Epilog

6.5K 277 13
                                    

Gadis itu menutup matanya, di antara angin yang berhembus segar. Berada di White Heaven bersama seseorang yang telah membuat hidupnya tidak berjalan normal lagi atau mungkin kali ini ia bisa menyebutkan seseorang yang Tuhan kirim untuk menjadi malaikat pelindungnya. Apa benar begitu?

Entahlah, gadis itu—Calista, pikirannya terlalu buntu untuk berpikir ke depannya akan ada takdir apa lagi yang akan menantinya. Apa lebih mengerikan dari sebelumnya? Seperti pengkhianatan dan kematian.

Calista percaya jika kebaikan itu ada. Ia percaya jika kebahagian itu ada. Dan ia percaya jika kesetiaan itu ada. Namun, di antara semua itu di mana Calista harus mendapatkan satu paket sempurna yang ada pada satu orang. Sedangkan Niko pengawal yang begitu ia sayanginya telah meninggalkannya.

Calista merasakan ada tangan lain yang menautkan jemarinya. Membuatnya membuka mata, dan sejenak melupakan pikiran yang hilir mudik tak beraturan. Mata Calista mendapati Al--seseorang yang menawarkan diri untuk membantu Calista mencari obat untuk Ash. Karena sebenarnya Ash tidak sakit.

Sejam yang lalu, Al mengatakan jika dari kecil Ash sebenarnya sudah terkena kutukan. Ia juga belum bisa menjelaskan seperti apa kutukan yang terjadi pada Ash. Tapi Calista hanya tahu, jika kutukan Ash sangat sulit mendapatkannya obatnya.

Senyum Al hadir di bibirnya. Begitu memikat dan ... manis. Wajahnya jauh lebih manusiawi daripada hanya memasang tampang dingin. Calista menghela napas, menarik jemarinya, namun tak terlepas. Malah Al semakin menggenggamnya erat.  Apa ini bisa disebut keberuntungan? Calista rasa ini malah kesialannya.

Al maju satu langkah mendekati Calista, jika melangkah satu lagi, tidak ada jarak lagi di antara mereka. Calista tetap berdiri di tempatnya, sama sekali tidak ingin menghindar. Karena itulah, Calista memasang wajah paling dingin. Biarkan Al melakukan apa yang ia mau selagi Calista baik hati.

"Jadi, apa kau percaya apa yang kukatakan sejam yang lalu jika sebenarnya kakakmu itu terkena kutukan?"

Calista memiringkan kepalanya. "Tentu, aku percaya," mata Calista menatap Al dingin. "Tapi aku masih ragu jika kau itu sebenarnya siapa? Dan siapa nama aslimu?"

Sejenak Al terdiam, sebelum akhirnya tersenyum semakin manis. "Memangnya kenapa kau bertanya? Bukankah kau tidak peduli siapa aku?"

"Bukan tidak peduli," protes Calista. "Aku hanya tidak berpikir ke sana, karena kau bukan sesuatu yang penting untukku,"

"Oh begitu," Al tersenyum. "Jadi, sekarang kau bertanya karena aku sudah di posisi penting bagimu? Benar begitu?"

"Tidak, aku tidak mengatakan hal itu." Calista masih menatap Al dengan dingin. "Kau selalu menyimpulkannya sendiri."

Al tergelak mendengar jawaban Calista, ia mengelus kepala Calista dua kali dengan lembut. Dan hal kecil  yang telah dilakukan Al pada Calista, membuat Calista memperhatikannya. Al mulai mendekat lebih lagi, dan Calista menanti apa yang dilakukan oleh lelaki itu.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan," Al berbisik di telinga Calista, membuat jantung gadis itu berdetak lebih cepat. Tangannya menyentuh kening Calista, seakan dengan begitu ia bisa membaca isi pikiran Calista. "Aku siap menjadi malaikat pelindungmu. Aku siap untuk setia padamu dan akan membahagiakanmu,"

Mata Calista melebar, refleks ia menjauh dari Al, menyingkirkan tangan lelaki itu di keningnya. Lelaki itu memang membaca pikirannya. Calista hampir saja terjungkal jika ia tidak berpegangan pada dinding White Heaven. Ia menatap Al dengan horor, saat lelaki itu menghilang. Bulu kuduknya meremang saat ia merasakan hembusan napas di sekitar lehernya. Tidak salah lagi, itu pasti Al! Yang berada di belakangnya.

"Aku juga siap menjadi suami yang paling sempurna untukmu,"

Apa-apaan itu!!!

Bulu kuduk Calista semakin merinding, ketika ia merasakan Al mulai berbisik ke telinganya. Begitu pelan dan menghanyutkan. "Istriku,"

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang