Chapter 36

291 45 8
                                    

Sungai Han malam itu nampak tak seramai biasanya. Para muda mudi, anak-anak, dan keluarga yang biasanya menghabiskan malam di sana dengan tawa dan suka cita saat itu menghilang entah ke mana. Jessica memperceppat langkahnya, wanita itu membawa dua gelas coklat hangat yang di jual oleh beberapa pedagang yang menjajakan dagangannya di sekitar tempat itu. Punggung yang biasanya terlihat tegap kini nampak terkulai tanpa semangat. Amber sedang menyalahkan dirinya lagi dan Jessica tahu akan hal itu.

"Minumlah."

"Terima kasih." Amber menerima coklat hangat yang disodorkan Jessica dan mulai meminumnya.

Jessica tidak ingin terlalu banyak bicara, ia memilih diam dan membiarkan Amber menenangkan dirinya terlebih dahulu.

"Kenapa kau tidak bilang padaku?" ucap Amber memecah keheningan malam.

"Aku takut kau akan seperti ini."

"Maaf,"

"Berhenti meminta maaf. Bukankah sudah kubilang jangan melakukannya lagi.! Berhenti bicara dan berpikir yang aneh-aneh. Ibu pasti akan memaafkanmu."

"Aku mungkin bisa menyerah kapan saja. Saat itu, maukah kau menuntunku untuk tetap berdiri?"

Jessica segera meletakkan minumannya dan memeluk Amber ia paham akan apa yang sedang Amber rasakan saat itu. Perasaan takut akan ditolak juga pernah ia rasakan.

"Kita sama-sama minta maaf pada ibu. Aku juga bukanlah anak yang baik baginya. Aku sudah melakukan banyak kesalahan dan menyakiti perasaannya. Aku akan selalu bersamamu jadi jangan menyerah."

~

Setelah berkelana beberapa hari akhirnya Jessica memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Aura kemaraahan masih terlihat dengan jelas di wajah ibunya. Meskipun Jessica ragu, ia tetap mencoba mendekati ibunya, mencoba mengajak bicara sang ibu dengan kepala yang lebih dingin.

"Jika kau ingin membicarakan anak itu lebih baik kau pergi saja."

"Ibu, aku pernah hampir membunuhnya."

Sebuah kalimat datar dari Jessica membuat wanita paruh baya yang tadinya sibuk mencuci piring seketika menghentikan segala kegiatannya dan menoleh, melihat wajah sang anak dengan alis yang menyatu.

"Aku pernah menodongkan senjata tepat di depan wajahnya. Bukannya pergi dan lari, dia malah menghampiri dan mencoba menenangkanku. Dia mencoba menceritakan semua kebenaran, tapi aku memilih untuk menutup mata dan telingaku, hingga akhirnya aku menarik pelatuk di pistol yang ada ditanganku hingga mengenai perutnya. Aku yang tidak tau kalau telah melukainya, meminta dia untuk menemuiku lagi. Malam itu aku menyetir mobil seperti orang gila, dan aku berniat membunuh pria itu untuk yang kedua kalinya. Dan tanpa ku ketahui lagi, dia berada diantara hidup dan mati untuk waktu yang cukup lama, pria itu koma selama enam bulan lebih dan bangun dengan keadaan yang jauh dari kata baik. Pria itu kehilangan ingatannya, dan itu semua karena aku tidak ingin mendengarkannya. Tolong maafkan dia ibu, anak itu sudah menjalani hidup yang berat. Dia tidak punya keluarga, dan ayah menitipkan keluarga ini padanya. Ayaj memintanya untuk menggantikan posisinya untuk menjaga keluarga ini."

Ibu Jessica mencoba memahami apa yang sedang diucapkan oleh anaknya. Seandainya ia bisa mengungkapkannya, ia pun berniat membalas apa yang telah suaminya alami pada Amber. Memberikan maaf pada seseorang yang telah menyakiti, bahkan membohongi diri bukanlah hal yang mudah, dan hal itulah yang sedang ia rasakan. Sakitnya kehilangan suami yang tiba-tiba terjadi begitu saja membuat wanita paruh baya itu masih enggan untuk berdamai dengan dendam di hatinya. Bukannya memberi jawaban ibu Jessica memilih pergi dari tempatnya. Saat ini ia tidak ingin mendengar apaun, yang ia mau hanyalah menenangkan dirinya dan menghabiskan waktu seorang diri.

All Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang