Chapter 20

369 51 4
                                    

Tak ada sedikitpun kata yang keluar dari mulut Jessica. Dia setia menutup mulut karena masih kesal dengan perilaku Amber yang sudah menghilang tanpa memberikan kabar sedikitpun. Meskipun Amber sudah mencoba meminta maaf dan menjelaskan keadaannya Jessica masih enggan untuk bersuara. Amber berasalasan bahwa ia harus segera terbang ke Amerika tanpa membawa banyak barang karena suatu hal yang sangat mendesak hingga ia tak sempat untuk kembali ke apartemen.

"Meskipun begitu apa kau harus memutus kontak denganku dan tak memberikan kabar sama sekali? Apa kau tahu betapa aku mencemaskan dirimu?!"

"Aku sangat ingin menghubungimu, tapi ponselku hilang dan aku tak ingat nomor telfonmu. Maaf, karena sudah membuatmu khawatir."

Amber kembali memohon pada Jessica yang masih menampakkan wajah seramnya. Kemarahan Jessica nampak dengan jelas di sana.

Meskipun Jessica masih marah, ia tak mampu meluapkan semuanya. Jika harus dibandingkan, rasa khawatir Jessica lebih besar timbang rasa kesalnya pada Amber. Ia kesal karena tak bisa mengetahui keadaan Amber dalam keadaan baik atau tidak.

"Kalau begitu hafalkan nomor ku. Kau harus memberiku kabar walau bagaimanapun keadaannya. Aku tak mau menanggung rasa khawatir karena tidak mengetahui kabarmu."

Amber mengangguk setuju. Dia menatap wajah sembab dan bengkak Jessica sambil sesekali mengusap air mata sang kekasih yang masih saja terus menetes. Amber menghela nafas dan mulai memeluk Jessica, ia menyesal dan merasa bersalah karena sudah membuat Jessica, orang yang ia sayangi bisa sesedih itu. Jika ditanya rindu, Amber juga tak kalah akan rindunya terhadap Jessica. Bahkan, mungkin kerinduan Amber jauh lebih besar dari yang bisa dibayangkan.

"Dingin, aku akan mengantarmu pulang." Amber berdiri agar Jessica yang seakan masih belum bersedia beranjak dari tempatnya segera mengikutinya.

Melihat Amber berjalan terlebih dahulu membuat Jessica ikut berdiri. Namun, alisnya mengkerut melihat cara berjalan Amber yang menurutnya sedikit aneh.

"Kenapa kaki kirimu?"

Amber menoleh dan mencoba bersikap biasa saja. Seakan tak ada masalah dengan kakinya.

"Ah, tidak apa-apa. Hanya sedikit terkilir."

Jessica bergegas mendekat dan mengambil kunci mobil yang dipegang Amber. Ia tak tega membiarkan Amber menyetir mobil dengan keadaan kaki yang seperti itu. Meskipun Amber bilang tidak apa, Jessica yakin pria itu sedang kesakitan dilihat dari cara berjalannya.

Jessica yang awalnya melajukan mobil menujur rumahnya segera memutar setir, ia bisa memesan taksi untuk pulang ke rumahnya setelah mengantar Amber.

"Bawa saja, aku bisa mengambilnya kapan saja." potong Amber ketika Jessica pamit ingin pulang dengan naik taksi.

Amber tak mungkin membiarkan Jessica pulang seorang diri dengan taksi di tengah malam seperti ini. Seandainya bisa, ingin rasanya ia mengantar Jessica, tapi apa daya kakinya yang seharian dipaksa berjalan dan beraktifitas itu sudah terlampau sakit.

"Malam ini kau bisa beristirahat di tempatku kalau mau." ucap Amber ragu.

"Kau tidak lupa kan kalau aku masih marah padamu?"

Amber mengangguk dan kembali mengucap kata maaf yang entah sudah berapa kali ia ucapkan untuk Jessica. Amber bergegas masuk ke dalam gedung sambil berusaha senormal mungkin berjalan.

Jessica mengela nafas kesal. Semarah apapun dirinya ternyata ia tak bisa acuh pada Amber. Jessica segera memarkirkan mobil dan menghampiri Amber yang saat ini mungkin sedang menunggu pintu lift terbuka.

