Chapter 29

348 57 14
                                    

Perban di pergelangan kaki Jessica akhirnya dilepas. Jessica dengan manjanya merengek kesakitan meskipun pada kenyataannya kakinya sudah sembuh seutuhnya. Jessica mengabaikan omelan ibunya yang sedang membantunya melepaskan perban, di luar rumah Jessica adalah seorang yang dingin, tapi tidak ketika dia ada dihadapan keluarganya. Dia akan bersikap layaknya tuan putri ketika di rumah.

"Umurmu berapa bisa sampai terpeleset?! Berhenti membuat ibu khawatir dengan melukai dirimu sendiri."

"Aaarasssoo~"

"Besok kau tidak ada acara kan?"

"Kenapa?"

"Teman ibu mengadakan pesta untuk anak laki-lakinya yang baru saja diangkat jadi diplomat. Temani ibu ya."

"Ibu mau menjodohkan aku lagi?"

"Ibu sangat mengenalnya. Dia anak yang sangat baik dan ramah, kalian seumuran jadi ibu harap kau bisa berteman dengannya."

"Tidak mau."

"Sica-ya. Hampir semua temanmu sudah menikah, usiamu sudah lebih dari 30 tahun dan ibu ingin melihatmu punya keluarga."

Jessica bersikeras menolak permintaan ibunya. Sudah puluhan kali Jessica mencoba mengikuti permintaan ibunya untuk pergi kencan buta dengan pria pilihannya. Namun, hati Jessica yang masih menjadi milik Amber itu menolak semua pria untuk masuk kedalam hidupnya.

Tak tega melihat Jessica sang nenek pun angkat suara. Wanita tua itu membela cucunya, Jessica bukanlah anak kecil yang belum bisa bertanggung jawab dengan dirinya sendiri. Cucunya itu pasti sangat paham dengan apa yang ia inginkan.

"Aku besok ada acara. Aku tidak akan pergi, jadi berhentilah berharap Bu."

Jessica segera meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya. Dalam keheningan malam Jessica mencoba mengingat janji yang Amber ucapkan padanya, bahwa ia akan datang ke Seoul dan menemuinya. Tapi, semenjak hari itu Amber tak pernah memberikan kabar padanya. Pria itu tidak pernah menelfonnya, bahkan mengirim pesan singkat sekalipun. Jessica marah dan kecewa, ia merasa telah dibodohi dengan janji yang Amber umbar.

"Brengsek." gumam Jessica dengan kepala yang mulai panas.

Jessica mengambil ponselnya dan mencari kontak Amber, berniat untuk memaki pria itu. Suara dering yang Jessica dengar membuat emosinya semakin menjadi.Jessica kembali mengumpat karena Amber tidak mengangkat telfonnya. Jessica membuang ponselnya di atas kasur, tidak berselang lama ponsel itu berdering karena ada panggilan masuk. Melihat nama Amber terpampang membuat Jessica bergegas untuk meraih ponselnya dan mengangkat telfon Amber.

Belum sempat Jessica memaki Amber malah meminta maaf karena tak tahu jika Jessica menelfonnya. Amarah Jessica seketika mereda ketika Amber menanyakan kabarnya. Dia bahkan meminta maaf karena belum bisa pergi ke Seoul karena suatu alasan.

"Apa sedang ada masalah?" Jessica merasa khawatir.

"Ibu sedang sakit, aku tidak mungkin pergi meninggalkannya."

"Sakit apa? Sudah periksa ke dokter? Kapan? Ibu baik-baik saja kan?" cerocos Jessica tanpa henti.

Mendengar bagaimana khawatirnya Jessica membuat Amber tersenyum tipis. Ia bahkan bingung harus menjawab dari mana.

"Tidak apa-apa, hanya lelah. Sekarang sudah baik. Kau sendiri bagaimana?  Apa kakimu sudah sembuh?"

"Kakiku? Baik, aku bahkan sudah bisa menggunakan kakiku untuk berlari." sombong Jessica.

Waktu berlalu, kedua orang itu saling bertukar cerita tanpa rasa canggung sama sekali. Amber bahkan tak jarang dibuat tertawa oleh lelucon garing Jessica. Setelah sejam lebih mengobrol Amber merasakan kedekatan yang tak bisa ia jelaskan terhadap Jessica. Ia tak tahu dengan pasti, yang ia tahu dan pahami adalah dirinya senang bisa mendengarkan suara lembut itu.

All Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang