39. Beauvais

3K 212 0
                                    

"Siapa kalian?"

Kedua orang itu berbalik lalu menatap Calista. Calista menurunkan belatinya. Calista mengamati dua wajah yang terasa familiar, ia berpikir dengan keras sampai akhirnya Calista ingat. Dua orang itu adalah orang yang pernah menolongnya di hutan sebelum Al datang, dan Calista lupa nama mereka.

"Apa yang kalian lakukan di sini? Bagaimana bisa kalian berada di sini? Apa kalian mengikutiku?" tanya Calista dengan beruntun.

Salah satu dari mereka mendekat, dan perempuan itu memperkenalkan dirinya. "Aku Tzevi dan dia sepupuku Samcha. Kami tahu anda ingin bertanya banyak. Kami bisa menjelaskannya nanti dan kami punya alasan. Tapi hal yang paling penting sekarang adalah kami ingin, anda ikut dengan kami, Putri."

Calista mengerutkan keningnya. "Untuk apa?"

"Ada sesuatu yang amat sangat penting yang harus anda tahu dan anda harus ikut dengan kami," bujuk Tzevi.

"Tidak," tolak Calista tanpa berpikir.

"Kami tahu, anda sedang berpikir untuk terlepas dari genggaman Raja Trois. Jika anda ikut dengan kami, kami bisa menjamin anda akan aman," tiba-tiba gadis yang bernama Samcha ikut bicara.

Calista terkejut, ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun jika ia memang ingin kabur dari Al. Apa gadis itu bisa membaca pikirannya?

"Kalau anda berpikir jika aku bisa membaca pikiran. Itu salah. Aku hanya bisa melihat masa lalu dan merasakan energi kehidupan. Aku selalu tahu, apa yang telah terlewatkan di suatu tempat. Kami harap anda mau berpikir, Putri."

Calista terdiam sangat lama. Memang dua perempuan ini pernah menolongnya, tetapi ... bayangan wajah Al terlintas di kepalanya saat Al menyakitinya ... itu lebih mengerikan dari ia berpikir ikut orang tidak dikenal. Calista juga ingin kabur dari Al. Jika Calista ikut, takdir pasti ikut berubah bahwa dirinya tak ditakdirkan begitu malang. Jika Calista tidak pergi ia pasti menjadi Calista yang malang.

"Aku tidak peduli apa yang sangat penting sehingga kau menyuruhku mengikutimu. Aku akan ikut dengan kalian, tapi ... aku meminta jaminan kalian harus melindungiku dan menjauhkanku dari Al," ucap Calista tak terbantah.

"Tentu saja, tugas kami melindungi anda," jawab Tzevi.

"Baiklah, kalau begitu kita pergi sekarang." Ucap Samcha.

"Pergi dari sini adalah mustahil. Bagaimana caranya?" tanya Calista.

Senyuman itu terlihat di kedua bibir perempuan itu, Tzevi mengeluarkan sesuatu dan melemparnya ke luar balkon. Seketika itu sinar hijau muncul seperti sebuah lorong, dan berputar. Calista memandang itu dengan tak percaya, sesuatu yang tak pernah ia bayangkan dalam hidupnya ia lihat dengan mata kepalannya sendiri. Harus Calista akui, dirinya termasuk orang-orang yang tak begitu percaya jika sihir itu ada, sesuatu yang tak mungkin terjadi. Namun, setelah melihat keajaiban atau mungkin Calista bisa menyebutnya keanehan terjadi saat ia mengenal Al, awalnya ia kira ia akan terbiasa dengan ketakjuban tapi keanehan dari sihir itu selalu bisa membuatnya kagum.

"Ayo, Putri. Aku akan masuk terakhir."

Calista bahkan tak sadar jika Samcha tak ada di sana lagi. Tangan Tzevi menarik Calista menaiki pagar balkon, Calista masih terlalu takjub. Saat tubuhnya didorong ia tidak sempat berteriak, karena suara teriakannya membisu dalam terowongan itu. Sekilas yang bisa Calista lihat, Tzevi melemparkan serbuk aneh lalu masuk dan lorong hijau itu menutup.

*****

Selama satu setengah jam lebih, Al kembali ke kerajaan Trois. Daging rusa betina yang Calista minta sudah ia hidangkan dengan layak. Al tidak dapat menahan senyumannya jika berpikir bagaimana ekspresi senang Calista saat memakan dagingnya. Apa lahap atau tidak.

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang