50. Membuka Hati (2)

3.1K 217 1
                                    

Ash sebenarnya suka dengan pesta, hanya sama Calista dan tunangannya tidak kembali ke pesta pertunangan mereka setelah ia melihat mereka keluar dari aula Gerlian, bahkan Ash belum mengucapkan selamat pada Calista.

Ash membuka pintu kamarnya, ia menarik bibirnya lalu tersenyum. Pagi tadi, saat ia mengunjungi Calista, Calista tampak baik padanya. Apa itu artinya Calista sudah memaafkan kesalahannya yang lalu. Apa artinya Ash bisa dekat lagi dengan Calista?

Saat tangannya bergerak mengunci pintu, Ash merasakan sesuatu menghantam dadanya, terasa sakit. Ash menggigit bibir, menahan rasa sakit itu. Ia tidak mungkin berteriak kesakitan karena Ash tidak ingin membuat ibunya atau siapa pun yang menyayanginya menjadi khawatir. Sesaat setelah rasa sakit itu mereda, Ash bergegas menganti baju tidur yang telah disiapkan oleh Avena—pelayan tua pribadinya. Ketika ia keluar dari kamar mandi, Ash mendengar seseorang mengetuk pintunya dengan keras. Namun sepertinya lebih pantas dikatakan mengedor-ngedor. Ash merasa waspada, ia meraih tongkat pemukul. Bisa saja itu penjahat.

Begitu pintu terbuka. Pemandangan mengerikan hadir di depannya. Calista yang berlumuran darah, berdiri dengan pandangan kosong. Detik selanjutnya gadis itu terhuyung, refleks Ash menangkapnya.

"Calista? Apa yang terjadi?" Ash bertanya seraya menuntun Calista masuk, membuang tongkat di tangannya sembarangan dan menutup pintu dengan kaki lalu menguncinya.

Ash mendudukkan Calista di kursi, ia merasa kebingungan sekaligus panik. Ash memeriksa Calista, memastikan gadis itu. Ternyata Calista tidak terluka, tapi ia berdarah. Jadi darah siapa yang ada pada Calista jika ia tidak terluka? Dan akhirnya Ash berinisiatif untuk membersihkan Calista darah yang menempel di gaun Calista, mungkin ia bertanya nanti.

Saat Ash menghilang di balik pintu kamar mandi. Calista memandang pintu itu dengan pandangan kosong. Ia tidak tahu kenapa langkah kakinya membawa dirinya ke kamar Ash. Ia merasa tidak tahu harus berjalan ke mana. Tidak tahu harus bergantung pada siapa, dan tidak tahu harus meminta bantuan siapa. Jika ada Niko, pasti pemuda itu akan menenangkannya. Jika ada Niko, pasti Calista bisa mengendalikan diri. Ia tidak akan sefrustasi ini.

Air mata itu mengalir, dadanya terasa sesak sekali. Hidupnya terasa diobrak-abrik bagaikan ombak mengulung lautan. Tadi, Calista sudah memastikan dirinya membuang jasad Xania ke jurang, membuat peristiwa itu seperti kecelakaan. Calista berpindah tempat seperti yang pernah Tzevi ajarkan. Dan kembali ke perpustakan, Calista juga menghilangkan genangan darah di perpustakaan dengan sihirnya hingga bersih tak tersisa, memperbaiki jendela. Ia benar-benar melakukan semuanya dengan bersih, setidaknya tidak ada yang perlu diketahui oleh orang lain. Tentang keluarga Xania biarkan saja mereka bersusah payah mencari putri mereka. Walaupun Calista sudah bisa sedikit-sedikit mengendalikan sihirnya, Namun Calista belum bisa mengubah pakaiannya seperti yang pernah Samcha lakukan. Ia masih amatir.

Tangan Calista menghamtam ke kepalanya dengan keras, Calista merasa sakit hati ketika tahu dan sadar apa yang pernah dilakukan oleh Keane tidak tulus, pantas saja ia sering meragu, dan ternyata memang benar, lelaki itu hanya seseorang yang pernah membuat jantung Calista berdetak kencang, lalu setelahnya akan melukainya. Terlalu dalam mengkhianatinya.

Calista bodoh. Bodoh!

Awalnya Calista kira ia sudah mendapatkan tempat yang benar, tempat ia membuka hatinya untuk orang baru dengan keluar dari zona nyamannya. Ternyata tempat itu hanya bertahan dalam hitungan jari.

"Calie, hentikan!" seru Ash melihat Calista mulai menjambak rambutnya, dan menghantam kepalanya ke sebuah pilar. Ash langsung memeluk adiknya dari belakang, menjauhkan Calista dari pilar itu, bisa Ash lihat kening Calista terlihat membenjol. Ash bahkan mengabaikan darah yang ada di gaun Calista yang sudah mengotori baju tidurnya.

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang