35. Pelarian

3K 236 2
                                    

Calista terbangun.

Ia merasakan sakit di sekujur tubuh, merasa lehernya pegal. Calista mencoba membuka mata yang lengket bagaikan lem. Saat matanya terbuka, Calista masih terikat di kursi, tapi anehnya tidak ada lagi kurungan seperti sangkar burung. Entah ke mana lenyapnya.

Calista menggerak-gerakkan tangannya, mencoba melepaskan diri. Rasa pusing di kepalanya perlahan menghilang. Dan Calista terkejut sekali saat matanya mendapati dirinya mengenakan sebuah lingerie. Pakaian tidur yang mini dan transparan, berwarna hitam yang sangat kontras dengan kulit yang seputih susu. Panjang bajunya bahkan di atas lutut dengan bagian leher yang begitu rendah. Hampir memperlihatkan bagian atas tubuh Calista.

Damn! Siapa yang berani menganti pakaiannya!?

Tangan Calista tergepal marah.
Ia baru sadar jika hari sudah malam. Berapa lama ia tertidur?
Apa pun yang terjadi Calista harus keluar dari sini.

Secara perlahan Calista berdiri, mulai melompat-lompat. Terlihat lucu dengan melompat-lompat apalagi kursi masih menempel di punggungnya. Tapi tujuan Calista cuma satu. Pasti ada pisau di nakas dan Calista akan mengambilnya.

Seperti dugaannya. Sebuah pisau kecil berada di atas nakas, langsung saja diambil olehnya. Namun, saat ia berhasil melepaskan sebelah tangannya.

Calista terpaku.

Seseorang masuk ke tenda.

*****

"Hamba sudah menganti pakaian Putri Calista, Yang Mulia."

Seorang pelayan perempuan memberitahukan tentang tugas yang baru saja diselesaikannya pada Raja Renan yang berada dalam tenda rapat yang membahas masalah perang. Raja Renan menganggukkan kepalanya, mendengar tuturan pelayan perempuan itu. Hanya perempuan itu yang dibolehkan masuk saat mereka membahas peperangan yang akan berlangsung.

Setelah itu mereka melanjutkan kembali rapat. Dan pelayan itu undur diri.

Sedangkan di tempat lain, jantung Calista terus berpancu lebih cepat. Ia telah tertangkap basah. Ia yakin itu Raja Renan. Secara pelan-pelan Calista memutuskan tali yang masih mengikat sebelah tangannya. Bodoh sekali memang, karena bagi Calista melepaskan diri dari ikatan tali yang tidak mengikat kakinya memudahkan Calista bertindak lebih leluasa. Dan tali yang mengikatnya terbebas, kursinya terhempas begitu saja.

"Berbalik!"

Calista terdiam, ia tahu bagaimana suara Raja Renan walaupun baru mendengar suaranya beberapa jam yang lalu. Calista ingat, suara Raja Renan terdengar serak dan enak didengar, sedangkan suara ini lebih berat.

Calista menggengam erat pisau kecil di tangannya. Dan Calista bisa merasakan orang itu mulai menghampirinya. Alarm berbahaya memperingatinya untuk lari.

Perlahan Calista berbalik dan mendapati seseorang yang berpakaian mewah berjalan ke arah Calista. Begitu tiba di hadapannya ia melihat tatapan pria itu seolah lapar. Calista tahu arti tatapan itu, dan ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi padanya.

"Putri Calista...," pria itu terkekeh sendiri. "Aku Pangeran bungsu dari kerajaan Swqeuin. Namaku Antonius Rechaviles. Aku senang akhirnya aku bisa melihat wajahmu," saat Antonius ingin menyentuh pundak Calista yang terbuka. Dengan cepat Calista menepisnya.

"Kau...," matanya ada kabut gairah yang tertahan. Dan napas orang ini seperti baru saja meminum alkohol.

Tangan Calista mengenggam erat pisau kecil yang sepertinya tidak disadari oleh Antonius.

"Kau adalah alasan kenapa Yang Mulia melarangkanku menemuimu. Namun larangan semakin membuatku bertekat menemuimu. Karena kau terlihat sempurna ... tidak ... maksudku kau sempurna,"

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang