Chapter 9

571 97 13
                                    

Puluhan orang yang datang dan merayakan pesta ulang tahun salah seorang pengacara terkemuka di Korea sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Begitupun dengan Amber yang sibuk memilih hidangan yang tersaji di meja. Dia bahkan tak terlalu menghiraukan Jessica yang sedang memberondongnya dengan berbagai pertanyaan.

"Nenek mengundangku. Aku tidak bisa menolaknya."

Jawaban singkat Amber membuat Jessica terdiam. Ia lelah berbicara pada pria itu. Sebenarnya Jessica tak ingin Amber mendengar pengumuman yang akan ayahnya serukan di depan banyak orang nanti. Hal tersebut cukup memalukan, dipaksa menikah dengan pria asing di era modern seperti ini cukup membuat Jessica ingin menutup wajahnya dengan tumpukan kain.

"Yah, ayo pergi. Aku akan mengantarmu." perintah Jessica.

"Aku masih lapar. Tunggu aku kenyang."

Mendengar jawaban asal itu membuat emosi Jessica semakin meninggi. Ingin rasanya ia mengumpat Amber. Namun itu bukanlah waktu yang tepat untuk melakukannya.

Saat Amber sibuk dengan makanannya seorang pria kekar berjas hitam mengirimkan pesan yang ditujukan untuk Jessica.

"Tuan sedang menunggu Nona."

"Aku tahu. Kau pergilah." balas Jessica malas.

Sebelum pergi Jessica memandang kesal punggung Amber. Ia menghela nafas kasar meninggalkan Amber tanpa pamit padanya.

Amber yang sedari tadi membelakangi Jessica kini berbalik. Melihat Jessica sudah menjauh tak membuat kakinya bergerak. Ia membeku ditempatnya, memandang pundak Jessica yang terkulai lesu tanpa tenaga.

Acara semakin meriah. Tamu undangan menyoraki, bertepuk tangan ketika Tuan Jung memberikan sepatah dua kata di depan para undangam setelah meniup lilin diatas kue ulang tahunnya.

Diantara puluhan orang yang sedang bergembira Amber menatap lurus ke depan. Pria paruh baya yang sedang berbicara itu sama sekali tak luput dari pandangannya.

Sama dengan Amber yang hanya fokus pada satu orang, Jessica yang berdiri disamping ayahnya pun melakukan hal yang sama. Ia menatap Amber dengan perasaan yang tak karuan hingga akhirnya kedua mata mereka saling bertemu.

Melihat Amber tersenyum tipis membuat Jessica mengernyitkan dahi. Wajah Jessica semakin tegang dan bingung ketika Amber mulai bergerak tanpa memperhatikan langkah kakinya.

Ketenangan pesta hilang dan berubah menjadi kekacauan saat Amber menabrak seseorang dan menumpahkan minuman yang ia bawa. Semua perhatian tertuju pada Amber. Hingga tuan Jung yang awalnya hendak mengundang sang calon menantu dan mengumumkan pertunangan anaknya itu urung bersuara.

Kekacauan semakin menjadi ketika wanita yang ditabrak Amber tak terima karena baju dan tas bermerek super mahalnya kotor.

Melihat sang teman sedang dalam masalah Jessica segera bergerak mendekat. Ia ikut campur dengan mencoba menenangkan wanita itu dan menyuruh Amber untuk pergi.

Keadaan yang semakin pelik membuat Jessica mengambil sikap. Dengan gerakan yang pasti Jessica menggeret pergi Amber dari tempat itu.

Tak banyak yang Amber lakukan. Dia hanya mengikuti Jessica sambil membalas tatapan ayah dari wanita yang sedang menggeretnya pergi. Wajah Tuan Jung nampak tak senang. Tentu saja, pria paruh baya itu pasti kesal bukan main karena kekacauan yang dibuat Amber telah menggagalkan serangkaian acaranya.

Jessica mengemudikan mobilnya tanpa bersuara hingga ia berhenti di pinggir jalan untuk mengajak Amber bicara.

"Kau tidak apa-apa?" pertanyaan penuh kekhawatiran itu Jessica lontarkan karena sempat melihat Amber di tampar oleh wanita yang ditabraknya.

"Sakit." lirih Amber.

Jessica menghela nafas, bingung harus marah atau kasihan kepada Amber.

Amber diam mendengar semua amarah Jessica yang menyebutnya sembrono karena tak memperhatikan jalannya hingga membuat kekacauan seperti tadi.

"Kenapa kau melakukannya?!" kesal Jessica putus asa. Ia sadar jika Amber sengaja menabrak wanita tadi karena matanya tak lepas dari Amber.

"Karena aku menyukaimu."

Jawaban singkat Amber membuat Jessica membisu.

"Apa kau bodoh? Haruskah aku mengulangnya ratusan kali? Aku menyukaimu."

Jessica tak mampu menjawab ucapan Amber. Ia masih ingat dengan pernyataan cinta Amber padanya. Namun ia hanya menganggap semua itu sebagai lelucon dan Amber adalah teman yang baik untuknya.

Amber menyeringai mendengar penolakan Jessica.

"Di dunia ini tidak ada kata teman diantara pria dan wanita."

Melihat tak ada tanda-tanda balasan dari Jessica membuat Amber berniat untuk keluar dari mobil wanita itu.

"Besok jam satu aku akan terbang. Aku akan menunggumu di bandara. Jika kau datang aku akan tetap tinggal. Jika tidak maka mungkin ini adalah terakhir kalinya aku dapat bertemu denganmu." ucap Amber sebelum turun dan pergi.

Jessica paham dengan maksud perkataan Amber. Pikirannya kacau balau hingga membuatnya tak mampu mengambil keputusan. Mau diakui atau tidak Jessica sepertinya sudah jatuh hati dengan Amber. Namun, disisi lain ia juga tak ingin menjadi seorang anak pembangkang. Selama ini Jessica tak pernah melanggar aturan didalam rumahnya. Hal itulah yang membuat Jessica semakin tak mampu mengambil sikap.

~

Ucapan Amber sejak kemarin terus berputar di kepala Jessica hingga seluruh pekerjaan yang ia lakukan hari ini kacau balau. Ia tak henti-hentinya menghela nafas panjang.

Jam di tangan menunjukkan pukul setengah satu. Tak ingin menyesal dikemudian hari membuat Jessica berdiri, meninggalkan makan siangnya yang belum habis untuk Amber.

Dengan langkah yang semakin tertatih Jessica berkeliling di gate yang sudah diberitahukan Amber padanya kemarin. Jantungnya semakin berderu. Mungkin ia sudah terlambat untuk mengungkapkan perasaannya pada Amber.

Jessica menunduk. Mencoba menahan tangis dan rasa penyesalannya karena tak menemukan Amber.

Saat air mata hendak turun membasahi pipinya, Jessica mendengar suara serak yang sangat ia kenal.

"Kau mencariku?"

Jessica seketika berbalik. Ia melihat Amber tersenyum tipis yang nampak sangat manis.

"Jangan pergi. Aku menyukaimu." tegas Jessica dengan suara yang lirih karena rasa lelahnya setelah berlarian.

Senyum Amber semakin lebar. Ia segera berjalan mendekati Jessica yang sudah tak bertenaga itu.

"Tidak akan." balas Amber langsung memeluk Jessica.

Jessica yang sebenarnya tak ingin menangis itu mulai menitikan air matanya di pelukan Amber. Ia sadar jika selama ini terlalu keras dengan hatinya sendiri karena telah mendorong Amber menjauh darinya. Ia bahkan tak tahu sejak kapan pria itu menjadi sangat berpengaruh terhadap hidupnya.

All Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang