59. if the stars are aligned

17.2K 2.5K 350
                                    

Song Recommendation : Long Slow Distance — NCT 127

***

Kurasa sudah cukup kencang hati ini memanggil namamu hingga diriku tersengal tak bergeming.

Masih tak mengerti apakah kau yang terlampau bengis, atau aku yang terlalu egois.

Tolong katakan, kau yang memang tak peduli, atau aku yang tak tahu diri?

***

"Mau pesan apa, Chilla?"

  Perempuan itu tampak kosong selama beberapa saat. Teman lelakinya yang bernama Ash menepuk pundaknya, membuatnya kembali tersadar.

"A—ah, air mineral saja."

  Ash menaikkan alisnya, tak percaya. Pesan air mineral di diskotik? Yang benar saja?

"Kau serius...?"

"Tentu."

  Chilla merasa bersalah kabur dari penthouse Jaehyun. Ia tidak tahu apakah pria itu mencarinya, tetapi yang pasti mulai malam ini, ia tidak akan menyusahkannya lagi. Jaehyun... berhak untuk bahagia, meskipun sulit rasanya. Perutnya yang kian membuncit malam ini tak begitu kelihatan. Ia menggunakan kemeja longgar berwarna coklat dan rok span di atas lutut.

  Koper-kopernya yang ia bawa dari penthouse Jaehyun ia letakkan di mobil temannya. Exquisite adalah salah satu diskotik yang sering ia kunjungi semasa kuliah dulu dan kini ia kembali menginjakkan kakinya di tempat itu lagi. Bau keringat dan alkohol sangat menyengat indera penciumannya. Sudah lama ia tidak menyentuh dunia malam.

"Biasanya kau yang minum paling banyak. Tumben sekali pesan air mineral?" Ash duduk di sebelahnya setelah kembali dari bartender.

  Chilla tampak risih dengan pertanyaan ini. Memang dirinya adalah peminum yang kuat. Namun kini dirinya sedang hamil. Tidak mungkin 'kan ia meneguk alkohol begitu saja?

"Aku sedang tidak ingin minum," jawabnya singkat. Pandangannya ia edarkan ke tengah diskotik. Oh ayolah, bila Ash di sini hanya untuk menginterogasinya, maka ia lebih baik tidak usah datang sedari tadi.

"Jangan bilang... Kau hamil?"

  Bola mata Chilla membelalak. Ia menelan ludahnya kasar. Segera ia menoleh ke arah temannya itu dengan tatapan tajam, "Bukan urusanmu."

  Ash menyeringai, "Pantas badanmu terlihat sedikit berisi. Namun tak masalah, kau tampak lebih menarik. Anak siapa itu, hm?"

  Sialan. Chilla benar-benar beku dibuatnya. Ia paling tak bisa berbohong. Jengah, perempuan itu beranjak dari duduknya, namun Ash dengan cepat mencekal pergelangan tangannya.

"Ah, aku punya tawaran menarik untukmu, 2 butir pil 100,000 Won saja. Bagaimana?" tawar Ash dengan seringainya.

"P—Pil apa...?"

"Oh ayolah, Chilla. Aku yakin kau masih ingin menikmati masa mudamu, kan?"

  Lidahnya kelu. Tangan kirinya mencengkram rok spannya dengan kuat. Jantungnya berdebar sangat cepat. Tidak mungkin ia tega menggugurkan janinnya. Kepalanya menggeleng berkali-kali, tetapi Ash masih menatapnya—menunggunya mengiyakan tawaran bejat tersebut.

My Melody✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang