Chapter 8

660 83 10
                                    

Dering ponsel yang sejak tadi bersuara tak membuat sang pemilik bergeming dari tumpukan kertas di atas mejanya. Jessica mengabaikan semua telfon dan juga ajakan makan siang Tiffany berserta beberapa rekan lainnya. Rasa sakit hati akibat ditipu membuat Jessica enggan mengisi perutnya siang itu. Jam terus berputar hingga tibalah waktu bagi Jessica untuk pulang. Dua hari sudah Jessica mengasingkan diri dari orang lain, ia akan terus melakukannya sampai perasaanya mulai membaik.

Kerutan di dahi dan rasa malas membuat Jessica terus menundukkan kepalanya saat menanti pintu lift terbuka. Ditengah ketenangan tersebut dia dikagetkan oleh kehadiran Amber yang beberapa hari ini tak ia temui.

"Mau berangkat kerja? Bolehkah aku menumpang?"

Jessica mengerutkan dahi ketika Amber meminta pertolongan darinya. Tak ingin membuat Amber luntang lantung tanpa kendaraan, ia pun akhirnya membolehkan Amber untuk memboncengnya. Kantor mereka yang dekat membuat Jessica berpikir tidak ada salahnya untuk membantu.

"Kau masih marah?" tanya Amber di tengah keheningan.

"Marah? Untuk apa?"

"Untuk kejadian beberapa hari yang lalu."

"Aku tidak ingin membahasnya." ketus Jessica setelah menghela nafas dengan sangat berat.

"Kau boleh marah padanya. Tapi kenapa kau tidak mengangkat telfonku. Apa kau juga marah padaku?"

Sadar akan sikap dingin yang tak seharusnya ditujukan kepada Amber membuat Jessica sedikit melunak. Ia pun mulai mengomeli Amber yang tak bisa merawat mobilnya hingga bisa rusak dan masuk bengkel selama beberapa hari kedepan.

Keduanya pun berpisah setelah tiba di depan kantor Amber. Sebelum Jessica menginjak pedalnya Amber kembali mengingatkan Jessica untuk menjemputnya, pulang bersama sore nanti.

"Aku tahu, cepat pergi sana!" usir Jessica agar Amber yang masih enggan membuka pintu mobil dan turun.

Hari demi hari berlalu tiga hari sudah Jessica menjadi supir untuk Amber. Dan tiga hari pula Amber menjadi dompet Jessica. Kemanapun Jessica makan Amber yang akan membayarnya.

Jarak restoran yang tak terlalu jauh membuat keduanya memutuskan untuk berjalan kaki. Setelah kenyang dengan makan malamnya mereka pun kembali menyurusi jalan yang sama untuk pulang. Disela cerita Jessica mengomentari beberapa orang yang berlalu lalang Amber kembali mendengar ponsel Jessica berdering. Sama sepeti sebelumnya, tak ada niatan bagi Jessica untuk mengecek ponselnya.

"Kau butuh saran?" ucap Amber tiba-tiba.

"Hem? Apa?"

"Mengacuhkannya seperti itu tidak akan terlalu berpengaruh."

Paham dengan maksud Amber, Jessica pun menyeringai.

"Benar. Karena itu aku langsung memberikan keputusan. Aku sudah bilang pada semua orang rumah, bahwa aku tidak akan melakukan apa yang mereka mau."

Amber diam. Ia menjadi pendengar yang sangat baik ketika Jessica bercerita mengenai alasan dibalik kebisingan ponselnya sejak pagi tadi.

"Kau tak apa?"

"Tentu saja. Lagipula sejak awal ini salah. Aku tidak mungkin bisa selamanya hidup dengan pria pilihan orang lain."

Keduanya kembali diam. Suara bising kendaraan dan keramaian orang di jalan menjadi teman mereka malam itu. Ditengah perjalanan Jessica mendapat telfon dari seorang teman yang membuat Amber akhirnya harus berjalan seorang diri.

Melihat Jessica pergi dengan taksinya Amber pun kembali melanjutkan langkahnya, dengan kepala menunduk dan kening yang mengkerut Amber berbicara dengan orang melalui ponselnya.

All Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang