Panasnya matahari yang menyengat kulit gadis itu tidak membuatnya beranjak dari tempat tidur. Hari ketiga setelah kejadian fajar itu, dan ia memutuskan untuk tidak masuk kerja selama tiga hari ini pula. Kaki dan tangannya bagaikan terbelenggu. Apa yang ia lakukan selama tidak bekerja? Membereskan semua barangnya di apartemen.
Semenjak kejadian itu, Jaehyun hilang bak ditelan bumi. Panggilan Zea tak kunjung diangkatnya, pesan-pesan yang gadis itu kirim tak jua dibalasnya. Semua media sosial yang Jaehyun punya sudah ia kontak, tetapi hasilnya nihil.
Zea pun enggan dan segan mengunjungi penthouse. Ia tidak ingin berpapasan muka dengan Jiyeon lagi. Wanita itu sudah melindas harga dirinya hingga rata dengan tanah. Entah dosa besar apa yang ia buat di masa lalu sampai harus menghadapi orang macam Jiyeon.
Tadi malam terlintas di benaknya untuk mengundurkan diri dari Lumiere. Kalau bekerja di perusahaan itu membuatnya harus selalu dimata-matai oleh Jiyeon, lebih baik ia yang akan menjauh perlahan. Jika memang hubungannya dengan Jaehyun harus berakhir karena ini, ia rela. Setidaknya beban yang pria itu pikul berkurang satu. Terlalu lelah harus berjuang tanpa henti seperti ini.
Jari lentiknya mengetik nomor Chilla dengan cepat. Sudah lama ia tidak bertemu sahabatnya itu semenjak pertemuannya di hotel saat perayaan ulang tahun ayah Jaehyun. Dirinya begitu merindukan gadis itu dan momen mereka dulu semasa kuliah. Keduanya yang sama-sama sibuk membuat mereka semakin berjarak.
"Halo, Zea?"
"Chilla! Apa kabar?" tanyanya antusias. Mendengar suara sahabatnya itu membuat paginya terasa lebih baik.
"Aku baik. Bagaimana denganmu? Tumben sekali menelepon langsung?"
Zea mengubah posisi tidurnya, "Ah ya. Aku sedang malas mengetik. Ngomong-ngomong, apakah kau sedang di rumah sekarang?"
"..."
"Chilla?"
"Aku sedang di Macau sampai minggu depan. Mengurus pindahan."
"Pindah? Siapa yang pindah?" Dahi Zea mengerut.
"... Aku. Mulai bulan depan aku tidak lagi tinggal di Korea. Keluargaku memutuskan untuk pindah ke sini. Tetapi rumah yang di Seoul tidak akan dijual."
Mengapa tiba-tiba sekali? Perasaannya baru kemarin Chilla mengatakan akan mengambil pendidikan perhotelan karena ia merasa tidak cocok bekerja di kantor ayahnya.
"Kapan kita bisa bertemu lagi sebelum kau pindah? Aku pasti akan merindukanmu," terdengar kesedihan dalam nada bicara Zea.
Bagaimana tidak? Chilla sudah membantunya banyak sejak mereka kuliah dulu. Gadis itu bahkan menawarkannya untuk tinggal bersama sampai ia menemukan apartemen yang cocok. Mengajaknya jalan-jalan saat liburan musim panas ke Daejeon, dan terkadang menyuruhnya untuk menginap di rumah bila orangtuanya sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri.
"Aku akan memberitahumu lagi, okay? Sekarang masih sibuk di sini. Pasti kita akan bertemu nanti."
"Okay. Take care, mate."
Zea meletakkan ponselnya di bawah bantal. Membayangkan hari-harinya tanpa Chilla, berkurang salah satu orang yang paling berarti di hidupnya. Jarang bertemu namun bukan berarti tidak berkontak sama sekali. Mereka masih berkirim pesan, namun tidak pernah punya kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama seperti dulu lagi.
Terpikir olehnya untuk menelepon Jaehyun. Penasaran mengapa kekasihnya itu tidak menjawab semua panggilan dan pesannya sejak 3 hari yang lalu. Dengan perasaan bimbang, jarinya menekan tombol telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Melody✔️
Fiksi Penggemar[bahasa | jung jaehyun x oc] "I'm a broken partition, an unfinished script and you are the pieces I've been searching for." My Melody, 2018 ©️ val-baby #1 in nct (02/03/2019) #1 in nct127 (05/06/2019) #1 in nct2018 (27/06/2019) #1 in jungjaehyun (27...