Dugaan Jessica benar, ia melihat Amber menunduk sambil sesekali mengurut kakinya. Jessica menghampiri Amber dan membantunya untuk berdiri. 

"Kenapa kau belum pulang?"

"Bagaimana aku pulang setelah melihatmu tidak baik-baik saja."

Amber senang sekaligus sedih mendengar jawaban Jessica. Ingin rasanya ia berbagi cerita dengan Jessica dan mengatakan bahwa sebenarnya ia memang sedang tidak baik-baik saja bukan hanya fisiknya tapi juga jiwa dan psikisnya. Amber butuh sandaran dan Jessica selalu ada untuknya, tapi ia tak bisa seperti itu untuk Jessica.

Waktu sudah terlampau malam, namun perut kedua orang yang belum sempat menyantap makan malam itu berontak minta diisi. Tak banyak percakapan selama mereka makan, keduanya malah terlihat canggung satu sama lain. Amber mencoba mencairkan suasana dengan menanyakan kabar nenek Jessica dan ibunya.

~

Jessica segera membersihkan mejanya dan bergegas untuk pulang dengan tumpangan dari Tiffany karena ia tak membawa kendaraan saat berangkat ke kantor. Selama perjalanan Tiffany dibuat terkejut sekaligus senang karena akhirnya Amber kembali dan itu artinya Jessica tak akan kembali murung. Namun, sedetik kemudian ia dibuat bingung oleh ucapan Jessica terhadap Amber.

"Entah kenapa aku merasa kalau dia sedang menyembunyikan sesuatu." lirih Jessica dengan segala kecurigaannya. Ia adalah sorang jaksa, curiga adalah bagian dari hidupnya.

"Apa maksudmu? Apa dia berbohong?"

"Perasaanku mengatakan semua alasannya terdengar tidak masuk akal."

"Berhenti gampang curiga, akhir-akhir ini kau terlalu sensitif. Tenangkan pikiranmu dan nikmatilah waktu kalian. Bukankah selama ini kau selalu menangis karena rindu padanya."

Ucapan Tiffany mungkin ada benarnya. Akhir-akhir ini Jessica mengalami stress yang terlampau parah karena beban hidup dan pekerjaannya. Semua hal bahkan terlihat negatif baginya.

Jessica sibuk mengepak kotak makan berisi beberapa lauk pauk. Ia berniat membawa semua itu untuk Amber.

Sesampainya di apartemen Jessica merasa terkejut sekaligus kecewa. Ia terkejut melihat Taeyeon ada di sana, dan ia kecewa melihat Amber ternyata baru saja selesai menyantap makan malam dengan Taeyeon.

Taeyeon yang sadar bahwa keberadaannya mengganggu itu pun memilih untuk pamit, meninggalkan kedua orang itu disana.

"Duduklah, kenapa berdiri saja. Kau bawa apa? Makanan ya?" tunjuk Amber pada tas makanan yang ditenteng Jessica.

"Hemm~ Tapi sepertinya aku sudah salah membawanya."

"Kenapa salah? Bawa kemari, aku masih lapar. Apa kau sudah makan? Kita makan bersama."

Amber melahap semua makanan yang dibawa Jessica seakan-akan ia belum makan sebelumnya. Jessica yang awalnya kecewa itu nampak senang melihat betapa lahapnya Amber menyantap semuanya.

"Kenapa Taeyeon ada disini?"

"Aku menelfonnya karena bosan di rumah sendirian."

"Aku?"

"Hemm?"

"Kau bisa menelfonku kalau bosan, kenapa malah menelfon Taeyeon. Apa kau kehilangan nomorku lagi huh?"

"Ah, aku takut kau tak mau menerima telfonku karena kau masih marah."

"Syukurlah kalau tahu." Jessica kesal dan mulai memukuli Amber.

Jessica terkejut melihat Amber merintih kesakitan karena pukulannya yang terbilang pelan itu. Ia segera mengecek tangan dan tubuh Amber, ia semakin dibuat bingung setelah melihat beberapa bekas luka di sana. Bahkan ada bekas jahitan di lengan kiri pria itu.

"Ada apa denganmu sebenarnya?!"

Amber tak bisa berkutik ketika Jessica melihat dan mendapati semua bekas luka yang masih tersisa di tubuhnya.

All Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang