21. Gosip

3.6K 247 0
                                    

Mata dengan iris berbeda itu saling bertatapan. Tajam dan menusuk. Satu iris lagi hanya menatap tanpa ekspresi.

Sengaja, Calista memang mengajak Keane, lelaki yang kini duduk di depannya. Mereka berada di perpustakaan gedung sebelah istana, di tempat duduk yang sama seperti sebelumnya.

Calista menghembuskan napasnya keras, rambutnya yang tergerai dibiarkan begitu saja, persis seperti waktu itu. Tapi kini penampilan gadis itu memakai mantel, sweeter atau baju hangat karena pagi tadi salju pertama telah turun.

Calista melirik leher Keane yang meninggalkan goresan luka di sana.

"Kau memang pantas mendapatkan itu," Calista mulai membuka suara, ia tidak memindahkan tatapannya dari leher Keane.

Tangan lelaki itu menyentuh lehernya. "Kau yang pertama melakukannya,"

Calista mencondongkan tubuhnya mendekati Keane, menatap dengan serius.

"Terus terang, aku tidak suka, kau menyiksa Niko seperti yang kau lakukan lusa," suaranya penuh penekanan.

Keane menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa? Kau menyukainya?"

"Apa yang membuatmu berpikir begitu?"

"Jangan mengelakkan Calista, gosip istana sudah menyebar. Kau berselingkuh dengan Niko yang hanya pengawalmu, dan melantarkan tunanganmu, seperti itu yang aku dengar," Keane kemudian mengangkat bahunya seolah tidak peduli.

"Apa? Gosip macam apa itu?" tangan gadis itu tergepal geram. Gadis itu peduli dengan apa yang dibicarakan orang lain.

"Lalu saat ayah dan ibuku tahu, jika kau kemarin lusa, mencoba melindungi, memeluk dan mencium pengawalmu di depan tunanganmu sendiri, maka kau kira ayahku akan menyetujuimu lagi sebagai menantu,"

Siapa yang peduli!

"Lalu kerajaan ayahmu dan kerajaan ayahku akan bermusuhan, yang terakhir yang paling diinginkan adalah peperangan. Kehancuran salah satu dari kerajaan kita." Lanjut lelaki itu.

Keane juga mencondongkan tubuhnya, tangannya melipat dua di atas meja.

"Aku harap kau masih memiliki akal sehat  untuk tidak melakukkan hal bodoh,"

Calista sama sekali tidak memikirkan kemungkinan akan ada peperangan antara kedua kerajaan itu.

Calista tertawa hambar. "Kau kira itu bisa merubah kenyataan jika aku masih ingin mencambukmu, seperti yang kau lakukan pada Niko,"

Keane menatap gadis itu dengan datar. Satu hal yang ia tahu, Calista telah berubah menjadi gadis yang dulu pernah ia dengar rumornya bahwa gadis itu suka sekali membantah.

Keane meraih tangan Calista, membuka sarung tangannya. Calista tidak mengatakan apa-apa. Kemudian mengaitkan tangannya ke tangan Calista.

"Kalau kau tidak mau menimbulkan pepecahan antara kerajaan kita. Kau turuti saja apa kataku, bagaimana?"

"Turuti apa?"

"Peran yang akan kau mainkan,"

Calista mengernyit. "Apa maksudmu?"

"Kita bisa bersandiwara bahwa kita baik-baik saja dalam hubungan ini,"

Calista menepiskan tangan Keane yang hampir menyentuh rambutnya.

"Dan tentunya, kita harus terbiasa dengan sentuhan satu sama lain," lelaki itu merapikan rambutnya yang tertiup angin. Calista menatapi apa yang dilakukan Keane terlihat semakin menawan.

Saat sadar jika ia baru saja memuji. Calista menepiskan jauh-jauh pikiran itu, lalu gadis itu menyandarkan tubuhnya kembali sambil bersedekap.

"Sayangnya aku tidak mau," Calista menggeleng dua kali.

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang