27. defense

17K 3K 625
                                    

  Jaehyun dan Jake mengantar Zea hingga depan pintu apartemennya. Si cerewet tidak mau bicara dengan ayahnya, anak itu masih ketakutan. Sementara Jaehyun menyesali perbuatannya yang ceroboh. Ketakutannya hanya satu : Kehilangan Zea. Hanya itu, sesimpel itu.

  Sudah lama amarahnya tidak meluap-luap seperti tadi. Sebenarnya Jaehyun adalah orang berkepala dingin. Tetapi kejadian barusan benar-benar menyulut emosinya. Ia akan membela apapun dan siapapun yang merupakan miliknya, bagaimanapun itu. Untuk sekarang, hanya Jake dan Zea lah yang membuat dirinya bahagia, dan Ia tidak akan membiarkan orang lain merenggut itu darinya.

"Jake," panggil Jaehyun pada bocah itu yang sekarang duduk di sebelah kursi kemudi.

  Jake tetap diam. Ia memiringkan kepalanya menghadap jendela, menolak untuk berbicara dengan ayahnya.

"Baby, please hear me. I didn't mean to do that," Jaehyun mencoba berkomunikasi dengannya. Rasa bersalahnya bertambah berkali-kali lipat sekarang. Jake hanyalah anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Tidak seharusnya ia membentaknya seperti itu.

"Jake—"

"Daddy sama kayak waktu kehilangan Mama dulu."

  Pupil Mata Jaehyun membesar. Pertengkaran hebatnya dengan Miru terjadi ketika Jake masih berusia 3 tahun. Masih digendong Riley kemana-mana. Bagaimana ia bisa mengingatnya?

Kala itu keributan terjadi di lokasi pemotretan. Jaehyun yang waktu itu sedang punya waktu kosong berinisiatif untuk menjemput Miru bersama Jake dan Riley. Bukannya buah manis yang didapat, malah kebusukan istrinya terbongkar. Ia terciduk sedang bermesra-mesraan dengan seorang pria, yang sekarang menjadi suaminya, Christian. Jaehyun membabi-buta menghajar pria itu hingga tak berdaya sementara Miru malah membela selingkuhannya.

Semua staf dan kru pemotretan tahu bahwa Miru sudah bersuami namun tidak ada yang mengingatkannya sama sekali. Mereka malah terkesan menutup-nutupi segala rahasia busuknya dari Jaehyun ketika pria itu meminta kesaksian dari orang yang berada di tempat kejadian. Tidak satupun mengaku bahwa mereka tahu Jaehyun adalah suaminya.

Riley membawa Jake pergi dari ruang pemotretan karena anak itu tidak bisa berhenti menangis. Seperti paham dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada kedua orangtuanya, padahal sebelumnya ia tenang-tenang saja. Jaehyun keluar dengan tangan berdarah-darah. Ujung bibirnya terluka dan nafasnya memburu. Benar-benar seperti orang kesetanan.

Ia memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Riley yang duduk di kursi belakang hanya bisa komat-kamit, berdoa kepada Tuhan untuk menyadarkan majikannya yang sekarang bagaikan kesurupan. Persis seperti kejadiannya dengan Zea, Jaehyun memberhentikan mobilnya mendadak, memukul setirnya lalu menangis.

"Daddy selalu gitu kalau malah," ucap bocah itu tercicit. Di usia yang bahkan belum dua digit, ia sudah menyaksikan banyak kejadian pahit yang menimpa keluarga kecilnya.

"... Lain kali jangan gitu lagi ya, Daddy? Jake sama Ms. Jea takut."

***

"Dasar anak kurang ajar."

"Berhentilah mengumpat, Jiyeon," desis Jimmy pada istrinya. Untung ia tidak terkena serangan jantung di hotel tadi.

"Memang benar, 'kan? Ia merusak acara—"

Bibir Jiyeon terkatup rapat setelah mendengar suara pintu terbuka. Jaehyun masuk dalam keadaan acak-acak. Tangan kanannya menggandeng Jake. Ia tidak mempedulikan kedua orangtuanya yang ada di situ. Terserah mereka mau berkata apa. Fisik dan batinnya lelah sekali hari ini.

"Jaehyun."

Pria itu tetap jalan menuju kamar, acuh tak acuh pada panggilan ibunya.

"Jung Jaehyun."

My Melody✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang