58. intersection

14.4K 2.3K 726
                                    

Song Recommendation : The Chainsmokers feat. 5SOS — Who Do You Love

"... 1 Happy Meal ayam sama nasi, minumnya susu, mainannya yang Ilon Man."

  Tunjuk bocah itu pada sebuah mainan yang dipajang di etalase kaca sebuah restoran cepat saji. Ia menggenggam dompetnya dengan erat, berdoa semoga uangnya cukup sehingga ia bisa makan dengan kenyang malam ini.

  Sang pelayan mengangguk, "Totalnya 3200 Won."

  Tangan mungilnya menghitung kembali uang yang telah dikeluarkannya, lalu menyerahkan beberapa lembar kepada pelayan itu. Untung saja cukup. Batinnya bersyukur.

Maafin Jake ya, Daddy. Jake gak tahan di lumah, hatinya meringis.

  Keputusannya ini telah dipikirkan matang-matang sejak lama. Ia kabur bukannya tanpa alasan, melainkan ingin rasanya dicari, diharapkan untuk kembali, hanya untuk kali ini saja. Di malam yang dingin ini, ia tidak akan tidur. Dengan iPad yang sudah menjadi sahabatnya dalam kesepian, bocah itu akan menjelajahi kota Seoul hingga esok fajar.

  Melihat keadaan restoran yang lumayan ramai, ia pergi. Kaki kecilnya melangkah menjauh dan semakin menjauh. Kantong berisi makanan itu ia dekap di depan, menghindari agar minumannya tidak tumpah, sementara pikirannya sedang berusaha mencari arti kehidupan yang sebenarnya.

  Toko hewan peliharaan, toko baju, kafe unik, serta beberapa stasiun telah ia lewati dan dirinya menyimpulkan satu hal, luasnya dunia ini ditentukan oleh masing-masing individu. Ia tak tahu ada berapa banyak orang di luar sana yang mengalami situasi yang sama dengan dirinya, ataupun sedang dalam masa-masa sulit. Tetapi ia tahu, bahwa setiap manusia pasti memiliki kisah pahitnya tersendiri.

"Selamat malam, Dik. Mau ke mana malam-malam begini?" Seorang polisi yang tengah berjaga di sekitaran stasiun mengagetkannya. Ia mengerjapkan matanya cepat, mencari jawaban yang tepat.

"Mau pulang, Pak," jawabnya singkat, berharap tidak akan ditanya-tanya lebih jauh. Polisi tersebut mengangguk pelan lalu tersenyum, "Ya sudah, cepat pulang ya. Jangan terlalu larut, nanti Mama sama Papa cari kamu, lho," balasnya bercanda. Jake membungkuk pelan lantas pergi dari hadapannya.

Pendengarannya yang tajam menangkap suara senandung gitar. Alunan melodi yang begitu indah, dimainkan sarat akan emosi. Ia mencari sumber suara tersebut dan mendekatinya. Ternyata seorang lelaki muda bertubuh kurus dengan gitar dan papan tulisan di depannya.

'Maaf, aku tunawicara. Silahkan tulis lagu yang anda inginkan di papan sebelahnya. Selamat menikmati!"

Tunawicara? Apa itu tunawicara? Dahi Jake mengerut. Di sekeliling orang itu banyak yang sedang menikmati alunan melodi dari gitar klasiknya. Mereka berdiri, beberapa memberikan lembaran uang di tas gitarnya sebagai bentuk apresiasi. Lelaki tersebut tersenyum lebar setiap kali ada orang yang memujinya. Jake semakin penasaran. Dengan segenap keberanian ia berjalan mendekati sang pemusik jalanan. Pria bergitar itu mulai memetik senar gitarnya, diiringi oleh nyanyian salah seorang penonton.

"... Dad, I know you're trying to fight when you feel like flying... "

  Jake tahu Jaehyun sudah berjuang mati-matian untuknya. Matanya berkaca-kaca saat menyadari bahwa di titik ini, ayahnya begitu rapuh. Pulang ke rumah larut malam, berangkat kerja begitu pagi, dan berpergian kesana-kemari tanpa henti. Mungkin... mungkin yang Jaehyun butuhkan hanyalah satu, kasih sayang. Sudah cukup teriris hati Jake melihat ayahnya terpuruk berkali-kali, dan ia ingin Jaehyun bahagia dengan caranya sendiri tanpa campur tangan siapapun. Bukankah permintaanya begitu simpel?

"Pria ini sangat berbakat! Tepuk tangan, semuanya!" sorak sorai dari para penonton terdengar. Lagu mellow itu menambah suasana kota Seoul yang belakangan ini sedang sendu, semakin sendu.

My Melody✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang