52. Pilihan yang Sulit

4.2K 237 5
                                    

15 menit kemudian.

Di sinilah Calista dan Ratu Titania sekarang, berada dalam ruang baca. Mereka duduk berhadapan di sofa yang di sampingnya menyala perapian yang menghangatkan suhu ruangan.

Detik berikutnya, Calista mendecak dengan keras. Jangan tanyakan seperti apa wajah Calista. Ia kesal sekali, bahkan wajahnya lebih mengerikan daripada hantu.

"Langsung saja. Apa yang ingin kau bicarakan," Calista berkata ketus.

"Calista, kau harus mengerti. Kondisi Ash masih sangat buruk. Jadi kami tidak ingin kau mengunjungi Ash, karena takut menganggu privasinya. Karena akulah yang memberi perintah pada para penjaga agar melarangmu masuk ke ruangan Ash,"

"Apa ada lagi alasan yang lebih masuk akal dari ini?" ucap Calista sarkatis.

Titania menghela napas berat. "Karena aku hanya tidak ingin kau mempengaruhi hidupnya terlalu besar,"

"Maksudmu? Mempengaruhi seperti apa?"

Titania mengernyitkan keningnya dalam. "Tidakkah kau sadar, dia terlalu menyayangimu, Calista. Aku memang tidak melarangnya, hanya saja kupikir akan lebih baik jika kau menjauhinya karena dia terlalu mementingkan dirimu, dan mengabaikan dirinya sendiri."

Ada perasaan tidak terima di hati Calista, wanita yang dulu hanya seorang selir yang kemudian naik tahta menjadi seorang ratu setelah ibunya tiada, rasanya tak pantas memposisikan dirinya sebagai ibu kedua Calista, yang mencoba menasehatinya. Dan apalagi wanita itu seakan menyalahkan dirinya atas apa yang menimpa Ash.

"Aku tidak seperti itu, Yang Mulia." Calista mulai bicara formal. Dalam hati, batas kesabaran seorang Calista sudah habis tingkatannya. "Aku sama sekali tidak menuntutnya melakukan hal yang bahkan tak pernah aku sadari. Kenapa di sini seolah-olah adalah aku yang salah. Yang Mulia tak pantas melarangku bertemu dengan Ash, aku sama sekali tidak mengelak jika citraku di masyarakat sudah sangat jelek. Tapi aku tidak peduli dengan hal itu. Yang aku pedulikan adalah kenapa aku harus menghindar dari Ash?"

"Kenapa kau tidak pernah mengerti ucapanku?"

Calista tersenyum sinis, ia melihat Titania jauh lebih emosi dari biasanya. Rahang wanita itu mengeras. Alisnya hampir menyatu, buku-buku jemari tangannya yang bertautan, tergepal sangat kuat. Sekarang tak ada lagi wajah ramah yang biasanya ada di sana.

"Apa yang harus aku mengerti?"

"Kau adalah masalah!" pekik Ratu Titania. Ia kehilangan kendali atas dirinya. Ia hanya takut jika putranya meninggalkannya, bagaimana pun Calista berpengaruh besar dalam kehidupan putranya.

"Kau adalah masalahnya, Calista. Aku mohon padamu, sebagai seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya. Aku mohon. Mulai sekarang jauhi Ash, jangan pernah coba-coba untuk mendekatinya. Sebenarnya aku juga salah, seharusnya aku ikut turun tangan dalam mendidikmu, karena kau terlalu banyak tingkah. Sikap yang kau tunjukkan tak pernah ada yang benar, selalu membantah dan memprotes. Namun, Tuhan masih terlalu baik karena kau masih beruntung Pangeran Keane tidak membatalkan pertunangan kalian dan akan melanjutkannya ke jenjang pernikahan,"

Mulut Calista membuka, tapi selanjutnya kembali tertutup. Baiklah, kali ini biarkan saja Titania mengeluarkan keluh kesahnya, setelah itu Calista tidak akan peduli dan melupakan jika Titania pernah bicara dengannya.

Calista memasang wajah paling dingin. Wajah Titania memerah menahan amarahnya, perasaan marah, kesal, dan tak berdaya. Semuanya bercampur menjadi satu.

"Aku mohon sekali lagi padamu," entah sejak kapan air mata sudah mengalir di pipi Titania. Selanjutnya suara wanita itu nyaris tak terdengar. "Jauhi Ash,"

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang