap di rumah Al ya? " tanya Aliya pada Azzam dan Maryam.
Maryam mengangguk pelan, " Boleh, sayang. Pulangnya jangan kesorean ya " pesan Azzam.
Aliya tak henti tersenyum setelah mematikan sambungan telponnya pada Azzam, hal itu membuat Maryam merasa heran padanya.
" Hey, Al, kamu ga lagi sakitkan? " ujar Maryam sambil menempelkan tangannya di dahi Aliya.
" Aku sehat Maryam, memangnya aku terlihat tidak sehat " cicit Aliya pada Maryam.
" Sehat sih, tapi kamu tu senyum-senyum sendiri kenapa? "
" Happy aja " kata Aliya santai.
" Senang bukan mainkan, sekarang mah " ledek Maryam. " Dulu aja - " ucap Maryam seraya melirik perubahan mimik wajah Aliya.
Aliya diam sejenak. " Aku benar-benar merasa bersalah Yam, aku ga tau seberapa sayangnya Allah sama aku. Sampai dia menitipkan malaikat disisi aku " ucap Aliya dengan tatapan menerawang kedepan.
***
Setelah selesai makan dan sedikit berbelanja. Aliya mengantar Maryam untuk pamit dan mengambil 2 sett bajunya untuk persiapan menginap dirumah Aliya.
Dirumah Maryam, mereka disambut oleh umi dari Maryam sendiri.
" Bagaimana kabar suami Aliya? "
" Alhamdulillah, umi. Dia baik. Kalau abi bagaimana mi? Sehat? "
" Alhamdulillah, abi memang jarang dirumah kalau siang. Bisnis abi kan masih maju-majunya sekarang "
" Wah Alhamdulillah, rasanya Aliya udah lama ga ketemu abi "
" Iya, sekarangkan sibuk teruus " ujar Maryam yang baru keluar dari kamarnya.
" Ya maklumkan, sekarang sudah ada suami. Kalau anak umi ini, kapan lagi? " timpal umi kembali.
" In sya Allah umi, umi do'akan saja ya " ujar Maryam sambil menyengir.
" Umi tenang aja. Nanti kalau Maryam ni tidak juga menemukan pasangannya, Aliya bisa carikan ko " ujar Aliya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHLIGAI CINTA
Espiritual" Aku mencintai dia, namun Allah berkehendak lain. Dia mempertemukan ku pada orang yang aku benci. Entah bagaimana nasib ku, terus durhaka atau menyerah. - Aliya Syamala Thaunnissa -