Chapter 5

717 104 18
                                    

Berbagai macam jenis makanan yang menggiurkan nampak tertata rapi di atas meja. Wanita paruh baya, ibu dari seorang jaksa bernama Jessica Jung sibuk menata sumpit dan sendok di tempatnya sambil sesekali memberikan instruksinya kepada pelayan yang membawa makanan dari dapur.

"Ini bukan acara pernikahan atau semacamnya. Apa ini tidak berlebihan untuk sebuah makan malam bersama?" suara serak dari seorang wanita tua yang baru saja datang berhasil membuat Ibu Jessica menoleh dan membeberkan bantahannya.

"Dia sudah dewasa, biarkan dia mencari calon suaminya sendiri. Dulu Ibu bahkan tidak menjodohkanmu." balas sang nenek membela Jessica akan haknya.

"Aku sebenarnya juga kurang setuju, tapi anak itu seakan tidak menampakkan niatannya untuk mengenalkan calon mantu di rumah ini Bu. Lagi pula aku tidak bisa menolak permintaan ayahnya."

Wanita tua itu membisu, menggelengkan kepala mendengar penjelasan akhir putrinya. Ia tahu betul jika menantunya, ayah Jessica itu keras dan semua ucapannya adalah sebuah keharusan.

Nenek Jessica mengambil gagang telfon untuk menghubungi sang cucu yang sejak siang tadi terus menolak permintaan ibunya agar datang dan makan malam bersama dengan pria pilihan ayahnya.

Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda Jessica mengendus putus asa di dalam kamarnya. Telfon yang baru saja ia dapat berhasil membuatnya turun dari kasur, mengganti pakaiannya dan berangkat menuju rumah untuk makan malam bersama.

Pakaian yang Jessica kenakan sangatlah jauh dari kata sempurna, ia hanya mengenakan kemeja hitam dengan celana jeans bewarna senada. Jessica menunduk di dalam lift seorang diri ketika angka diatas terus berganti. Ia kesal, kecewa dengan orang tuanya yang terus saja memaksanya menikah dengan pria yang sama sekali tak ia kenal.

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Jessica sampai di lantai satu. Disaat pintu lift terbuka Jessica tanpa sengaja bertemu dengan Amber yang hendak naik dengan kresek hitam berisi belanjaan.

"Siapa yang meninggal?" tanya Amber seketika itu juga ketika melihat tampilan Jessica yang serba hitam.

"Tidak ada, kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Aneh saja, kau memakai pakaian serba hitam dengan aura hitam yang terpampang dengan jelas di sekelilingmu."

"Aiishh~! Sial."

"Mau kemana?"

"Ke pemakamanku, kenapa?! Kau puas?!" kesal Jessica kemudian berlalu melewati Amber yang masih terkekeh karena ucapannya.

"Yah~! Apa kau akan menikah dengannya?"

Pertanyaan Amber barusan berhasil membuat Jessica berbalik. Ia heran darimana Amber bisa tahu jika ia sedang dijodohkan dengan seorang pria pilihan orang tuanya.

"Aku mempunyai beberapa teman wanita yang dijodohkan, dan mereka mengatakan hal yang sama sepertimu. Semoga berhasil~" Amber tersenyum, mengangkat jempolnya untuk Jessica kemudian berbalik.

Namun langkah Amber terhenti dan segera menoleh ketika Jessica memanggilnya. Amber menyatukan kedua alisnya saat Jessica mulai berbicara sambil mengeluarkan ekspresi putus asanya.

"Maukah kau datang denganku ke rumah?"

"Datang dan mengatakan kalau aku pacarmu? Tidak mau, aku tak mau ikut dalam kemelut orang lain."

"Ishhh~ Brengsek." Kesal Jessica.

~

Panasnya matahari yang mulai meninggi tak membuat Jessica beranjak dari ayunan yang ia duduki. Jessica duduk seorang diri di sebuah taman yang berada di dekat area kantornya. Memikirkan bagaimana jadinya ia jika status lajangnya benar-benar akan hilang bulan depan.

All Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang