26. Monster

3.3K 236 0
                                    

Seharusnya Al tidak bersikap dingin pada Calista.

Dia bahkan menahan diri agar tidak memeluk gadis itu. Tapi Al kesal, dan ia rasa itu wajar kan?

Sebagai tunangan gadis itu, seharusnya Al menjaga agar Calista tidak melirik laki-laki lain.

Keputusan Al meninggalkan Calista di White Heaven adalah pilihan yang tepat. Sudah lima menit ia meninggalkan Calista, gadis itu berhenti berteriak, bagaimana ia tahu? Tentunya Al punya pendengaran yang tajam, yang bisa mendengar puluhan kilo meter jauhnya.

Entah kenapa ia merasa angin mulai berhembus kencang. Al takut jika angin itu bisa menerbangkan Calista. Tapi, gadis itu pantas dihukum. Dan seharusnya Al tidak perlu memikirkan lagi.

Al menjambak rambutnya frustasi, ia berjanji tidak akan menoleh. Jika ia menoleh tidak menutup kemungkinan Al akan kembali membawa Calista pulang.

Angin yang berhembus kencang tiba-tiba menghilang. Itu janggal sekali.

Apa Al boleh menoleh sekarang?

Tidak boleh!

"Akhh! Tidak bisa!" geram Al, meninju udara.

Seketika itu Al menoleh, ia langsung melihat Calista melompat dari White Heaven.

Shit! Mata hijau itu langsung terbelalak kaget. Secepat mungkin Al terbang, melesat ke arah Calista. Udara menerpa rambut Al dengan keras. Ia tidak peduli. Ia hanya peduli dengan Calista, tunangannya yang nekat membunuh dirinya sendiri dengan terjun udara dari tempat White Heaven.

Saat Al hampir meraih lengan Calista, gadis itu malah menghindarinya. Al panik! Kenapa Calista tidak mengulurkan tangannya? Al mengulurkan tangannya kembali, mencoba mengapai Calista, ia tidak akan menyerah. Jauh di bawah sana ada daratan, jika sampai Calista terjatuh, Al tidak akan mengampuni dirinya.

Seringai di bibir Calista terlihat jelas di mata Al. Gadis itu bahkan tidak takut, dan kenapa dia terlihat jahat?

Tidak ada kata menyerah, Al menambah kecepatan, di bawah sana daratan mulai terlihat. Ia langsung melesat ke arah Calista, mencoba menangkapnya, tetapi lagi-lagi gadis itu menghindari. Apa dia gila?

Al tambah panik, dan lima belas meter lagi mereka menyentuh daratan. Terpaksa Al menghilangkan sayapnya. Dan menghilang.

Ia muncul kembali di belakang Calista dan langsung memeluknya. Anehnya gadis itu memberontak, mata emas yang dikenal Al, menatap lelaki itu tajam.

Dan saat itu Al mulai mengerti.

Al menghilang bersama Calista dari udara pindah ke sebuah air terjun dalam hutan. Gadis itu masih dalam rengkuhannya, ia juga masih memberontak. Apa Celia kehilangan akal?

Al panik sekali tadi, kenapa Calista malah terlihat biasa saja? Al mengeratkan pelukannya.

"Apa yang kau lakukan hah? Mau mati! Aku tidak akan membiarkanmu mati, mengerti!? Kenapa rasanya sulit sekali mengerti dirimu. Kau pantas dihukum. Dan tidak seharusnya kau bersikap begitu!"

Calista yang berada di pelukan Al berhenti memberontak ia mendorong Al kuat, seakan kekuataannya lebih besar dari kekuatan lelaki bahkan langsung membuat lelaki itu mundur.

"Minggir," suara yang dingin itu membuat Al membeku.

Mata emas Calista berkilat mengerikan. Seharusnya Al tahu akan begini, ia harus mencegah gadis itu akan sangat kacau jika Al tidak bisa menghentikannya. Bisa Al rasakan, bau Calista sama seperti tempo hari saat sihir biru itu muncul di dunia manusia. Ia tidak mungkin salah menebak.

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang