Ada bintang disini, disana, dan disitu.
Pojok kiri bawah, jangan sampai terlewat. Terima kasih♡——
Kami sama-sama diam. Nafas kami memburu. Hujan masih berlanjut walau tak sederas tadi.
Jaemin menunduk lalu berlutut di hadapanku.
"Aku tau. Aku tidak seromantis Renjun."
"Tidak juga se romantis dilan favoritmu."
"Tapi, Aku sungguh menyukaimu."
"With all of my heart.""Jadilah pacarku, Niken."
Aku mendekati Jaemin perlahan. Menurunkan badanku, Sama-sama berlutut. Dihadapannya, aku mengangkat wajahnya yang barusan menunduk dengan tangan kananku.
"Jaemin..."
"Kamu pasti menolakku."
"Gapapa, Yang jelas sekarang kamu tahu kan gimana perasaan aku? Makasih... maaf kalau aku mengganggumu selama ini. Aku bisa menjauh kalau kamu mau."
"Walaupun terdengar sulit."
Aku menggeleng, "Jangan."
Aku menelusuri manik matanya, "Jangan menjauh." kataku.
"Iya."
"H—hah?"
"Kenapa?" Aku tertawa garing.
Jaemin diam, mengernyitkan dahinya.
"Ga percaya ya?"
"Kalau sudah seperti ini, kamu percaya tidak?"Aku mendekati wajah jaemin. Tanganku ikut menariknya. Memiringkan sedikit kepala dia dan...
Cup~
Aku mencium pipinya sebentar. Sebagai tanda aku memang menerimanya.
Meyakinkannya bahwa hari ini aku resmi menjadi pacarnya.
Dan hari itu,
Di bulan november,
Di tengah hujan,
Di rooftop sekolah,Na Jaemin, menjadi pacarku.
——
Kami menuruni tangga bersama dengan basah kuyup. Jaemin melingkarkan tanganku pada pundaknya. Membantuku berjalan karena aku sedikit pusing. Aku sensitif dengan dingin.
Aku berpikir sebentar, mencari topik pembicaraan karena sejak tadi hanya ada bunyi langkah kami yang menuruni tangga.
"Jaemin..."
"Hm?"
"Nama kamu sama kaya kakak ku."
"Susah di sebut.""Susah dari mana? Gampang kok, Na jaemin." ia mrnyebut namanya sendiri.
"Susah, ada Ae nya."
"ga susah. Yang susah itu nama kamu. Panjaaaaaaang banget kaya rambut mbak kunti."
"Tapi di namaku gak ada huruf yang susah di baca. Bikin lidahku keseleo tau ga....."
"Kalo gitu jangan panggil aku Jaemin kalau susah."
"Terus apa?"
"Terserah."
"Kalo kata aku sih, sayang."
"Jaemin!" aku menyentil perut nya. Membuat dia mengaduh.
"Aw! Sakit!"
"Dasar lemah." aku meledek.
"Lemah-lemah gini, kamu sayang kan?"
"Dih, Geer! Kapan aku bilang sayang kamu? Ga ada!"
"Kalo ga sayang ngapain cium?"
"Hayoo..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nana, Rindu Dan Agama [ Na Jaemin ]
Fiksi Penggemar[end] Kita sedekat nadi, Agama menjaraki sejauh bumi dan semesta. kamu bisa skip part awalnya sebelum ke konflik karena konflik itu yang penting :)