31. macau pt. 2

16.4K 2.8K 252
                                    

"Dari mana?"

Suara lantang nan tegas tersebut menggema ke segala penjuru ruangan. Gadis itu berhenti melangkah. Ia pikir sudah mengendap-endap seperti ini tidak akan ketahuan, namun sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Dengan segenap keberanian ia berbalik pelan-pelan menghadap pada sumber suara.

"Chilla, jam berapa ini?" tanyanya lagi.

Bibir gadis itu menggantung. Ia tahu resiko yang akan dihadapinya bila melanggar peraturan orangtuanya. Namun tetap saja dirinya bebal tidak pernah mendengarkan. Menurutnya, selarut apapun ia pulang, selama tidak melakukan hal aneh-aneh, ya tidak masalah.

"Kamu tahu 'kan sampai kapanpun Mami tidak suka dan tidak akan pernah merestui kamu dengan Johnny?" tanya wanita itu begitu mencelos hati Chilla.

Yang ditanya tidak berani menjawab sepatah kata pun. Ia sudah dewasa dan bisa bertanggung jawab, bisa memilih jalan hidupnya sendiri. Sebut dia anak durhaka, tetapi kelakuan orangtuanya lah yang membuatnya menjadi seorang pembangkang.

Chilla mengangguk pelan. Hatinya berdegup kencang. Ia kira orangtuanya sudah tidur karena sekarang sudah larut malam. Tapi ternyata ia salah. Mereka menunggu kepulangan putri semata wayangnya di ruang tengah. Atmosfer tegang begitu terasa. Gadis itu merasakan sesak di dadanya. Ia tidak ingin hidup dikekang seperti ini.

"Sekarang jawab, dari mana kamu?" desak ibunya lagi.

"Dari restoran, makan malam dengan Johnny," bualnya.

Bukan itu alasan sebenarnya Chilla pulang larut. Johnny memintanya untuk tinggal sebentar di apartemennya karena ia akan pergi ke Jeju selama seminggu untuk memotret proyek baru. Pria itu adalah seorang fotografer freelance. Dari awal kedua orangtuanya sudah menolak mentah-mentah hubungannya dengan Johnny, namun ia bersikeras tetap melanjutkannya dengan harapan hati mereka akan luluh. Namun sampai sekarang pun, ia belum diberi lampu hijau.

"Kamu tahu besok pagi kita akan berangkat ke Macau?"

Chilla terpaku. Tidak ada yang memberi tahunya perihal ini. Rencananya ia akan mengantar Johnny ke bandara esok hari secara diam-diam. Tapi tampaknya ia harus membatalkan rencana tersebut sepihak.

"Mama tidak ingin dengar alasan apapun. Tiket pesawat sudah dipesan, kamu wajib ikut."

"Tapi Mi—"

"Ini perintah."

Sementara ayahnya hanya menatap Chilla kasihan. Ia pun tidak tega memperlakukan putrinya seperti ini tapi istrinya adalah orang yang keras. Tidak ada kata pembantahan dalam kamusnya.

Ibunya lalu melenggang pergi, menyisakan Chilla dan ayahnya di ruang tengah. Masih dengan mulut yang terkunci, gadis itu berusaha tetap sabar menghadapi kelakuan ibunya yang egois itu.

***

  Jaehyun duduk begitu kaku. Sedari tadi ia tidak bisa berhenti membasahi bibirnya, menghirup dan menghembuskan nafasnya pelan. Tidak banyak yang ia bisa perbuat sekarang selain menuruti kemauan Jiyeon. Ibunya itu memaksanya untuk ikut berangkat ke Macau lagi kemarin sore. Padahal ia punya rapat dengan para petinggi departemen hari ini.

  Hati dan pikirannya pun tidak sinkron. Ia terus memikirkan bagaimana caranya agar Zea tidak merasa tertekan menjalani hubungan ini. Sebenarnya bukan gadis itu saja yang merasa demikian, dirinya pun begitu. Tapi ia saja yang belum tahu sepedas apa bibir Jiyeon pada Zea. Tunggu sampai gadis itu angkat suara, baru Jaehyun bisa merasakan beban yang dipikulnya.

Pintu ruangan terbuka, masuk sesosok wanita berambut pendek diikuti seorang lelaki dan gadis di belakangnya. Jieun. Perempuan yang dikenalkan orangtuanya tempo hari di ballroom hotel.

My Melody✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang