Chapter 24

340 50 7
                                    

Sebuah keberuntungan bagi Jessica. Setiap orang yang malam itu ikut menyaksikan bagaimana mobil SUV milik Jessica menabrak sebuah truk pasti beranggapan bahwa sang pengemudi tak akan bisa selamat. Jessica mengalami luka hampir di sekujur tubuhnya. Wajah mulus nan cantik yang mempesona kini telah penuh dengan memar, balutan perban melilit di tangan kanannya yang patah.

Jessica kembali mebuka mulut ketika sang ibu menyuapkan sediakan terakhir makan malamnya.

Jessica beberapa kali meyakinkan ibunya bahwa ia tak membutuhkan apapun lagi, ia hanya ingin ibu dan neneknya pulang dan istirahat dengan nyaman karena mereka ada di rumah sakit sejak kemarin.

Perdebatan keduanya berhenti ketika Tiffany masuk dengan sekantong apel.

"Lihatlah ada Tiffany di sini. Ibu dan nenek pulang saja."

"Bagaimana kalau kau membutuhkan sesuatu?"

"Ibu, di rumah sakit ini ada banyak perawat. Aku hanya perlu menekan tombol dan mereka akan datang."

"Jessica benar, Tante dan nenek pulang saja malam ini." timpal Tiffany.

Ibu dan nenek Jessica hanya bisa pasrah dan menurut. Mereka pun memutuskan untuk pulang dan istirahat di rumah. Punggung mereka sebenarnya sudah terlampau sakit karena beberapa hari ini mereka tidur di sofa. Namun, mereka enggan pulang karena tak ingin meninggalkan Jessica.

"Cepatlah sembuh dan berhenti menyusahkan mereka." celetuk Tiffany sambil memotong apel yang ia bawa untuk Jessica setelah ibu dan nenek pulang.

"Kau juga cepatlah pulang."

"Apa menurutmu aku tega meninggalkanmu sendirian? Aku tidak akan pergi jadi berhentilah berusaha."

Jessica tersenyum. Ia senang ternyata ia masih memiliki sahabat yang bisa ia andalkan.

Ekspresi Tiffany berubah drastis. Wajah yang awalnya ceria itu berubah menjadi serius hingga berhasil membuat Jessica penasaran.

"Apa yang kau pikirkan?"

"Oh? T-tidak ada."

"Apa? Katakan saja, siapa tahu aku bisa membantu."

Tiffany menggeleng dengan keras. Ia terus mengatakan tidak ketika Jessica ingin mencoba membantu menghilangkan kegusarannya.

"Sica-ya~"

"Hmmm~ Wae?"

"Aku dilarang banyak orang untuk menanyakan hal ini padamu. Mereka berpikir kau belum siap karena keadaanmu yang belum membaik."

"Tentang apa? Ada apa? Katakan saja. Aku baik-baik saja."

Tiffany diam sambil merangkai kata yang pas sebelum ia melontarkan isi kepalanya pada Jessica.

"Kau. Apa kau tidak penasaran dengan keadaan Amber? Kenapa kau tidak pernah bertanya tentang dia? Saat itu kau bersamanya. Apa kau tidak ingin tau bagaimana dia sekarang?"

Hening. Tidak ada satupun jawaban dari Jessica atas pertanyaan Tiffany. Tubuh Jessica gemetar, jantungnya berdegup semakin cepat karena merasa cemas. Ia tak mungkin menjelaskan keadaan yang sebenarnya pada Tiffany. Baginya itu adalah sebuah aib yang tak boleh diketahui oleh siapapun. Bagaimana ruwetnya hubungan antara dirinya dengan Amber saat ini.

"Sebenarnya aku datang kemari setelah bertengkar dengan Taeyeon. Dia terus melarangku menyebut nama Amber dihadapanmu. Dia bilang kenapa kau harus tahu mengenai keadaan Amber ketika kau sendiri tidak merasa penasaran dan khawatir terhadapnya."

"..."

"Apa kalian berteng ?"

"Yang dikatakan Taeyeon benar. Aku sama sekali tidak di penasaran bahkan khawatir terhadapnya. Jadi kumohon jangan ungkit nama itu lagi." potong Jessica dengan singkat kemudian menarik selimut dan tidur membelakangi Tiffany.

All Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang