Chapter 22

334 51 5
                                    

Pria tua yang sedang mendekam di penjara itu tak ingin jatuh sendirian. Ia memanfaatkan kesalahan Amber yang telah membohongi Jessica untuk membalas semuanya. Ia tak rela melihat kedua orang itu hidup dengan tenang setelah ia kehilangan semuanya karena mereka.

Langkah kaki Jessica terseok, tubuhnya lemas mengingat setiap kata dan kalimat yang keluar dari mulut Tuan Kim.

"Aku memiliki sebuah hadiah yang sudah kuletakkan di mobilmu. Kau sudah salah dalam memilih teman."

Dengan mata yang mulai memerah Jessica mencoba menguatkan kakinya. Langkahnya semakin cepat menuju tempat parkir. Sesampainya di sana ia buru-buru membuka pintu dan mendapati sebuah kotak warna merah di kursi penumpang.

Sebuah ketakutan merasuki jiwa Jessica. Ia takut bukan main. Seketika ia membuka kotak tersebut maka semua hal akan berubah drastis.

Setelah berkutat dengan isi kepalanya Jessica akhirnya membuka kotak tersebut. Disana terdapat beberapa lembar foto dan kertas. Itu adalah kertas berisi riwayat panggilan di ponsel ayahnya, dan beberapa lembar foto disana memperlihatkan ayahnya yang sedang bertemu dan mengobrol dengan Amber. Apa yang dikatakan oleh Tuan Kim benar, Amber adalah orang terakhir yang ayahnya hubungi dan temui sebelum kecelakaan maut merenggut nyawa ayahnya.

"Pria yang kau banggakan sebagai pacar itu adalah orang yang telah membunuh ayahmu. Dia mendekatimu karena memiliki kepentingan dan ia berhasil menipumu untuk mencapai tujuannya, yaitu membalaskan dendamnya pada ayahmu."

Tangis Jessica pecah. Ingin rasanya ia tak mempercayai ucapan Tuan Kim. Namun semua itu rasanya sulit mengingat semua bukti yang sangat menyudutkan Amber.

"Jessica Jung. Jangan kau sia-siakan hadiah dariku."

Jessica meremas memo yang tertempel di dasar kotak tersebut dengan amarah dan tangis yang semakin tak terkendali. Bagi Jessica kebohongan adalah sebuah bentuk penghianatan, ia tak tahu apa yang akan terjadi seandainya Amber benar-benar berbohong padanya. Yang Jessica inginkan adalah sebuah kepastian dan jawaban yang ia dengar langsung dari mulut Amber.

Ditempat lain Amber bangun dengan beberapa pertanyaan di kepala. Kemana Jessica, sejak kapan ia pergi dan kenapa ia tak membangunkannya untuk sekedar berpamitan. Jessica mungkin sibuk dengan pekerjaannya. Itulah alasan yang sedang Amber percayai dan Amber memulai harinya seperti biasa ketika Jessica sedang bergumul dengan hati dan pikirannya.

Amber beberapa kali mengirim pesan dan mencoba menelfon Jessica, tapi semua itu tak berbuah hasil sampai malam hari. Amber mengendus kesal karena Jessica seakan menghilang tanpa kabar padahal semalam mereka melalui hari bersama.

"Masih tidak diangkat?" tanya Taeyeon melihat wajah kesal Amber.

"Dia pasti sibuk."

"Jadi, apa yang akan kau lakukan? Tetap tinggal atau pergi meninggalkan Jessica seperti rencanamu sebelumnya?"

Saat ini Amber menganggap bahwa dirinya adalah manusia paling egois dan brengsek di dunia. Setelah semua yang ia lakukan dengan ratusan kebohongannya pada Jessica, ia memiliki keinginan untuk bisa hidup bahagia dengan wanita itu.

"Entahlah, aku akan mengaku dan menceritakan semuanya. Aku akan melakukan apa yang ia mau. Entah itu tinggal atau pun pergi. Aku harus mendapat pengampunan darinya."

"Kapan?"

"Secepatnya, jika dia sudah terlihat lebih baik. Saat ini ia masih sangat sedih karena kehilangan ayahnya, aku tak ingin memperparah keadaannya."

Amber kembali meneguk soju miliknya. Malam ini pria itu ingin tidur nyenyak tanpa memikirkan apapun, dan untungnya Taeyeon siap menjadi sopirnya malam ini hingga ia tak ragu untuk menghabiskan beberapa botol.

All Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang