50. perdendosi

12K 2.1K 698
                                    

  Ketakutan melumat segalanya. Rentetan kalimat yang sudah gadis itu lama persiapkan hilang dalam sekali kejap. Ia meremas ujung bajunya kuat, mengelap telapak tangannya yang sudah kelewat basah. Sekitar 20 menit yang lalu, kedua orangtuanya menginjakkan kaki di apartemen mereka—apartemen di mana anaknya tinggal jika menetap di Seoul. Keduanya sama-sama bingung. Tidak mengerti mengapa putri semata wayang mereka ini bertingkah tak seperti biasanya.

"Chilla? Ada apa?" tanya ibunya mendekat. Namun anaknya itu malah menghindar.

"Um, M—Mami dan Papi istirahat saja dulu. Aku ingin—"

"Tidak, tidak. Kamu sendiri yang menyuruh kita untuk segera ke sini. Sekarang jelaskan. Ada apa sebenarnya?"

Netranya jelalatan ke segala arah. Ia menengadah, menahan air matanya yang sudah mulai menggumpal dan siap untuk jatuh dari pelupuknya. Jantungnya berdebar dan terasa nyeri. Bagaimana ia akan mengaku kepada kedua orangtuanya dalam keadaan seperti ini? Sungguh ia siap untuk yang terburuk.

"Aku..." Ia menelan ludahnya kasar. Ingin menelan kembali kata-kata yang sudah ada di ujung lidah. Namun rasanya sia-sia.

"—Aku hamil."

Hening. Ayah dan ibunya menatap satu sama lain. Seakan mencari kepastian kalau apa yang barusan mereka dengar tidaklah benar.

"K—kalau Mami-Papi mau usir aku dari rumah, aku siap," ucapnya getir.

"Kamu hamil... Anak siapa?" lirih ayahnya mendekat. Tidak percaya putri semata wayangnya yang selama ini ia anggap masih polos ternyata tak sama seperti apa yang dibayangkannya.

"Aku t—tidak tahu—"

"—Apa maksudmu tidak tahu?!" Suara ibunya meninggi. Bola matanya seakan-akan akan jatuh saat itu juga.

Jia memang keras. Gadis itu yakin ibunya hanya mengkhawatirkan satu hal : Anak yang dikandungnya adalah anak Johnny. Memang benar ia pernah berhubungan badan dengan mantan kekasihnya—sekitar sebulan yang lalu sebelum hubungan mereka resmi berakhir karena pria itu akan kembali ke Chicago. Namun seingatnya, Johnny memakai pengaman. Tapi hal tersebut juga tak menutup kemungkinan kalau janin yang dikandungnya sekarang ialah darah daging Johnny.

"Sebutkan siapa saja yang pernah kau tiduri," perintah ibunya lantang. Tangannya sudah siap untuk menampar putrinya itu namun ia masih bisa mengontrol emosi karena ada suaminya di sini.

Hyunjun menatap istrinya teduh, "Tenang, Jia. Biarkan dia bicara dulu."

"Johnny... Max... J—Jaehyun..." jawabnya dengan suara yang mulai pecah.

  Jia menatap anaknya tak percaya, "Jaehyun? Jung Jaehyun?"

"Ya, tapi aku tidak tahu siapa sebenarnya ayah dari anak yang aku kandung sekarang ini."

"Apakah mereka semua tidak memakai pengaman?" Hyunjun memijit pelipisnya. Tidak pernah menyangka hal seperti ini akan meluncur dari bibir putrinya.

  Bibir gadis itu menggantung, "Hanya Jaehyun yang tidak memakai pengaman."

  Sebut saja Chilla egois, namun dirinya tidak mau untuk tes DNA. Ia tidak ingin harus membesarkan anaknya sendiri jika memang hasil yang keluar bukanlah positif anak Jaehyun. Dirinya dan Johnny sudah tak berkontak lagi dan pria itu memilih untuk tidak pernah lagi dihubungi. Sementara Max? Friend with benefits-nya itu tidak mungkin mau bertanggung jawab. Kehidupannya terlalu gelap dan lingkungannya sangat tidak baik.

"Lebih baik tes DNA saja—"

"—Tidak perlu," potong Jia tegas, "Ia bilang hanya Jaehyun yang tidak memakai pengaman. Bukankah sudah jelas sekarang siapa ayahnya?"

My Melody✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang