54. heart to heart

13K 2.3K 246
                                    

  Langit mulai membasahi tanah. Bocah itu akhirnya turun dari bus setelah dibujuk-bujuk dengan makanan. Tetap menolak untuk digandeng oleh gurunya, masih dengan wajah yang ditekuk. Pipinya yang merona akibat cuaca dingin dapat dilihat dari kejauhan—sedikit tertutup oleh topi berwarna coklatnya. Ia berjalan sedikit lebih cepat, tak mempedulikan genangan air yang dipijaknya—terlihat begitu kesal karena sudah dibangunkan dari tidur nyenyaknya.

"Jake, ayo beri salam terlebih dahulu," ucap gurunya lembut—menyamai tingginya dengan Jake, tahu bahwa anak muridnya itu sedang dalam suasana hati yang kurang baik.

"Selamat siang," ujarnya tanpa mendongak sama sekali—lebih cocok dibilang sebagai gumaman ketimbang sapaan. Ia berjongkok, melepas kedua sepatunya secara tergesa. Sang guru hanya bisa tersenyum tidak enak pada Milly, berharap untuk dimaklumi.

Zea yang berdiri di ambang pintu, menatap pemandangan di depannya tidak percaya. Ia tak mampu berkata-kata, matanya berkaca-kaca. Bibirnya menganga, ia menahan nafas. Sebelum bocah itu memasuki pintu, Zea memberhentikannya.

"Jake?"

Satu nama yang membuat hatinya bergetar. Ia sungguh merindukan bocah itu dan segala tingkah lakunya. Masih ada rasa tidak percaya bahwa seorang anak yang kini berdiri di depannya adalah Jake. Apakah ini sebuah kebetulan? Atau memang semesta yang menyatukan?

Langkahnya terhenti, menghadap ke samping di mana Zea berdiri, "Mea?" ucapnya lirih. Begitu menyadari bahwa orang tersebut adalah sosok yang dirindukannya selama ini membuatnya langsung memeluk tanpa berpikir panjang. Ia menangis, nafasnya tersengal.

"Mea..."

Tulang selangka Zea sudah basah oleh air mata Jake. Keduanya saling merengkuh satu sama lain. Zea mengusap-usap kepala bocah itu dengan lembut sembari berbisik, "Mea rindu Jake." Rasa nyeri itu terasa sampai ke ulu hati. Mati-matian ia berusaha agar tidak tersedu.

Milly, Winwin, dan yang lain menatap mereka bertanya-tanya. Selama ini memang Zea tak pernah bercerita pada siapapun, bahkan kepada Juna—bahwa Jaehyun adalah seorang duda beranak satu. Yang mereka tahu, pria itu ialah pengusaha muda. Zea tidak pernah menceritakan selebihnya pada mereka.

"Jake," panggil gurunya sambil menepuk pundak bocah itu, namun Jake menggelengkan kepalanya berkali-kali, semakin mengeratkan pelukannya pada Zea. Membuat hati gadis itu terenyuh. Air mata yang ia tahan dari tadi agar tetap terlihat tegar pun akhirnya membasahi pipi. Hujan di luar yang semakin deras seakan-akan menambah suasana melankolis yang mendukung perasaan keduanya.

"Jake gak mau pulang ke lumah, mau sama Mea," ucapnya lirih, menahan senggukan yang tertahan.

  Zea tidak tahu apa rencana Tuhan dan semesta di balik semua ini. Terasa seperti ketidaksengajaan? Ya. Tetapi ia percaya bahwa apapun yang terjadi di kehidupan seseorang adalah sebuah takdir, dan ia yakini pertemuan tak disangka-sangkanya dengan Jake sudah ada di garis tangannya. Kejutan yang sangat tak terduga.

  Ms. Rino dan Ms. Yeojin—pendamping Jake dalam karyawisata ini, terlihat sedang berdiskusi dengan Milly. Raut wajah mereka tampak khawatir. Memang sedari tadi, di antara anak-anak itu hanyalah Jake yang tidak terlihat antusias sama sekali. Padahal biasanya anak-anak senang sekali berpergian apalagi jika bersama teman-temannya. Kedua wanita berseragam Polo berwarna biru itu mengangguk-angguk pelan lalu melihat ke arah Jake sebentar sebelum memutuskan untuk menggiring anak-anak lainnya menuju ruang makan.

"Zea," panggil Milly, mendekati mereka berdua setelah menyuruh Juna untuk segera menyiapkan kudapan bagi para tamu.

Suara tersebut membuat Zea mendongak, matanya berair, "Ya, Milly?"

"Jaga Jake selama ia di sini, ya?"

  Senyum getir terukir di wajah Zea. Kalaupun ia disuruh menjaga bocah itu selamanya pun tidak masalah. Hubungan batin yang ia miliki dengan Jake tidaklah biasa. Bahkan di saat ia jauh dari bocah itu pun, pikirannya selalu tertuju padanya. Terdengar drama sekali, memang.
 
Gadis itu mengangguk mantap tanpa berpikir dua kali, "Percayakan Jake padaku, Milly."

My Melody✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang