05 : jealous

11.4K 2.1K 261
                                    

Ada bintang disini, disana, dan disitu.
Pojok kiri bawah, jangan sampai terlewat. Terima kasih♡

——

Aku kembali ke kursi penonton, Tapi hanya ada Kayla dan Renjun disana.

"Jaemin mana?"

"Lah lu gak tau?" Kayla balik bertanya.

"Apa?"

"Jaemin pulang tadi. Pake gojek. Katanya udah izin sama lu." Renjun membalas.

"Hah?" Aku merogoh hpku di tas kecil yang kupakai. Membuka aplikasi whatsapp tapi sama sekali tidak ada pesan masuk disana.

"Mana? Disini gak ada." kami bertiga sama-sama bingung.

Akhirnya hari itu aku pulang sendiri dengan hujan pertanyaan membayangi pikiranku.

Sampai di rumah juga dia tidak mengirimkan pesan. Tidak sama sekali. Aku juga ragu untuk bertanya padanya duluan. Jadi malam itu kami tidak mengobrol seperti biasanya.

——

Senin, Upacara. Aku tidak melihat Jaemin di gerbang sekolah. Tidak juga saat di kelas. Aku bertemu dengan Haechan. Bersamanya aku menuju lapangan upacara.

Begitupun saat beres upacara, Aku tidak melihat Jaemin. Saat perjalanan menuju kelas pun, dia tidak kelihatan.

Ia baru nampak saat aku masuk ke kelas. Disitu. Di sebelah bangku ku. Dengan headset hitamnya.

Dia tidak menyapaku. Tidak menatapku. Tidak melirikku. Bahkan tidak tersenyum padaku. Padahal kami teman sebangku.

Dia mengacuhkanku hari itu bahkan ketika aku di sebelahnya.

Untung hari itu ada Haechan. Dia menemaniku saat istirahat. Kami juga pergi ke masjid bersama saat shalat dzuhur.

Bercanda bersamanya setiap kami berjalan. Hari itu dia juga mentraktirku mie ayam. Aku bersamanya ketika jamkos saja. Karena jika ada pelajaran di mulai, aku harus duduk bersebelahan lagi dengan jaemin yang cuek padaku.

Hingga saat bel pulang sekolah berbunyi, ketika jaemin membereskan buku-bukunya, aku memberanikan diri untuk memanggilnya.

"Jaemin.." Aku menggoyangkan tangannya. ia tetap datar. tak merespon juga.

"Jaemin!" Teriakku. Untung semua orang sudah pulang. Menyisakanku dengan Jaemin di kelas.

Ia keluar kelas dengan terburu-buru. Tidak memakai tas nya dengan benar. Aku membuntutinya sambil sesekali memanggil namanya.

Ia naik ke lantai lima. Dimana terdapat atap tempat favorit kami disana.

"Jaemin!" teriakku lagi.

Kali ini dia berhenti melangkah. Tidak mengacuhkanku. Tapi tetap membelakangiku.

Sekali lagi aku mendekatinya. Dia membalikkan badan. Membuatku menghentikan langkahku.

Dia tidak berbicara. Diam membatu disitu.

Tidak ada yang berani membuka suara duluan selama beberapa saat. Akhirnya aku berbicara duluan padanya.

"Kamu kenapa? Kenapa mengacuhkanku? Aku di sebelahmu seharian ini tapi kamu malah menganggap seolah-olah aku tidak ada!"

Suara gemuruh mulai terdengar. Rintik-rintik hujan berjatuhan yang perlahan merubah gerimis menjadi hujan besar.

"Ayo berteduh dulu!" Jaemin menarik tanganku namun aku langsung menghempaskannya.

"Tidak. Sebelum kamu menjawab pertanyaanku."

"NIKEN !" Dia memanggil nam—salah, dia membentakku. Membentakku lumayan keras.

"APA?!?!!!!" Balasku lebih lantang lagi dari suaranya.

Aku tidak perduli hujan sudah mengguyurku sebanyak apa. Dari ujung rambut sampai ujung sepatuku basah semua. Bahkan hujan berhasil menyamarkan air mataku, bagus.

"NIKEN! JANGAN KERAS KEPALA! HUJANNYA BESAR! BERTEDUH DULU BARU KITA BICARAKAN INI NANTI." suaranya bercampur dengan bunyi percikan hujan yang cukup keras.

"GAK. SEKARANG." aku tetap bersikukuh di tempatku.

Jaemin menarik tanganku lagi, kuhempaskan lagi.

"JAWAB DULU PERTANYAANKU! KENAPA KAMU MENJAUHIKU?! HAH? KENAPA? JAWAB! SALAHKU APA JAEMIN??"



"NA JAE—"

"AKU CEMBURU, NIKEN. PUAS?"






"CEMBURU? CEMBURU APA MAKSUDMU?"

"KEMARIN KAMU MEMELUK HAECHAN! KAMU MEMELUKNYA SEPERTI KAMU ADALAH PACARNYA! KAMU PIKIR AKU GAK LIHAT? ITU SANGAT JELAS, NIKEN."

"APA SALAHNYA DENGAN MEMELUK HAECHAN? LAGIPULA DIA TEMANKU JUGA!"

"TETAP SAJA AKU CEMBURU!"

"CEMBURU? APA HAKMU UNTUK CEMBURU? KAMU BAHKAN BUKAN PACARKU!"

Jaemin tak membalas. Dia diam atas ucapanku.

"JAEMIN, KENAPA KAMU HARUS CEMBURU ATAS PERLAKUANKU PADA HAECHAN HARI ITU?? HAECHAN TEMANKU, KAMU TEMANKU, KALIAN BERDUA TEMANKU. KAMU TIDAK PUNYA HAK UNTUK CEM—"

"KALAU BEGITU PACARAN DENGANKU SUPAYA AKU BISA MENDAPAT HAK UNTUK CEMBURU!"

Aku mengepalkan tanganku, berbicara dengan nada rendah, "Pacaran tidak sebercanda itu, Jaemin."

"Aku tidak bercanda."
"Jadilah pacarku."
"Supaya aku bisa cemburu."
"Supaya aku bisa memelukmu lebih dari kamu memeluk Haechan."

"Jadilah pacarku, Niken ayu rindu."

——

Sinetron banget sih tapi gapapalah ya cringenya jaemin tuh aku sukak.

Nana, Rindu Dan Agama [ Na Jaemin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang