34. Menyakitkan

3.1K 231 1
                                    

Sometimes the missing is very painful.
—Ash.

• • • • • •


Hidup itu keras.

Calista benci pepatah itu. Rasanya sama saja meraih usaha yang tak pernah terwujud. Memang kadang kehidupan mengajarkan bagaimana pentingnya kasih sayang, cinta, cara memaafkan orang, mengajarkan ilmu, kebencian, dan sebagainya. Dan dalam hidup Calista hanya ada kebencian. Saat ini, Calista merasa ada yang berbeda dengan dirinya sendiri. Seperti ia berubah menjadi orang aneh, dan Calista juga merasa sesuatu yang berbeda itu meminta dirinya untuk dilepaskan.

Calista menggeram, rasa sakit tak tertahan lagi. Ia disiksa oleh Raja Renan. Diikat dengan rantai, tubuhnya lembam karena dicambuk. Awalnya Calista kira Raja Renan itu cukup baik sampai mau repot-repot membela saat Xania menjambak rambutnya. Namun, kenyataan jauh lebih buruk. Raja Renan menyiksanya tanpa alasan.

Tiga jam yang lalu saat Raja Renan—raja sialan itu memasuki tendanya. Pemuda itu mengenggam cambuk di tangannya.  Setelah itu tanpa belas kasihan menyiksa Calista. Dan Calista sama sekali tidak tahu kenapa pemuda itu melakukannya. Jika menyakiti Calista akan mengubah Calista menjadi memohon pada musuhnya. Itu salah, jika Raja Renan pikir Calista akan memohon. Seumur hidup Calista tidak akan memohon ampun meskipun dirinya tersakiti.

Tangan dan kakinya kebas. Tubuhnya berbekas cambuk, luka yang paling mengerikan terdapat di lengan dan punggungnya. Beruntung, wajahnya masih jauh lebih baik dari lainnya.

"Aku harus keluar dari sini," gumam Calista, ia meringis lagi saat masih merasakan tamparan Xania benar-benar keras dan hampir merobek mulutnya.

Kini Calista dikurung dalam sebuah kurungan seperti sangkar burung yang di tempatnya di dalam tenda mewah sang raja. Ia terduduk di kursi dan masih terikat dalam posisi yang sama.

"Damn you!" umpat Calista saat wajah Xania terlintas dipikirannya.

"Aku kubuat kau mati Xania," desis Calista, bicara sendiri.

Setitik keringat mengalir dari pelipisnya. Rasanya Calista ingin menghapusnya tapi Calista masih ingat jika tangannya masih saja terikat.

Lalu saat itu, seseorang masuk ke dalam tenda. Hari mungkin sudah sore saat seseorang yang masuk itu hanya terlihat siluet yang berpadukan warna kuning keorenan. Tentu, Calista ingat siapa orang itu.

Orang yang telah menyiksanya beberapa jam lalu.

Raja Renan.

Setelah pintu tertutup, mata raja Renan sama sekali tidak lepas darinya, menatap Calista seolah akan mengulitinya sekarang juga. Dan jangan kira Calista akan menunduk saat ditatap oleh raja dari Swqeuin. Karena kenyataannya ia malah menaikkan dagunya, menatapnya dengan angkuh. Lupakan keadaan Calista yang sama sekali tidak mendukungnya bersikap demikian.

Tanpa bicara apa pun. Raja Renan membuka jubah kebesarannya yang mewah, meninggalkan jubah ringan berwarna putih. Biasanya saat Raja Renan istirahat, akan ada pelayan yang melayaninya. Tapi kali ini ia meminta para pelayan agar tidak melayaninya hari ini. Ia akan melakukannya sendiri. Apalagi ia baru saja menyiksa Putri dari Gardenia.

Saat mata abu-abu kelam itu bertubrukkan dengan mata biru milik Calista. Raja Renan bicara.

"Senang akhirnya kita bisa bicara berdua, Putri Calista." Tatapannya datar, namun ada nada puas dalam suaranya.

Calista mengalihkan pandangannya.

"Sesudah aku menyiksamu...," mata Raja Renan memandang tubuh Calista dari atas hingga bawah. Sebuah seringai muncul di bibirnya membuat Calista langsung berdecih, ia mengerti apa arti tatapan raja Renan.

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang