29. Terlalu Sayang

3.4K 242 5
                                    

Hari tanpa gangguan rasanya menyenangkan dan damai sekali. Tetapi, semua itu tidak semenyenangkan yang Calista kira. Ia tipe orang yang mudah bosan, jenuh harus berbuat apa.

Di rumahnya di bukit Fixiland memang sangat sepi, tidak ada pelayan yang melayaninya, beberapa pengawal hanya berjaga di depan yang tak berniat masuk untuk menganggu Calista. Atau mungkin mereka tidak tahu jika Calista ada di dalam?

Dengan kesal, gadis itu baru saja selesai memakai piyama bergegas menuju ke arah dapur. Tadinya Calista ingin tidur, tetapi perutnya malah berbunyi. Ia pikir, ia akan memasak sendiri karena memang tidak ada yang akan menyiapkan untuknya. Sebenarnya Calista tidak bisa memasak, seharusnya dapur menjadi tempat terlarang yang tak boleh dimasukinya. Ia sering dilayani oleh orang, sehingga Calista sangat jarang melayani dirinya sendiri dan terbiasa tergantung pada orang yang melayaninya. Jika begitu terus ia sama saja menjadi manusia tidak berguna, dan Calista tidak ingin bersikap tak berguna. Maka dari itu Calista mencoba memasak.

Ia mulai meraih bahan untuk membuat sup kacang polong, sup kacang yang akan mengenyangkan dan sepertinya tidak susah membuatnya, batin Calista.

Setelah butuh waktu beberapa jam, masakan buatannya akhirnya terhidang juga. Jangan tanyakan bagaimana perut Calista terus saja berkoar-koar kata 'lapar' sepanjang jalannya proses memasaknya. Wangi dari sup kacang polong benar-benar sangat menggoda, entah seperti apa rasanya.

Satu hal yang membuatnya bangga ia baru saja menemukan resep sup kacang polong di buku yang dibaca Calista. Calista yakin, untuk pertama kalinya memasak. Masakannya pasti enak.

Calista meraih sendok, lalu menyedok sup buatannya. Mulutnya terasa terbakar saat ia lupa meniup sup panas itu, ditambah ada rasa aneh yang berusaha ia telan. Seperti pencamburan antara rasa sangat-sangat  manis dengan rasa pahit yang sulit dijelaskan.

Yuck! Rasanya aneh.

Tapi, memangnya ada makanan lain yang bisa Calista makan. Akhirnya Calista langsung membawanya ke meja makan dan memakan dengan lahap. Ia lapar jadi perutnya harus diisi dulu. Abaikan saja rasa aneh sup kacang polong itu, yang penting ia harus mengisi energi terlebih dahulu.

Malam itu angin menghembus cukup kencang membuat sup kacang polong yang ia masak cepat mendingin. Terdengar suara-suara kegaduhan dari arah dapur. Seperti serombolan orang-orang yang mencari sesuatu. Dan suara perintah-perintah lantang yang sulit terdengar saat Calista masih saja mengunyah.

Wajah Calista terlihat waspada Apa ada pencuri masuk ke rumahnya? Dengan cepat Calista meletakkan sup itu lalu berdiri, berniat mengambil pisau di meja yang lain, bertepatan dengan sebuah suara benar-benar mengejutkannya.

"Calista?"

Calista kenal sekali, ia tidak ingin berbalik.

"Calista?" lalu suara langkah kaki yang kian mendekatinya. Terus saja mendekat.

Secara bersamaan ia membalikkan badan,

PLAK!

Calista juga merasakan pipinya ditampar dengan keras. Perih.

Matanya menatap nanar ingin marah namun tertahan. Ia melihat ayahnya, Raja Aaron adalah pelaku yang menamparnya.

Bisa Calista rasakan, sesuatu berbau logam berkarat keluar dari mulutnya, ia berdarah. Hebat, ayahnya tak tanggung-tanggung menamparnya dengan keras sampai ia terluka. Calista menyentuh sudut bibirnya berdarah. Menghapusnya secara perlahan.

Bisa Calista lihat, Raja Aaron seperti menahan sesuatu, iya ... menahan amarahnya. Saat tangannya terangkat lagi, bermaksud untuk menampar Calista lagi.

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang