75

1.8K 92 23
                                    

Langit cerah menyapa di kota indah yang menjadi tempat impian banyak orang. Kota yang di sebut sebagai kota romantis dan juga kota pusat keuangan terkemuka di dunia.

Itu salah satu alasan Rasya membawa Azzam berobat di tempat ini. Dimana tempat ini juga banyak kenangan Azzam ketika masih di dalam kandungan ibundanya, karena kota tersebut juga salah satu kota yang paling sering di pijaki Zahra dimasa muda bersama suaminya, Rasya.

Dan kini, Azzam dan Aliya sedang menikmati suasana yang sama dengan orang tuanya dahulu. Ditemani oleh sejuknya terpaan angin pagi, bersamaan dengan munculnya pantulan matahari membuat tempat itu bertambah indah dan penuh kedamaian.

Pelukan hangat serta diselingi oleh candaan serta tawa juga menghiasi pagi mereka. Hal tersebut juga menular pada Zahra dan Rasya yang diam-diam mengamati aktivitas Aliya dan Azzam dari balik jendela, mereka tersenyum lega dan bahagia.

Benar kata orang, kebahagiaan itu bukan diberikan dan diterima saja. Tetapi, ia diciptakan. Kebahagiaan yang diciptakan akan terus mengembang dan tidak mudah pupus karena lelah akan keadaan.

Sama dengan Aliya dan Azzam saat ini, mereka berdua sibuk menciptakan kebahagiaan versi mereka sendiri, yang mereka yakini akan membuat mereka terus menyadari bahwa banyak perjuangan yang sudah mereka lewati untuk berada di keadaan saat ini, mulai dari ujian kesabaran hingga tetesan keringat serta air mata.

Semua itu akan menjadi memori dalam kisah mereka, juga mengajarkan kepada mereka bagaimana cara bertahan dalam suatu ujian rumah tangga.

Rasya menarik Zahra kedalam pelukannya.

"Azzam terlihat sangat bahagia sejak kemarin. Ayah jadi merasa bersalah dengan mereka" hembusan nafas lega serta cicitan Rasya membuat Zahra ikut tersenyum dan senang.

"Rumah tangga mereka mengingat mas dengan masa muda kita ya bunda, sekuat apapun orang lain ingin memisahkan rumah tangga kita. Namun pada akhirnya, kita tetap bertahan karena kita sadar bahwa kita saling membutuhkan dan kita ingin saling melengkapi"

"Tetapi beruntunglah Aliya, dia tidak menemukan laki-laki seburuk mas kala itu" guman Rasya kembali, Zahra menengadahkan wajahnya menatap raut Rasya.

"Karena itulah rumah tangga, mas. Dimana tempat paling dekat yang harus kita dakwahi adalah pasangan kita sendiri. Maka ketika suami lalai, istrilah orang pertama yang harus mengingatkannya. Begitu juga sebaliknya"

"Kalau dulu Zahra di uji kesabaran mengahadapi sikap dingin dan arogan dari mas Rasya. Tapi pada akhirnya, Allah tetap membukakan hati mas Rasya untuk menyayangi Zahra. Sekarang Azzam dan Aliya di uji dengan hal yang berbeda. Namun setelah itu, Aliya dan Azzam juga membuktikan bahwa mereka sama-sama tidak ingin kehilangan"

"Tidak ada rumah tangga yang tidak ada ujian, mas. Sepanjang perjalanan pernikahan yang tak mengenal batas, maka selama itu juga ujian akan datang menerpa nya"

"Tetapi ingat kembali, bukan seberapa besar ujian itu menimpa diri kita, namun bagaimana cara kita menghadapinya dengan keikhlasan dan kelapangan dada" seulas senyum Zahra seraya memeluk Rasya.

Dalam kebahagiaan dua pasangan masing-masing disana, ada satu orang yang diam kaku menahan tangisnya di balik pintu. Apakah dia adalah ujian dalam rumah tangga Azzam dan Aliya?

Ucapan Zahra dan Rasya berhasil membuat nya menitikkan air mata secara diam, serta melihat Azzam yang tersenyum bahagia di balkon sana. Lalu salahkan perasaan yang kini tumbuh tanpa keinginannya?

Ingin rasanya ia berlari kencang, meninggalkan semua yang ada di sana, tapi hati nya tak kuasa menahan itu. Ini sangat sulit, dan kenyataan itu sangat pahit.

MAHLIGAI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang