18. macau

19.7K 3.1K 211
                                    

  Makan siang di Lumiere berjalan dengan menegangkan. Jika biasanya Jaehyun yang mengantar Zea pulang, kali ini Jiyeon yang memesankan taksi untuknya. Jake bahkan terus digandeng oleh neneknya itu, tidak diperbolehkan dekat-dekat dengan Zea. Sesampainya di rumah, Jiyeon langsung menyuruh Riley untuk membawa Jake ke kamar, sedangkan dirinya dan Jaehyun di ruang tengah duduk berhadapan.

"Sekarang jujur," desak Jiyeon pada anaknya.

  Pria itu menghela nafas lelah, "Aku tidak pernah bohong."

  Jiyeon tertawa remeh, "Siapa dia bisa seenaknya kau bawa ke sini? Menginap pula?"

"Semua itu atas permintaan Jake," bela Jaehyun.

  Memang benar bukan? Jake yang memintanya untuk mengajak Zea menginap sebagai permintaan maaf dirinya pada bocah itu. Ketika menyampaikan pesan anaknya pada Zea saja Jaehyun takut dikira akan macam-macam. Padahal jika bukan karena Jake, tidak mungkin Jaehyun berani seperti itu.

"Seharusnya kau bisa menolaknya."

  Justru karena kesalahan dirinya ia tidak bisa menolak. Tahu apa ibunya itu tentang Jake? Bagi Jaehyun kebahagiaan Jake selalu menjadi prioritasnya. Hanya ia satu-satunya yang Jake punya. Siapa lagi yang akan membahagiakannya kalau bukan dirinya?

"Tahu apa Mama tentang Jake?"

Plakk!

  Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi kiri Jaehyun, meninggalkan bekas memerah pada kulitnya yang pucat itu.

"Kau pasti menutupi sesuatu 'kan? Berani berbohong?" tuduh Jiyeon, menatap Jaehyun tidak percaya.

"—Ingat, Jung Jaehyun. Mama bisa melakukan apapun, termasuk menggali informasi tentang gadis itu hingga akarnya."

  Rahang Jaehyun mengeras. Ia sudah kelewat muak dengan tingkah ibunya ini. Tidak puas dengan rumah tangganya yang berakhir hancur karena ulahnya, sekarang ia harus campur tangan lagi dalam hubungan asmaranya?

"—Oh jangan lupa, karirmu di Lumiere seluruhnya ada di tangan Mama. Jangan kaget bila sewaktu-waktu Lumiere terpuruk karena ulahmu sendiri."

***

Setelah makan siang di Lumiere Sabtu kemarin, Jiyeon bersikukuh untuk menetap di penthouse Jaehyun hingga hari ini mereka berdua akan terbang ke Macau untuk urusan keluarga. Jake sendiri tidak berani bertanya-tanya pada ayahnya perihal Zea. Ia tahu suasana rumah sedang panas dan ayahnya itu kelihatan uring-uringan akhir-akhir ini.

Jake juga mengerti kenapa pipi Jaehyun membekas merah. Suara tamparan Jiyeon malam lalu cukup keras sehingga Jake yang berada di kamar saja dapat mendengarnya. Ia menangis semalaman hingga matanya sembab karena hal itu. Menurutnya ayahnya itu tidak bersalah dan sampai detik ini Jake masih enggan berinteraksi dengan Jiyeon.

"Jake, I'm leaving you for 2 days okay, baby?" ucap Jaehyun pada anaknya—menyamakan tingginya agar ia bisa melihat kedua matanya.

Jake mengangguk pelan. Hatinya berharap semoga ketika ayahnya pulang nanti, Jiyeon tidak ikut bersamanya. Ia ingin kembali merasakan suasana hangatnya rumah, ingin kembali bertemu dengan Zea tanpa kehadiran Jiyeon.

"Do you want me to bring you something from Macau?" tanya Jaehyun sambil mengelus puncak kepala Jake.

Bocah itu mendekap Jaehyun erat, menenggelamkan kepalanya di dada ayahnya yang bidang, "Please come back home safely. I miss you, Daddy."

My Melody✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang